Retorika Kalimat yang Menyelamatkan Imam Bukhari dari Fitnah

RETORIKA KALIMAT YANG MENYELAMATKAN IMAM BUKHARI DARI FITNAH

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Salah seorang ulama' ushul fiqih sekaligus tokoh utama kalangan sufi di Kota Fas, al-Imam Muhammad bin Ahmad al-Misnawi al-Maliki, dalam kitabnya yang berjudul Tanzih Dzawi al-Wilayah wa al-'Irfan, menyebutkan sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh Imam Bukhari di tengah gencarnya fitnah tentang al-Quran makhluk atau bukan makhluk.

Imam Bukhari saat itu meninggalkan kampung halamannya, Kota Bukhoro, karena pemgaruh Ahlur Ro'yi dan pemikiran mu'tazilah sedang menggila dan menyudutkan pola pemikiran Ahlul Hadits. Sehingga hal itu menyebabkan Imam Bukhari keluar dari Kota Bukhoro. Beliau pergi ke Kota Naisabur dan ingin menetap di sana untuk beberapa waktu.

Saat itu, di Kota Naisabur ada salah satu ulama' ahli hadits yang terkenal bernama al-Hafidz Muhammad bin Yahya al-Dzuhali. Hampir seluruh masyarakat muslim yang ada di Kota Naisabur mengambil sanad hadits kepada beliau. Bahkan konon katanya, beliau juga termasuk salah satu mata rantai sanad hadits yang dipegang oleh Imam Bukhari juga.

$ads={1}

Saat Imam Bukhari berdiam di Kota Naisabur dan beliau membuka halaqoh hadits di tempat menginapnya, lambat laun masyarakat memadati halaqoh beliau dan mulai meninggalkan halaqoh al-Hafidz Muhammad bin Yahya al-Dzuhali.

Hingga kemudian muncullah pengaruh hasad dalam hati al-Dzuhali. Beliau mengatakan bahwa al-Bukhari mengikuti paham bahwa pelafadzan al-Quran itu makhluk. al-Hafidz al-Dzuhali mengatakan:

إنه يقول : اللفظ بالقرآن مخلوق، فامتحنوه

"al-Bukhari termasuk yang mengatakan pelafadzan al-Quran adalah makhluq, coba tanyakan kepadanya!"

Maka beberapa orang yang dulunya belajar kepada al-Dzuhali dan kemudian berpindah kepada halaqoh Imam Bukhari memberanikan diri mengajukan pertanyaan kepada beliau:

يا أبا عبد الله، ما تقول باللفظ بالقرآن؟ أمخلوق هو أم غير مخلوق؟

Imam Bukhari enggan merespon pertanyaan itu. Beliau hanya diam saja. Orang lain kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Imam Bukhari tetap tidak mau menjawab. Hingga orang ketiga bertanya dengan pertanyaan yang sama maka Imam Bukhari menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan:

القرآن كلام الله غير مخلوق، وأفعال العباد مخلوقة، والامتحان بدعة.

"al-Quran adalah firman Alloh ta'ala dan bukan makhluk. Sedangkan perbuatan hamba-Nya adalah makhluk, dan pertanyaan tentang hal seperti itu termasuk perkara bid'ah"

Baca juga: 6 Gelar Untuk Ulama Ahli Hadis: Pengertian, Tokohnya

Maka, orang-orang banyak yang berpaling dari beliau dan tidak lagi mengambil ilmu dari Imam Bukhari. Mereka menganggap beliau enggan berterus terang tentang apakah pelafadzan al-Quran itu makhluk atau bukan. Seakan-akan Imam Bukhari sedang berkamuflase dengan cukup mengatakan bahwa perbuatan hamba-Nya adalah makhluk. Sedangkan berita yang telah beredar di Kota Naisabur adalah beliau pengikut paham pelafadzan al-Quran adalah makhluk.

Hal itu menyebabkan Imam Bukhari menutup halaqoh haditsnya. Beliau berdiam diri di rumah tanpa ada kegiatan halaqoh hadits saat itu. Sambil munculnya berita berikutnya kalau al-Hafidz al-Dzuhali mengatakan:

ألا! من يختلف إلى مجلسه فلا يأتينا، ومن زعم أن للظي بالقرآن مخلوق فهو مبتدع، لا يجالس ولا يكلم، ومن زعم أن القرآن مخلوق فقد كفر.

"Siapa saja yang tetap pergi ke halaqoh al-Bukhari maka jangan lagi dia datang ke majelis ku. Siapa saja yang mengira bahwa pelafadzan al-Quran itu makhluk maka dia adalah ahli bid'ah, tidak boleh didatangi atau pun diajak bicara. Siapa saja yang mengira bahwa al-Quran itu makhluk maka dia telah murtad".

Imam Bukhari tidak lagi membuka halaqoh hadits di Kota Naisabur saat itu. Beliau ingin kembali pulang ke Kota Bukhoro sambil menunggu berita kondisi Kota Bukhoro sekiranya telah tenang maka beliau akan pulang. Hingga saat beliau mendapatkan berita bahwa Kota Bukhoro telah benar² kondusif dari pertentangan antara ahlur ro'yi dan ahlul hadits, beliau mengambil keputusan untuk pulang.

Dari pengalaman yang dilalui oleh Imam Bukhari itu, Tajuddin as-Subki menjelaskan:

إنما أراد محمد بن يحي الذهلي ما أراده أحمد بن حنبل كما قدمناه في ترجمة الكرابيسي من النهي عن الخوض في هذا، ولم يرد مخالفة البخاري.

"Maksud al-Dzuhali yang mengatakan kepada orang² bahwa al-Bukhori itu pengikut pelafadzan al-Quran itu makhluk lalu beliau memerintahkan supaya menguji al-Bukhori dalam masalah tersebut adalah sebagaimana maksud dari pengalaman yang pernah dialami oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Yaitu saat beliau mengatakan:

هذه بدعة

terhadap pertanyaan seseorang yang datang kepada beliau mengkisahkan pengalamannya bersama Husain bin Ali al-Karobisi dalam diskusi tentang pelafadzan al-Quran itu makhluk atau bukan.

Al-Dzuhali tidak bermaksud berselisih pendapat dengan al-Bukhari. Orang-oranglah yang salah paham dengan maksud dan tujuan perintah al-Dzuhali. Jika seandainya al-Dzuhali memegang paham bahwa pelafadzan al-Quran itu termasuk suatu hal yang qodim maka ini merupakan hal yang buruk bagi seorang al-Hafidz seperti al-Dzuhali.

Baca juga: Shahih Muslim Kitab Tershahih Setelah Al-Qur'an

Maksud dari Imam Ahmad atau pun al-Dzuhali adalah larangan untuk tidak terlalu dalam tentang pembahasan ilmu kalam jika memang tidak diperlukan. Sedangkan Imam Bukhari berkenan menjawab untuk pertanyaan yang ketiga kalinya itu karena beliau merasa jawaban itu memang dibutuhkan (walaupun ternyata orang-orang salah paham dengan jawaban Imam Bukhari).

al-Syaikh al-Misnawi al-Maliki, penulis kitab Tanzih Dzawi al-Wilayah, mengatakan:

فالكلام في الكلام عند الاحتياج إليه واجب، والسكوت عند عدم الاحتياج إليه سنة، فافهم ذلك ودع خرافات المؤرخين.

Lalu beliau juga mengatakan:

وتأمل ذكاء البخاري وفطنته، حيث لم يقل لفظي بالقرآن مخلوق، لأن ذلك خوض في مسائل الصفات التي لا ينبغي الخوض فيها إلا لضرورة، ولكن قال: أفعال العباد مخلوقة، وهي قاعدة مغنية عن تخصيص هذه المسألة بالذكر؛ فإن كل عاقل يعلم أن لفظنا من جملة أفعالنا وأفعالنا مخلوقة فألفاظنا مخلوفة.

Oleh: Ustadz Nur Hadi (Facebook Udan Deres)

Demikian Artikel " Retorika Kalimat yang Menyelamatkan Imam Bukhari dari Fitnah "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close