PEMANGKU ADAT SANTANA KESULTANAN CIREBON IMBAU WARGI TAK TERLIBAT KISRUH NASAB
RUMAH-MUSLIMIN.COM | NASIONAL - Ketua Pemangku Adat Santana Kesultanan Cirebon (SKC) Wilayah Jawa Tengah, Syarif Haydar Muhammad Al-Hauty Al-Azhmatkhan, atau yang lebih dikenal dengan nama Syarif Haydar, mengeluarkan surat imbauan resmi kepada seluruh keluarga besar Wargi SKC dan Laskar Adat SKC di wilayah Jawa Tengah, Rabu (17/4/25). Dalam surat bernomor 006/SP/PA.SKC/IV/2025 tersebut, beliau mengajak seluruh wargi untuk tidak terlibat dalam kisruh yang sedang berkembang di masyarakat, khususnya terkait polemik nasab keturunan Ba’alawi yang akhir-akhir ini mencuat ke permukaan.
![]() |
Gambar: Surat yang dikeluarkan SKI yang ditandatangani Syarif Haydar Muhammad Al-Hauty Al-Azhmatkhan |
Imbauan ini muncul sebagai respons atas memanasnya perdebatan mengenai validitas nasab yang disampaikan oleh seorang tokoh agama dari wilayah Jawa Barat yakni Imaduddin. Hasil tesis tersebut yang menyentuh persoalan keturunan tokoh agama besar di Indonesia telah memicu kontroversi di tengah masyarakat. Syarif Haydar menegaskan bahwa hal ini berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan sosial, baik antar golongan keagamaan maupun antar kelompok masyarakat lainnya.
“Kita selaku Wargi Santana Kesultanan Cirebon harus tetap menjaga keharmonisan serta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, baik antar umat seagama maupun berbeda agama,” tulisnya dalam surat imbauan tersebut.
$ads={1}
Dalam surat tersebut, SKC menegaskan bahwa pihaknya tidak berpihak pada siapa pun dalam polemik tersebut. Mengacu pada prinsip dasar “Pepakem Leluhur,” SKC disebut memiliki sistem kekerabatan dan kewargian sendiri yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dan tetap menjunjung tinggi sikap netral terhadap segala konflik yang berkembang di luar tubuh adat Santana Kesultanan Cirebon.
Baca juga: Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI-LS) Bukan Banom NU
Lebih lanjut, Ketua Pemangku Adat mengingatkan agar seluruh anggota keluarga besar SKC di wilayah Jawa Tengah tidak mudah terprovokasi dan tidak terlibat dalam perselisihan yang dapat merusak kerukunan sosial. Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan, toleransi, dan nilai-nilai luhur warisan leluhur Cirebon.
“Kita harus tetap menunjukkan sikap tenang dan tidak mudah bimbang ataupun terprovokasi akan kekisruhan tersebut, dan tetap menjaga prinsip serta jujudan kewargian masing-masing,” tegasnya.
Surat ini juga memuat ajakan untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Cirebon yang dikenal dengan ajaran “Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh.” Nilai-nilai ini menekankan pentingnya saling mengingatkan, saling menyayangi, dan saling membimbing dalam kehidupan bermasyarakat.
Pesan ini penting bukan hanya bagi internal SKC, tetapi juga sebagai cermin sikap budaya dalam menghadapi dinamika sosial dan keagamaan di Indonesia yang majemuk. Dengan tidak ikut terbawa arus perpecahan, SKC menunjukkan komitmennya untuk terus menjadi perekat dalam keragaman, menjaga keluhuran budaya, dan menghindari keterlibatan dalam konflik yang bersifat sektarian maupun genealogis.
Kritik Nyai Raden Ayu Linawati: Kisruh Nasab Ini Sudah Diperingatkan
Menanggapi surat imbauan tersebut, Nyai Raden Ayu Linawati, seorang pemerhati sejarah dan nasab Walisongo, menyampaikan kritik tajam atas keterlibatan sejumlah tokoh adat dan keagamaan dalam kisruh nasab Ba’alawi yang kini menuai kegaduhan.
“Yach kapok... kemarin kan dukung Haji Imad, Mogi, dan Abbas Buntet sampai deklarasi nasab Syarif Hidayatullah dan Walisongo di Kraton Kanoman pindah jalur ke Imam Musa Al-Kadzhim. Mereka semua terlibat ikut dalam acara tersebut. Lihat saja video yang beredar di YouTube,” ungkapnya.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati Angkat Bicara Usai Makam Wali Songo disebut Fiktif oleh Pembatal Ba'alawi
Nyai Linawati menambahkan bahwa keputusan Kraton Kanoman Cirebon tersebut kemudian dijadikan senjata oleh Mogi Nurfadhil untuk menyerang berbagai pihak, termasuk dirinya yang masih meyakini nasab Walisongo berada di jalur Sayyid Abdullah atau Imam Ubaidillah — bukan ke Kalijam bin Musa Al-Kadzhim, apalagi ke Kaja bin Kulabang bin Imam Musa Al-Kadzhim sebagaimana terdapat dalam 11 manuskrip rujukan versi Haji Imad dan Mogi.
“Sekarang baru merasakan ruwetnya gegeran nasab ini. Padahal para bangsawan Cirebon dan para sultan Cirebon sudah saya ingatkan sejak lama: hati-hati dengan Haji Imad, Mogi Cs,” tegasnya.
Pernyataan Nyai Linawati ini menjadi penegasan bahwa kisruh nasab bukan hanya soal teori, tapi memiliki dampak nyata terhadap harmoni sosial, bahkan bisa memecah belah silaturahmi antar keluarga dan tokoh adat. Ia berharap agar para tokoh adat, terutama dari kalangan Kesultanan Cirebon, dapat lebih bijak dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi yang menyangkut nasab para wali dan ulama terdahulu.
Sumber: Grup WhatsApp KINGDOM OF WALISONGO
Penulis: Hendra, S/Rumah Muslimin
Demikian Artikel " Pemangku Adat Santana Kesultanan Cirebon Imbau Wargi Tak Terlibat Kisruh Nasab "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah-