NYAI RADEN AYU LINAWATI SOROTI PENYIMPANGAN DATA HASIL DNA KETURUNAN BA'ALAWI
RUMAH-MUSLIMIN.COM | NASAB - Polemik seputar keabsahan hasil tes DNA yang diklaim mewakili nasab keturunan Ba’alawi kembali mencuat. Nyai Raden Ayu Linawati, seorang pemerhati nasab dan sejarah Walisongo, menegaskan bahwa klaim tersebut sarat ketidakakuratan. Menurutnya, banyak narasi yang dibangun dengan menyandarkan pada data DNA yang ternyata tidak representatif, bahkan cenderung menyesatkan publik.
"Selama tiga tahun terakhir, Haji Imad menggaungkan seolah-olah terdapat 187 orang Ba’alawi yang sudah melakukan tes DNA dan semuanya satu haplogroup, yaitu J1-FGC10500. Nyatanya, informasi itu terbantahkan oleh data dan pernyataan dari pihak yang berkompeten," jelas Nyai Linawati dalam keterangannya.
Pernyataan ini mengacu pada pengakuan Mogi Nurfadhil, seorang anggota aktif dalam komunitas Ba’alawi DNA Project, yang secara terbuka menyampaikan bahwa tidak semua marga Ba’alawi tergabung dalam proyek tersebut. Dalam percakapan WhatsApp grup yang beredar, Mogi menegaskan bahwa hanya ada beberapa marga Jamalullail dan satu Assegaf dalam data yang tercatat di proyek Family Tree DNA.
Baca juga: Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI-LS) Bukan Banom NU
Nyai Linawati juga memaparkan fakta bahwa tidak sedikit keturunan Ba’alawi yang memiliki haplogroup selain J1. Misalnya, terdapat yang haplogroup-nya G-M201, E, bahkan R. Hal ini menunjukkan keberagaman genetik yang wajar dalam sebuah komunitas besar yang telah tersebar selama lebih dari seribu tahun.
$ads={1}
“Kalau kita lihat dari proyek Family Tree DNA seperti Iraqi Sada, Qurayish J1c3d, atau Bani Hashem, banyak sekali varian haplogroup di antara para sadah—termasuk Azmat Khan, Alhadad, Assaqof, Bin Shahab, dan Bin Al Mutahar Ba’alawi,” ujar Nyai Linawati.
Lebih lanjut, ia membandingkan dengan temuan DNA pada keturunan Walisongo yang juga telah diuji. Dari 371 keluarga Walisongo yang melakukan tes DNA serta 50 anggota NAAT (Nasab Ahlulbait Al-Turats), diketahui bahwa haplogroup mereka bervariasi, yakni O-M175, L, dan R. Tidak ada yang mencerminkan J1-FGC10500 seperti yang diklaim oleh sebagian pihak yang mengaku Ba’alawi tulen.
“Artinya apa? Ini bukan soal membenarkan satu kelompok dan menyalahkan yang lain, tapi kita bicara validitas data. Kalau DNA dijadikan hujjah, maka harus terbuka dan ilmiah, bukan sekadar klaim sepihak,” tegas Nyai Linawati.
Ia juga mengingatkan bahwa nasab bukan sekadar urusan genetik semata, tapi juga berkaitan erat dengan kejujuran ilmiah dan adab keilmuan. Dalam sejarah, Ba’alawi dikenal sangat menjaga kemurnian nasabnya dan tidak pernah memanipulasi silsilah.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati Angkat Bicara Usai Makam Wali Songo disebut Fiktif oleh Pembatal Ba'alawi
“Maka ketika ada klaim yang menyatakan bahwa semua Ba’alawi itu J1-FGC10500, itu jelas menyimpang dari realitas. Lebih ironis lagi jika dijadikan dasar untuk menggugurkan nasab orang lain,” tambahnya.
Nyai Linawati pun mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam menerima informasi mengenai nasab dan hasil DNA. Ia menegaskan bahwa teknologi tidak bisa dijadikan alat pemaksaan narasi, apalagi sampai menyudutkan kelompok tertentu.
Di akhir keterangannya, ia menyarankan agar para penggiat sejarah dan nasab tetap berpegang pada data valid, sumber terbuka, serta diskusi yang sehat dan tidak memaksakan kebenaran berdasarkan opini pribadi.
Baca juga: Pelaku Pemalsuan 300 Makam bukan Habib Lutfhi, Tapi Dari Keturunannya Sendiri
"Biarlah ilmu tetap dalam bingkai kejujuran dan bukan menjadi alat propaganda," pungkasnya.
Sumber: Grup WhatsApp KINGDOM OF WALISONGO
Penulis: Hendra, S/Rumah Muslimin
Demikian Artikel " Nyai Raden Ayu Linawati Soroti Penyimpangan Data Hasil DNA Keturunan Ba'alawi "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah-