Lafadz Waafini, Wafuani Di Dalam Doa Duduk Diantara Dua Sujud

LAFADZ WAAFINI, AFUANI DI DALAM DOA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Di tengah gencarnya narasi segelintir kelompok yang gemar menyalahkan praktik amaliah aswaja, muncul kembali tudingan terhadap bacaan wa'afini dan wa'fu 'anni yang dibaca dalam posisi duduk di antara dua sujud dalam shalat. Sayangnya, tudingan tersebut kerap disampaikan tanpa telaah yang mendalam terhadap kitab-kitab rujukan mu’tabar yang bahkan berasal dari ulama yang sering mereka jadikan panutan.

KH. Ma'ruf khozin melalui postingan facebooknya yang diunggah pada kamis, (2/8/2018) memberikan bantahan terkait hal ini, berikut penjelasannya:

Masalah ini tidak ditanyakan kepada saya, namun kalau sudah urusan menyalahkan Amaliah Aswaja tangan saya 'gregetan' ingin ikut menjawab. Meskipun sebenarnya sudah bagus jawaban dari Dr. Nadirsyah Hosen.
$ads={1}

7 Lafadz Dibaca Saat Duduk Diantara 2 Sujud

Syekh Nasiruddin Albani menulis kitab tentang Sifat Shalat Nabi (hal. 1/153), ternyata lafadz 'Afini dicantumkan oleh beliau berdasarkan beberapa riwayat. Ini menunjukkan bahwa orang yang mencoret kalimat 'Wa Afini' (foto bawah) belum khatam membaca kitab rujukan Salafi tersebut.

(ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭاﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺻﺤﺤﻪ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﻭاﻓﻘﻪ اﻟﺬﻫﺒﻲ) (اﻟﻠﻬﻢ (ﻭﻓﻲ ﻟﻔﻆ: ﺭﺏ) اﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻭاﺭﺣﻤﻨﻲ [ ﻭاﺟﺒﺮﻧﻲ] [ ﻭاﺭﻓﻌﻨﻲ] ﻭاﻫﺪﻧﻲ - [ ﻭﻋﺎﻓﻨﻲ] ﻭاﺭﺯﻗﻨﻲ) .

Dari Mana Bacaan Wa'fu 'Anni?

Salah satu pentarjih dalam Madzhab Syafi'i, Imam Ibnu Hajar Al Haitami berkata:

(ﻗﺎﺋﻼ ﺭﺏ اﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻭاﺭﺣﻤﻨﻲ ﻭاﺟﺒﺮﻧﻲ ﻭاﺭﻓﻌﻨﻲ ﻭاﺭﺯﻗﻨﻲ ﻭاﻫﺪﻧﻲ ﻭﻋﺎﻓﻨﻲ) ﻟﻻﺗﺒﺎﻉ ﻓﻲ اﻟﻜﻞ ﻭﺳﻨﺪﻩ ﺻﺤﻴﺢ ﺯاﺩ ﻓﻲ اﻹﺣﻴﺎء ﻭاﻋﻒ ﻋﻨﻲ

Saat duduk di antara 2 Sujud ia mengucapkan "Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, tutuplah aibku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk dan sehatkanlah aku". Semua bacaan tersebut untuk mengikuti kesunahan dari Nabi. Sanadnya sahih. Dan Al-Ghazali menambahkan dalam Ihya' kalimat Wa'fu'Anni (Tuhfah 2/77)

Jadi sumber penambahan kalimat Wa'fu 'Anni adalah dari ijtihad ulama Madzhab Syafi'iyah. Sebab Imam Al-Ghazali termasuk ulama besar di kalangan Syafi'iyah.

Baca juga: Apakah Setiap Yang Tidak Diperbuat Nabi Menjadi Bid’ah?

Bolehkah Menambah Bacaan Di Dalam Shalat?

Jawabannya boleh. Mana dalilnya? Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab Sahihnya bahwa ketika para Sahabat shalat, kemudian ada seorang laki-laki mengucapkan doa berikut saat posisi bangun dari ruku':
 
ﺭﺑﻨﺎ ﻭﻟﻚ اﻟﺤﻤﺪ ﺣﻤﺪا ﻛﺜﻴﺮا ﻃﻴﺒﺎ ﻣﺒﺎﺭﻛﺎ ﻓﻴﻪ
 
"Ya Tuhan kami. Bagi Mu segala puji, dengan pujian yang banyak, bagus nan diberkahi"

Dari hadis ini Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata:

ﻭاﺳﺘﺪﻝ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﺟﻮاﺯ ﺇﺣﺪاﺙ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ اﻟﺼﻼﺓ ﻏﻴﺮ ﻣﺄﺛﻮﺭ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﻤﺄﺛﻮﺭ

"Hadis ini dijadikan dalil bolehnya memperbaharui dzikir di dalam Shalat yang tidak terdapat dalam riwayat, jika dzikir tersebut tidak bertentangan dengan riwayat dari Nabi" (Fathul Bari 2/287)

Adakah Dalil lain bahwa Sahabat menambah bacaan di dalam Shalat? Ada, silahkan baca kitab Syekh Albani 'Shifat Shalati An-Nabi' hal. 1/163. Dan terjemahkan sendiri. Kalau belum bisa silahkan pakai Google.

(ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﻟﺪاﺭﻗﻄﻨﻲ ﻭﺻﺤﺤﻪ) ﺗﺸﻬﺪ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ اﻟﺘﺸﻬﺪ: (اﻟﺘﺤﻴﺎﺕ ﻟﻠﻪ [ ﻭ] اﻟﺼﻠﻮاﺕ [ ﻭ] اﻟﻄﻴﺒﺎﺕ اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﻭﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ -

ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﺯﺩﺕ ﻓﻴﻬﺎ: ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ -

اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩ اﻟﻠﻪ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ -

ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ: ﻭﺯﺩﺕ ﻓﻴﻬﺎ: ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ - ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪا - ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ) 


Penutup

Dari seluruh penjelasan di atas, menjadi terang bahwa bacaan wa'afini maupun wa'fu 'anni bukanlah tambahan sembarangan yang tak berdasar. Justru ia bersumber dari hadis-hadis yang sahih serta dijelaskan dalam karya para ulama besar dari kalangan Syafi’iyah, termasuk Imam Al-Ghazali dan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami. Bahkan ulama rujukan Salafi seperti Syaikh Albani pun mencantumkannya dalam kitab Sifat Shalat Nabi.

Menambah bacaan doa dalam shalat, selama tidak bertentangan dengan syariat dan masih dalam konteks ibadah, dibolehkan menurut para ulama besar Ahlussunnah wal Jama’ah. Maka menyalahkan bacaan tersebut bukan hanya tidak bijak, tapi juga menunjukkan ketidaklengkapan dalam membaca literatur para ulama.

Mari kita jaga adab dalam berdiskusi dan menghargai ragam amaliah yang memiliki dasar kuat dalam warisan keilmuan Islam. Jangan sampai semangat membela “kemurnian” agama justru membuat kita jatuh pada sikap ghuluw (berlebih-lebihan) yang dilarang agama sendiri.

Wallahu a’lam bis shawab.


Oleh: KH. Ma'ruf Khozin

Editor: Hendra, S/Rumah Muslimin

Demikian Artikel " Lafadz Waafini, Wafuani Di Dalam Doa Duduk Diantara Dua Sujud "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close