Keistimewaan Ibnu Taimiyah dengan Segudang Permasalahannya

KEISTIMEWAAN IBNU TAIMIYAH DENGAN SEGUDANG PERMASALAHANNYA

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kita mengenal sosok Ibnu Taimiyah yang penuh kontroversi dalam masalah fikih dan terutama dalam masalah aqidah. Hal itu karena dalam masalah aqidah beliau memang mengikuti pola yang digunakan oleh Ahlul Hadits yang berlaku dalam kalangan Hanabilah, yaitu membiarkan makna lafadz mutasyabihat sesuai dengan lafadz yang ada, tanpa menakwil maksud makna itu dengan makna yang lain yang masih serumpun dengan lafadz mutasyabih yang ada.

Beliau, Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama Hanabilah kelahiran tahun 661 H di bulan Robiul Awal di Desa Harran. Saat menginjak usia baligh beliau diantarkan oleh ayahnya, Abdus Salam bin Abdulloh, ke Kota Damaskus untuk menimba ilmu. Saat itu beliau belajar kepada seorang ulama pakar hadits yang masih berusia muda (dalam riwayat Thobaqot Hanabilah) berselisih 6 tahun dengan usia Ibnu Taimiyah. Ulama pakar hadits itu bernama Yusuf bin Abdurrohman. Namun beliau terkenal dengan gelar beliau yaitu Jamaluddin Abul Hajjaj al-Mizzi al-Qudho'i al-Halabi. Beliau sosok ulama' bermadzhab Syafi'i namun dalam masalah aqidah beliau mengikuti pola pemikiran Hanabilah (sebagaimana hal itu juga dilakukan oleh al-Dzahabi & al-Birzali - dua tokoh yang merupakan "kakak kelas" Ibnu Taimiyah).

Baca juga: Syekh Ibnu Taimiyah Menghormati dan Mengakui Adanya Wali Majdub

Hanya saja, Ibnu Taimiyah dalam masalah furu' (fikih) mengikuti alur pemikiran Hanabilah, berbeda dengan guru utamanya, al-Mizzi. Demikian juga berbeda dengan dua kakak kelas beliau, al-Dzahabi & al-Birzali. Sehingga, Ibnu Taimiyah adalah pengikut pola pemikiran Hanabilah baik dalam masalah furu' sekaligus aqidah, sedangkan al-Mizzi, al-Dzahabi & al-Birzali mengikuti pola pemikiran Syafi'iyah dalam masalah furu', dan mengikuti pola pemikiran Hanabilah dalam masalah aqidah.

Di kalangan santri pesantren, kita tidak asing dengan ungkapan:

ليس الشأن أن يكون شيخك في قلبك، ولكن الشأن كل الشأن أن تكون أنت في قلب شيخك

"Bukanlah hal yang istimewa ketika kamu bisa menempatkan guru mu dalam hati mu, tapi keistimewaan seorang santri adalah ketika kamu berhasil berada dalam hati guru mu"

Hal seperti itu dianggap istimewa karena si santri telah mendapatkan perhatian khusus & lebih dari Sang Guru. Hal itu merupakan impian bagi setiap santri dan ternyata sulit untuk dicapai.

$ads={1}

Namun ternyata, Ibnu Taimiyah agaknya termasuk santri yang mampu meraih hal istimewa tersebut. Kesungguhan dan kegigihannya membuahkan hasil. Beliau mendapatkan kedudukan yang istimewa di hati gurunya, al-Mizzi, dan kedua kakak kelasnya, al-Dzahabi & al-Birzali. Salah satu gambaran keistimewaan Ibnu Taimiyah di hati gurunya adalah ketika Ibnu Taimiyah meninggal dunia, jasad beliau dimandikan langsung oleh al-Mizzi, gurunya. Beliau ingin memberikan penghormatan terakhir untuk santri istimewanya yang terbukti gigih mempertahankan didikan Sang Guru hingga akhir hayatnya (terlepas dari problematika pemikiran beliau berempat dalam masalah aqidah) tapi itulah fakta yang terjadi.

Oleh: Ustadz Nur Hadi (Facebook Udan Deres)

Demikian Artikel " Keistimewaan Ibnu Taimiyah dengan Segudang Permasalahannya "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close