Hikmah Syekh Bakri Syatha tentang Keberkahan

HIKMAH SYEKH BAKRI SYATHA TENTANG KEBERKAHAN

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Dalam banyak hal, kita senantiasa ingin mendapatkan "keberkahan" dalam segala perilaku & rizki yang didapatkan. Baik itu berupa penghasilan kerja, harta yang dimiliki, ilmu, umur, kehidupan, keluarga dst. Karena dengan adanya barokah dalam hal-hal tersebut maka kebaikan demi kebaikan akan muncul dan terus terlahir dalam setiap lini kehidupan. Tanpa bisa dikira-kira atau dihitung.

Dalam hal harta, keberkahan akan terwujud di dalamnya ketika harta itu bisa mendekatkan si pemilik harta kepada Alloh SWT & kepada Nabi Muhammad SAW. Usia yang barokah ketika waktu-waktunya yang dia lewati terisi dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk dirinya sendiri & orang lain. Keluarga yang barokah ketika suasana keluarga yang harmonis, mudah diarahkan kepada ketaatan dan menurut pada ajaran agama, dan seterusnya.

Oleh karena itu banyak ulama yang mengungkapkan:

البركة زيادة الخير في الأفعال والمادة

"Keberkahan adalah bertambahnya "kebaikan" dalam sebuah tindakan atau harta yang dimiliki".

Demikian juga dengan ilmu, butuh kepada yang namanya keberkahan. Ilmu bisa saja berdiri sendiri dalam jiwa seseorang. Ilmu bisa saja berdiri sendiri dalam buah karya tulis seseorang. Namun bisa jadi ilmu itu ada tanpa diiringi dengan keberkahan atau diiringi dengan keberkahan. Sebab ilmu yang diterima oleh seseorang juga merupakan salah satu gambaran rizki secara maknawi yang dikaruniakan Alloh SWT untuknya.

Syaikh Bakri Syatho pernah mengingatkan dalam I'anah Tholibinnya. Beliau menyatakan:

وقلة البركة في كل شيء بحسبه

"Sedikitnya barokah dalam segala hal itu tergantung (tergantung dengan tindakan dan benda yg dibahas)"

Beliau sedang mengingatkan bahwa suatu tindakan itu bisa jadi mendapatkan keberkahan yang banyak atau sedikit. Ketika kegiatan yang dilakukan itu adalah kegiatan yang positif (baik) sudah pasti itu adalah sebuah keberkahan. Namun, ada kalanya keberkahan yang ada hanya sedikit atau banyak. Demikian juga dengan rizki yang dimiliki, ketika itu merupakan rizki yang halal maka pasti itu barokah. Namun terkadang bisa jadi sedikit barokah atau banyak barokahnya.

$ads={1}

Lalu beliau mencontohkan:

فقلتها في نحو التأليف قلة انتفاع الناس به أو قلة الثواب عليه

"Sedikit barokah dalam sebuah karya tulis ilmiah berupa karangan kitab itu (seperti) sedikitnya orang yang bisa mengambil kemanfaatan dari kitab tersebut, atau sedikitnya pahala yang dihasilkan dari kitab tersebut"

Artinya, sebuah karangan atau gubahan kitab itu pasti barokah kalau berisi maklumat yang bisa mendekatkan pembacanya kepada Alloh SWT. Namun, bisa jadi keberkahan itu banyak atau sedikit.

Tanda keberkahan yang mengiringi kitab itu banyak ketika banyak orang yang bisa mengambil manfaat dari isi tulisan tersebut, atau ada banyak pahala yang bisa didapatkan dari hasil karya tulis tersebut.

Ketika pembaca yang mengambil manfaat dari suatu kitab itu sedikit itu merupakan tanda sedikitnya keberkahan yang mengiringi kitab tersebut. Walaupun pada dasarnya kitab itu sendiri adalah sebuah keberkahan.

Atau bisa jadi, pahala yang bisa diraih oleh penulis kitab hanya sedikit. Kitab itu tidak sampai mendorong banyak pembaca untuk meraih pahala yang besar demikian juga dengan penulisnya. Isi maklumat yang terkandung di dalamnya bukan arahan yang mengantarkan pencapaian pahala banyak dalam kehidupan.

Baca juga: Keberkahan Memajang dan Memandang Foto Habib Sholeh Tanggul

Terlebih lagi kalau ternyata isi tulisan itu berupa maklumat yang menyesatkan pikiran atau pemahaman. Semakin dipelajari maka semakin menyesatkan pikir dan pemahaman. Ini semakin parah lagi.

Beliau lalu melanjutkan:

وفي نحو الأكل قلة انتفاع الجسم به

Makanan yang kurang barokah ketika tubuh ini kurang bisa menyerap kemanfaatan dari makan tersebut. Terlebih lagi kalau makanan yang dikonsumsi mendatangkan madhorrot, mendatangkan penyakit, merusak tubuh.

Beliau lalu melanjutkan:

وفي نحو القراءة قلة انتفاع القارئ بها

Keberkahan yang banyak bagi seorang pembaca yaitu ketika pembaca mendapatkan banyak manfaat dalam kehidupannya sebab dia membaca buku atau kitab yang dia pelajari. Dia sekolah atau belajar di pesantren, dia diajarkan beberapa atau puluhan karya-karya tulis para ulama', lalu dia bisa meraih banyak kemanfaatan dari kitab-kitab yang dia baca/pelajari tersebut. Sedangkan tindakan membaca kitab-kitab para ulama itu sendiri sudah merupakan bentuk keberkahan secara mendasar.

Sebab kurangnya barokah dalam segala lini kehidupan ini adalah (sebagaimana itu disinggung oleh Syaikh Bakri Syatho):

لوسوسة الشيطان له حينئذ

Karena adanya bisikan-bisikan setan dalam kegiatan yang dia lakukan. Setan mengarahkan pikiran & hatinya untuk mengambil langkah/sikap yang sesat. Menjerumuskan setahap demi setahap hingga akhirnya setan berhasil menyesatkan dirinya.

Sehingga, ketika ada seorang "penulis kitab" atau "pembaca kitab" yang dia bukan mendapatkan kemanfaatan dari kitab yang dia baca (apalagi banyak manfaat), justru dia semakin jauh dari pemahaman yang benar (semakin ndelurung) itu tanda dia bukan hanya meraih keberkahan (apalagi banyak berkah) namun dia malah jauh dari keberkahan, walaupun mungkin dia dianggap sebagai sosok yang "pintar".

Oleh: Ustadz Nur Hadi (Facebook Udan Deres)

Demikian Artikel " Hikmah Syekh Bakri Syatha tentang Keberkahan "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah - 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
close