PELAKU PEMALSU 300 MAKAM ADALAH KETURUNANNYA SENDIRI BUKAN HABIB LUTHFI
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Belakangan ini, muncul sebuah fenomena yang cukup kontroversial terkait keberadaan makam-makam palsu yang dihubungkan dengan keturunan Ba'alawi. Dalam sebuah tulisan yang diposting oleh Nyai Raden Ayu Linawati pada, Selasa (23/10/24) di laman facebooknya. Nyai Linawati membeberkan siapa yang dianggap bertanggung jawab atas fenomena tersebut. Tulisan ini mengungkapkan berbagai pandangan dan kritik terhadap praktek-praktek yang melibatkan pengkultusan makam-makam keramat yang dianggap palsu.
Nyai Raden Ayu Linawati membuka tulisannya dengan mengungkapkan kekhawatirannya terkait fenomena makam palsu yang dihubungkan dengan keluarga besar Ba'alawi, yang mencakup nama-nama keturunan Nabi Muhammad SAW dari Yaman. Menurut beliau, bahkan tokoh-tokoh mistis seperti Mak Lampir dan Nyai Roro Kidul diklaim memiliki keterkaitan dengan silsilah Ba'alawi. Dalam konteks ini, Raden Ayu mempertanyakan siapa pelaku di balik klaim-klaim yang meresahkan ini.
"Fenomena makam-makam palsu yang di Ba'alawi-kan. Bahkan makam Mak Lampir & Nyai Roro Kidul konon juga di Ba'alawi-kan. Siapa kah pelaku sebenarnya???" ujarnya.
Nyai Raden Ayu Linawati membuka tulisannya dengan mengungkapkan kekhawatirannya terkait fenomena makam palsu yang dihubungkan dengan keluarga besar Ba'alawi, yang mencakup nama-nama keturunan Nabi Muhammad SAW dari Yaman. Menurut beliau, bahkan tokoh-tokoh mistis seperti Mak Lampir dan Nyai Roro Kidul diklaim memiliki keterkaitan dengan silsilah Ba'alawi. Dalam konteks ini, Raden Ayu mempertanyakan siapa pelaku di balik klaim-klaim yang meresahkan ini.
"Pelakunya ya Dzurriyat dari Sohibul Makam Sendiri yg ingin derajatnya terangkat setinggi langit sebagai bagian dari Marga-Marga Ba'alawi seperti Bin Yahya, Al Habsyi, Al Kaff, Azmatkhan, Basyaiban, Aseggaf dan lain sebagainya." lanjutnya.
$ads={1}
Nyai Raden Ayu menyatakan bahwa para pelaku utama dari fenomena ini kemungkinan besar adalah keturunan atau dzurriyat dari sohibul makam (pemilik makam) sendiri. Dengan mengklaim hubungan mereka dengan Ba'alawi, mereka berharap dapat mengangkat derajat mereka di tengah masyarakat. Keluarga-keluarga besar seperti Bin Yahya, Al Habsyi, Al Kaff, dan beberapa marga lainnya disebut sebagai contoh dari Ba'alawi yang sering dikaitkan dalam kasus seperti ini.
Dalam pandangan Raden Ayu, ada ambisi dari pihak dzurriyat untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi melalui klaim silsilah dengan Ba'alawi. Hal ini memanfaatkan keyakinan masyarakat yang menganggap keturunan Ba'alawi memiliki kekuatan spiritual yang lebih tinggi.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati: Wali Songo Tidak Ber Fam Azmatkhan Ba'alawi
Selain dzurriyat, Raden Ayu juga mengkritik adanya oknum dari masyarakat setempat yang memanfaatkan makam-makam keramat palsu ini sebagai ladang bisnis. Menurutnya, keberadaan kotak amal di sekitar makam yang seringkali hanya berupa petilasan (tempat yang diyakini pernah dikunjungi seseorang penting tetapi tidak benar-benar makam) menjadi salah satu bentuk eksploitasi. Oknum-oknum ini memanfaatkan keyakinan masyarakat akan keberadaan tempat keramat untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Praktik semacam ini memanfaatkan ketidaktahuan atau kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan spiritual tempat-tempat yang dianggap suci. Dalam budaya Jawa dan kepercayaan-kepercayaan lokal lainnya, tempat-tempat keramat memiliki makna mistik yang kuat dan sering dikaitkan dengan kemampuan gaib.
Nyai Raden Ayu menyatakan bahwa para pelaku utama dari fenomena ini kemungkinan besar adalah keturunan atau dzurriyat dari sohibul makam (pemilik makam) sendiri. Dengan mengklaim hubungan mereka dengan Ba'alawi, mereka berharap dapat mengangkat derajat mereka di tengah masyarakat. Keluarga-keluarga besar seperti Bin Yahya, Al Habsyi, Al Kaff, dan beberapa marga lainnya disebut sebagai contoh dari Ba'alawi yang sering dikaitkan dalam kasus seperti ini.
Dalam pandangan Raden Ayu, ada ambisi dari pihak dzurriyat untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi melalui klaim silsilah dengan Ba'alawi. Hal ini memanfaatkan keyakinan masyarakat yang menganggap keturunan Ba'alawi memiliki kekuatan spiritual yang lebih tinggi.
"Juga pelakunya adalah oknum masyarakat sekitar yang menjadikan kuburan-kuburan keramat menjadi ladang bisnis dari kotak-kotak amal yang banyak bertebaran di area makam keramat tsb yg ternyata hanya petilasan belaka." tambahnya.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati: Wali Songo Tidak Ber Fam Azmatkhan Ba'alawi
Selain dzurriyat, Raden Ayu juga mengkritik adanya oknum dari masyarakat setempat yang memanfaatkan makam-makam keramat palsu ini sebagai ladang bisnis. Menurutnya, keberadaan kotak amal di sekitar makam yang seringkali hanya berupa petilasan (tempat yang diyakini pernah dikunjungi seseorang penting tetapi tidak benar-benar makam) menjadi salah satu bentuk eksploitasi. Oknum-oknum ini memanfaatkan keyakinan masyarakat akan keberadaan tempat keramat untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Praktik semacam ini memanfaatkan ketidaktahuan atau kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan spiritual tempat-tempat yang dianggap suci. Dalam budaya Jawa dan kepercayaan-kepercayaan lokal lainnya, tempat-tempat keramat memiliki makna mistik yang kuat dan sering dikaitkan dengan kemampuan gaib.
"Budaya masyarakat Kejawen memang mempercayai tempat-tempat keramat dan petilasan memiliki kekuatan mistik dan ghaib. Saya juga masih percaya kok..." lanjutnya.
Raden Ayu kemudian mengakui bahwa kepercayaan masyarakat Jawa terhadap tempat-tempat keramat dan petilasan adalah bagian dari budaya yang masih hidup hingga saat ini. Dengan nada humoris, beliau juga mengaku bahwa dirinya masih mempercayai kekuatan mistik yang diyakini ada di tempat-tempat tersebut. Ini mencerminkan bagaimana keyakinan terhadap tempat keramat telah menjadi bagian integral dari tradisi masyarakat Kejawen, yang masih menghormati dan memuja situs-situs ini.
Beliau juga mengungkapkan bahwa dalam proses penemuan makam-makam keramat, banyak orang yang datang kepada tokoh agama atau paranormal yang dianggap memiliki kemampuan spiritual untuk "menerawang" lokasi makam. Bahkan, hanya dengan dasar mimpi berulang, tempat yang dulunya berupa ladang atau semak belukar tiba-tiba bisa berubah menjadi makam wali yang dikramatkan. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat dan menyiratkan adanya pengaruh mistis dalam menentukan makam-makam tersebut.
Baca juga: Kisruh Nasab Sudah Diisyaratkan Rasulullah Dalam Mimpi Nyai Raden Ayu Linawati
Raden Ayu juga menekankan bahwa fenomena ini adalah tradisi turun-temurun dan menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Beliau membela tokoh seperti Habib Luthfi, yang mungkin mendapat sorotan atas fenomena makam keramat, dengan menyatakan bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan individu tertentu. Sebaliknya, ini adalah bagian dari kearifan lokal dan budaya masyarakat Jawa yang sangat menghormati tempat-tempat keramat dan seringkali dihubungkan dengan hal-hal klenik.
Raden Ayu Linawati kemudian berbagi pengalaman pribadi mengenai kepercayaan keluarganya. Neneknya, yang berasal dari Kota Solo dan merupakan bagian dari Trah Mangkunegaran, juga mempercayai kekuatan ghaib di tempat-tempat keramat, dan keyakinan ini diwariskan kepada anak cucunya, termasuk Raden Ayu sendiri. Beliau mengakui bahwa budaya dan kearifan lokal ini sulit untuk dihilangkan karena telah menjadi bagian dari tradisi keluarga yang turun-temurun.
Fenomena makam palsu yang di-Ba'alawi-kan telah menjadi isu yang meresahkan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa. Banyak masyarakat yang masih memegang teguh keyakinan bahwa makam-makam tertentu memiliki kekuatan gaib dan bisa memberikan berkah atau perlindungan. Hal ini membuat tempat-tempat tersebut sering kali dipadati oleh peziarah yang berharap mendapatkan keberuntungan atau perlindungan dari makam-makam keramat.
Namun, apa yang diungkapkan oleh Nyai Raden Ayu Linawati membuka mata kita tentang bagaimana fenomena ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan mengaitkan makam-makam palsu dengan silsilah Ba'alawi, mereka mencoba meningkatkan status sosial atau bahkan memperoleh keuntungan finansial dari peziarah.
"Rata-rata mereka datang ke Kyai-Kyai, Gus-Gus, Habib-Habib yang dianggap kasyaf dan memiliki mata basiroh tajam, juga ke dukun-dukun, paranormal-paranormal untuk diterawangkan lokasi keramat tersebut atau kadang hanya karena mendapatkan mimpi yang sama berulang-ulang maka tiba-tiba ladang ilalang & semak belukar pun berubah jadi makam-makam wali dan di keramatkan." terangnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa dalam proses penemuan makam-makam keramat, banyak orang yang datang kepada tokoh agama atau paranormal yang dianggap memiliki kemampuan spiritual untuk "menerawang" lokasi makam. Bahkan, hanya dengan dasar mimpi berulang, tempat yang dulunya berupa ladang atau semak belukar tiba-tiba bisa berubah menjadi makam wali yang dikramatkan. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat dan menyiratkan adanya pengaruh mistis dalam menentukan makam-makam tersebut.
"Ini sudah jadi tradisi turun temurun dan rahasia umum, jadi tidak semua salah Habib Luthfi karena memang begitulah bentuk kearifan lokal dan budaya masyarakat Kejawen percaya pada petilasan dan punden-punden yang dikeramatkan & berbau klenik...." jelasnya.
Baca juga: Kisruh Nasab Sudah Diisyaratkan Rasulullah Dalam Mimpi Nyai Raden Ayu Linawati
Raden Ayu juga menekankan bahwa fenomena ini adalah tradisi turun-temurun dan menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Beliau membela tokoh seperti Habib Luthfi, yang mungkin mendapat sorotan atas fenomena makam keramat, dengan menyatakan bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan individu tertentu. Sebaliknya, ini adalah bagian dari kearifan lokal dan budaya masyarakat Jawa yang sangat menghormati tempat-tempat keramat dan seringkali dihubungkan dengan hal-hal klenik.
"Salah satu nenek saya adalah orang Jawa tulen dari Kota Solo, Trah Mangkunegaran. Beliau juga masih mempercayai dan meyakini hal-hal seperti tersebut di atas semasa hidupnya, otomatis juga menurun ke kami anak cucunya yang masih meyakini petilasan, punden, dan makam-makam yang konon dikeramatkan memiliki kekuatan ghaib dan ditunggu makhluk-makhluk tak kasat mata." tambahnya.
Raden Ayu Linawati kemudian berbagi pengalaman pribadi mengenai kepercayaan keluarganya. Neneknya, yang berasal dari Kota Solo dan merupakan bagian dari Trah Mangkunegaran, juga mempercayai kekuatan ghaib di tempat-tempat keramat, dan keyakinan ini diwariskan kepada anak cucunya, termasuk Raden Ayu sendiri. Beliau mengakui bahwa budaya dan kearifan lokal ini sulit untuk dihilangkan karena telah menjadi bagian dari tradisi keluarga yang turun-temurun.
"Saya sendiri setuju jika memang sudah melalui investigasi dan penelitian panjang ada makam-makam Ba'alawi palsu dan Bin Yahya palsu untuk dibongkar agar di masa depan tidak ada lagi dzurriyat sohibul makam tersebut mengaku-ngaku keturunan Nabi Muhammad SAW dengan gelar-gelar palsu Habib Ba'alawi karena itu memang marak terjadi kisaran 18 tahun ini..." lanjutnya.Raden Ayu menyatakan persetujuannya terhadap langkah-langkah investigasi dan pembongkaran makam-makam yang dianggap palsu. Beliau mendukung upaya untuk mengungkap kebenaran agar di masa depan tidak ada lagi dzurriyat sohibul makam yang mengaku-ngaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dengan gelar Habib Ba'alawi palsu. Menurutnya, fenomena ini sudah marak terjadi selama 18 tahun terakhir.
"Saya sendiri sudah pusing berhadapan dengan mereka para pemalsu gelar, pemalsu nasab yang jumlahnya puluhan ribu orang dan semua mengaku-ngaku Habib Ba'alawi dengan berbagai marga dari Azmatkhan Ba'alawi, Basyaiban Ba'alawi, Al Kaff Ba'alawi, Assegaf Ba'alawi, Al Habsyi Ba'alawi, dan lain sebagainya...." terangnya.Beliau juga mengungkapkan kelelahan pribadinya dalam menghadapi para pemalsu gelar dan nasab yang semakin banyak jumlahnya. Puluhan ribu orang mengaku-ngaku sebagai bagian dari keturunan Ba'alawi dengan berbagai marga, dan ini telah menjadi masalah besar yang dihadapi oleh keluarga Ba'alawi dan Walisongo.
"Dan ini sudah jadi rahasia umum di kalangan keluarga Walisongo sendiri dan di kalangan Habaib Ba'alawi karena pertengkaran ini sudah berjalan 18 tahun lamanya...." tutupnyaTerakhir, Nyai Raden Ayu Linawati menyatakan bahwa fenomena ini telah menjadi rahasia umum di kalangan keluarga Walisongo dan Ba'alawi. Perselisihan terkait klaim palsu ini telah berlangsung selama 18 tahun, dan sampai saat ini masih menjadi isu yang terus dibahas di kalangan keturunan Walisongo dan Ba'alawi.
Fenomena makam palsu yang di-Ba'alawi-kan telah menjadi isu yang meresahkan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa. Banyak masyarakat yang masih memegang teguh keyakinan bahwa makam-makam tertentu memiliki kekuatan gaib dan bisa memberikan berkah atau perlindungan. Hal ini membuat tempat-tempat tersebut sering kali dipadati oleh peziarah yang berharap mendapatkan keberuntungan atau perlindungan dari makam-makam keramat.
Namun, apa yang diungkapkan oleh Nyai Raden Ayu Linawati membuka mata kita tentang bagaimana fenomena ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan mengaitkan makam-makam palsu dengan silsilah Ba'alawi, mereka mencoba meningkatkan status sosial atau bahkan memperoleh keuntungan finansial dari peziarah.
Sumber: Nyai Raden Ayu Linawati
Editor: Hendra, S
Demikian Artikel " Nyai Raden Ayu Linawati: Walisongo Tidak Ber Fam Azmatkhan Ba'alawi "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -