NYAI RADEN AYU LINAWATI ANGKAT BICARA USAI MAKAM WALI SONGO DISEBUT FIKTIF OLEH PEMBATAL BA'ALAWI
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Nyai Raden Ayu Linawati membagikan tulisan di akun Facebook-nya terkait fenomena yang memprihatinkan terkait klaim yang menyebutkan makam-makam para wali besar dan leluhur sebagai palsu atau fiktif. Ia menegaskan bahwa ada bahaya serius dari upaya yang menggunakan spekulasi arkeologis dan "otak atik gatuk" untuk menyatakan bahwa berbagai makam bersejarah di Pulau Jawa, termasuk makam-makam Walisongo, tidak asli. Nyai Raden Ayu menganggap klaim ini sebagai propaganda yang berpotensi menghapus jejak sejarah Islam di Nusantara.
Ia memulai tulisannya dengan menyatakan bahwa setelah klaim palsu terhadap makam Ahmad Al Muhajir bin Isa Naqib Ar-Rumi, kini mereka mengincar makam-makam Walisongo di Jawa dan di Tossora. Ia menyebut ini sebagai upaya menghancurkan sejarah Walisongo di Jawa.
Nyai Raden Ayu menilai bahwa klaim palsu ini adalah hasil dari "ilmu otak atik gatuk," yang memanfaatkan perbedaan waktu pembuatan batu nisan untuk menuduh bahwa makam-makam Walisongo yang di Jawa adalah palsu. Ia mempertanyakan motif di balik klaim yang menyebut bahwa makam-makam ini, sebenarnya ada di Aceh.
Baca juga: Kisruh Nasab Sudah Diisyaratkan Rasulullah Dalam Mimpi Nyai Raden Ayu Linawati
Nyai Raden Ayu mengisyaratkan bahwa klaim terhadap makam Sunan Ampel bisa menjadi target berikutnya. Menurutnya, ada kemungkinan klaim akan menyebutkan bahwa makam asli Sunan Ampel berada di Aceh dan bukan di Jawa, hanya karena batu nisannya baru direnovasi pada abad ke-21.
Nyai Raden Ayu juga menyinggung kasus Maulana Ibrahim Asmoroqondi dan Syekh Jumadil Kubro, yang makamnya diklaim baru dibangun pada abad ke-19 dan dinyatakan sebagai makam palsu. Ia menyatakan bahwa klaim serupa dilakukan terhadap makam Sunan Gunung Jati dan leluhur lainnya yang konon makam aslinya berada di Aceh, sedangkan yang di Jawa dinyatakan sebagai fiktif.
Baca juga: Pelaku Pemalsu 300 Makam Adalah Keturunannya Sendiri Bukan Habib Luthfi
Nyai Raden Ayu mempertanyakan nasib sejarah leluhurnya, Syarif Hidayatullah, yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, jika klaim-klaim ini terus berlanjut. Ia menyebut bahwa klaim terhadap Fatahillah sebagai ayah Sultan Maulana Hasanuddin Banten seolah menegaskan bahwa leluhur yang dimiliki oleh Syarif Hidayatullah juga fiktif.
Nyai Raden Ayu Linawati mengakhiri tulisannya dengan peringatan bahwa ilmu "utak atik gatuk" yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menghancurkan sejarah dan peradaban Walisongo di Jawa.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati: Makam Leluhur Farel dan Mertua Saya Berbeda Silsilah!
Ia memulai tulisannya dengan menyatakan bahwa setelah klaim palsu terhadap makam Ahmad Al Muhajir bin Isa Naqib Ar-Rumi, kini mereka mengincar makam-makam Walisongo di Jawa dan di Tossora. Ia menyebut ini sebagai upaya menghancurkan sejarah Walisongo di Jawa.
"Setelah Makam Ahmad Al Muhajir Bin Isa Naqib Ar-Rumi Sekarang Mereka Mengarap Makam Makam Walisongo di Pulau Jawa dan Tossora yang Mrk Klaim Fiktif / Palsu juga."Menurut Nyai Raden Ayu, ada upaya menghubungkan sejarah dengan klaim yang tidak berdasar untuk menghapuskan sejarah asli. Ia menyatakan bahwa tindakan ini bukan hanya menyasar makam Ahmad Al Muhajir, tetapi juga mengincar Walisongo yang diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai pembawa ajaran Islam di Nusantara.
Nyai Raden Ayu menilai bahwa klaim palsu ini adalah hasil dari "ilmu otak atik gatuk," yang memanfaatkan perbedaan waktu pembuatan batu nisan untuk menuduh bahwa makam-makam Walisongo yang di Jawa adalah palsu. Ia mempertanyakan motif di balik klaim yang menyebut bahwa makam-makam ini, sebenarnya ada di Aceh.
Baca juga: Kisruh Nasab Sudah Diisyaratkan Rasulullah Dalam Mimpi Nyai Raden Ayu Linawati
"BAHAYA NYA ILMU OTAK ATIK GATUK & PROPAGANDA UNTUK MENGHANCURKAN & MENGHAPUSKAN SEJARAH WALISONGO DI PULAU JAWA SEMENTARA YANG ASLI DI KLAIM ADA DI ACEH SEMUA...."Nyai Raden Ayu mengkritik keras metode ini, yang menurutnya, mengabaikan bukti-bukti sejarah dan menimbulkan kebingungan di masyarakat. Ia menegaskan bahwa propaganda semacam ini adalah ancaman bagi upaya pelestarian sejarah Walisongo yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Nyai Raden Ayu mengisyaratkan bahwa klaim terhadap makam Sunan Ampel bisa menjadi target berikutnya. Menurutnya, ada kemungkinan klaim akan menyebutkan bahwa makam asli Sunan Ampel berada di Aceh dan bukan di Jawa, hanya karena batu nisannya baru direnovasi pada abad ke-21.
"Kita Tonton Drama Selanjutnya Apakah Habis ini Mereka juga Akan Mengarap Makam Sunan Ampel Berdasarkan Corak Batu Nisannya....."
$ads={1}
Nyai Raden Ayu juga menyinggung kasus Maulana Ibrahim Asmoroqondi dan Syekh Jumadil Kubro, yang makamnya diklaim baru dibangun pada abad ke-19 dan dinyatakan sebagai makam palsu. Ia menyatakan bahwa klaim serupa dilakukan terhadap makam Sunan Gunung Jati dan leluhur lainnya yang konon makam aslinya berada di Aceh, sedangkan yang di Jawa dinyatakan sebagai fiktif.
"Senasib dengan Makam Maulana Ibrahim Asmoroqondi yang di Klaim baru di Bangun di Abad 19 Masehi Berdasarkan Batu Nisan nya sementara yang Asli Ada di Aceh....."
"Senasib Dengan Makam Syech Jumadil Kubro Di Wajo Sulawesi yang dinyatakan Fiktif Karena Katanya Setelah diteliti oleh Ahli Arkeologi Ternyata Batu Nisannya dari Abad 19 Masehi Bukan Abad 15 Masehi...."Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran Nyai Raden Ayu terhadap tren klaim yang mengaitkan makam-makam di luar Jawa sebagai makam asli, dengan mengabaikan sejarah panjang yang diwariskan melalui tradisi lisan maupun tertulis.
"Senasib dengan Makam Sunan Gunung Jati ( Fatahillah Klaim Mereka ) dan Ayahnya yang bernama Maulana Ibrahim dan Makam Keduanya ada di Aceh Sementara yang di Pulau Jawa dan Pattani itu Fiktif Kata Mereka ......"
Baca juga: Pelaku Pemalsu 300 Makam Adalah Keturunannya Sendiri Bukan Habib Luthfi
Nyai Raden Ayu mempertanyakan nasib sejarah leluhurnya, Syarif Hidayatullah, yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, jika klaim-klaim ini terus berlanjut. Ia menyebut bahwa klaim terhadap Fatahillah sebagai ayah Sultan Maulana Hasanuddin Banten seolah menegaskan bahwa leluhur yang dimiliki oleh Syarif Hidayatullah juga fiktif.
"Lha Terus Bagaimana dengan Nasib Leluhur Kami Syarif Hidayatullah Kalo Kata Mereka Yang Asli itu Fatahillah Sebagai Ayah dari Sultan Maulana Hasanuddin Banten ...... Apa Mau disebut Tokoh dan Makam Fiktif juga kah ????"Menurut Nyai Raden Ayu, jika klaim-klaim palsu ini terus berlanjut, maka akan berbahaya bagi sejarah leluhur dan tokoh-tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Nyai Raden Ayu Linawati mengakhiri tulisannya dengan peringatan bahwa ilmu "utak atik gatuk" yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menghancurkan sejarah dan peradaban Walisongo di Jawa.
"Luar Biasa Hebat Ilmu Utak Atik Gatuk Mereka Untuk Menghancurkan Sejarah & Peradaban Walisongo di Pulau Jawa ..."Menurutnya, klaim-klaim yang mengarah pada propaganda ini memiliki dampak besar terhadap kesadaran masyarakat akan sejarah Islam di Jawa dan berpotensi menghapus jejak-jejak leluhur yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.
Baca juga: Nyai Raden Ayu Linawati: Makam Leluhur Farel dan Mertua Saya Berbeda Silsilah!
Penutup
Klarifikasi ini menjadi catatan penting atas keteguhan Nyai Raden Ayu Linawati dalam menjaga keaslian sejarah Walisongo dan melawan propaganda yang menurutnya ingin menghilangkan peran Jawa dalam perkembangan Islam. Nyai Raden Ayu menekankan perlunya kewaspadaan dalam menerima klaim yang merusak integritas sejarah, serta mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya dan agama yang telah dijaga dengan baik selama berabad-abad.Source: Nyai Raden Ayu Linawati
Editor: Hendra, S/Rumah-Muslimin
Editor: Hendra, S/Rumah-Muslimin