MUSA SAMIRI, NAMA LAIN DAJJAL; SEJARAH, KEMUNCULAN, PERGERAKAN
Dalam penuturannya, Dr. Isa Daud juga menuliskan bahwa
Dajjal dilahirkan dari keluarga penyembah patung sapi, yang dalam
Al-Qur’an disebut sebagai “ijlu” (anak sapi). Konon, pernikahan sedarah
ini menjadi penyebab cacat pada Dajjal, dengan satu matanya yang buta.
Sejak lahir, Dajjal dikatakan menolak menyusu dan selalu tertidur, yang
mengakibatkan ibunya sakit dan akhirnya meninggal. Tak lama kemudian,
tsunami dahsyat melanda Samirah, menghancurkan wilayah itu hingga hampir
tidak ada yang tersisa. Pada saat itulah, malaikat Jibril as.
diperintahkan untuk menyelamatkan bayi Samiri yang terapung di laut,
mengasuhnya di sebuah gua terpencil. Dalam perawatan Jibril, Samiri
diberi susu surga, yang dipercaya berasal dari jempol sang malaikat,
sebagai bagian dari pemeliharaan khusus dari Jibril.
Melalui
asuhan Jibril, Samiri dikisahkan memperoleh banyak pengetahuan dan
kekuatan khusus, termasuk pemahaman bahwa benda-benda yang disentuh
Jibril dapat "hidup." Pengetahuan ini yang kelak membuat Samiri dikenal
sebagai penggerak penyembahan terhadap patung sapi emas di kalangan Bani
Israil, saat Nabi Musa as. menjalani ibadah di Gunung Thursina selama
40 hari. Al-Qur'an menggambarkan kisah panjang ini dalam Surat Thaha,
menggambarkan dampak perbuatan Samiri dalam menyesatkan Bani Israil dari
ajaran tauhid.
$ads={1}
Ketika Samiri beranjak remaja, ia keluar dari
persembunyiannya dan bercita-cita ingin dianggap sebagai tuhan. Karena
keistimewaannya yang diperoleh melalui interaksi dengan Jibril, ia
memiliki kemampuan istimewa dalam kesehatan dan kecerdasan. Dajjal
diyakini memiliki kemampuan yang luar biasa untuk tetap muda, bahkan
setelah 100 tahun, ia dikatakan mampu kembali ke masa mudanya. Seiring
perjalanan hidupnya, Dajjal berguru pada penyihir-penyihir ternama,
termasuk seorang penyihir dari Yaman dan guru-guru sihir di Mesir,
negeri yang kala itu banyak mengandalkan sihir untuk kekuasaan Fir’aun.
Dengan menguasai ilmu sihir, Samiri pun dikenal sebagai salah satu ahli
sihir terhebat di dunia dan menguasai teknologi serta trik ilusi.
Dajjal
juga diyakini muncul di setiap zaman kenabian untuk menyesatkan umat.
Pertama kali, ia berhasil menyesatkan Bani Israil ke dalam penyembahan
patung sapi emas meskipun Nabi Harun as. saat itu berada di antara
mereka sebagai pemimpin rohani. Pada zaman Nabi Isa as., Dajjal datang
untuk menyesatkan pengikut Nabi Isa, bahkan setelah Nabi Isa diangkat ke
langit di usia 33 tahun. Sejumlah ajaran seperti konsep Trinitas,
penghapusan tradisi khitan, dan penghalalan riba dan babi dipercaya
sebagai bentuk penyimpangan yang diperkenalkan oleh Samiri melalui
Paulus, murid yang mengaku sebagai rasul. Paulus, yang berasal dari
keluarga penyembah sapi, kelak menggabungkan ajaran Yahudi dengan
filsafat Yunani untuk menciptakan doktrin Kristen yang jauh berbeda dari
ajaran asli Nabi Isa as., yang kelak berkembang menjadi ajaran
Katolikisme.
Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, Samiri hidup
dengan para sahabat di bawah nama samaran "Dihyatul Kalbi." Umar bin
Khattab pernah berniat membunuhnya, namun Rasulullah melarangnya,
sebagaimana nabi-nabi terdahulu seperti Musa dan Isa yang tidak membunuh
Samiri. Sebagai akibatnya, Dajjal memiliki kesempatan untuk terus
menyesatkan umat dengan menciptakan sekte-sekte sesat dan menyebarkan
hadist-hadist palsu.
Dalam zaman modern, dengan munculnya
berbagai ideologi seperti humanisme yang menjadikan manusia sebagai
pusat segala sesuatu, Dajjal mendapatkan peluang untuk menyebarkan
pandangannya secara luas. Banyak intelektual Yahudi seperti Karl Marx,
Sigmund Freud, dan Auguste Comte yang menyebarkan gagasan ateisme, yang
mengikis kepercayaan masyarakat Eropa pada agama dan membentuk paham
komunisme serta pemikiran materialisme, yang menempatkan manusia sebagai
pengganti Tuhan. Amerika Serikat sebagai kekuatan dunia modern diyakini
terpengaruh oleh gerakan ini, bahkan simbol-simbol mata uang dan
aspek-aspek militer Amerika disebut mengandung simbol Dajjal.
Namun
demikian, di balik kejayaan Dajjal, umat Islam di berbagai belahan
dunia semakin berusaha memperdalam iman dan menghidupkan amalan sunnah
Rasulullah, yang secara spiritual dipercaya dapat melawan
kekuatan-kekuatan Dajjal. Kehadiran Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa as.
merupakan peristiwa yang diyakini akan menghancurkan kekuatan Dajjal di
masa depan, ketika terjadi perang akhir zaman di Palestina. Pertempuran
itu diperkirakan akan menuntun pada kebangkitan spiritual Islam di
seluruh dunia dan akhir dari kekuasaan Dajjal.
Baca juga: Hadits; Iman Akan Kembali ke Madinah, Manhaj Salaf Kelompoknya?
Pendapat Ustadz Rahmat Baequni tentang Samiri hingga Akhir Zaman
Ustadz
Rahmat Baequni berpendapat bahwa Dajjal atau Samiri bukanlah sosok
biasa, melainkan entitas abadi yang telah muncul sejak zaman Nabi Musa
dan terus berperan dalam menyesatkan umat hingga kini. Menurutnya,
Samiri memiliki kemampuan untuk bertahan dalam jangka waktu yang sangat
panjang dan terlibat dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah.
Baequni mengungkapkan bahwa Samiri, yang berada dalam perlindungan
kekuatan iblis, juga memiliki pengaruh kuat dalam dunia modern melalui
berbagai sistem dan ideologi yang menjauhkan manusia dari agama, seperti
kapitalisme dan ateisme.
Ustadz Baequni juga menekankan
pentingnya memperkuat keimanan dan menghidupkan kembali sunnah
Rasulullah SAW sebagai cara untuk menghadapi pengaruh-pengaruh Dajjal
yang menyusup dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam ceramahnya, Baequni
mengingatkan bahwa umat Islam harus berhati-hati dan waspada terhadap
segala bentuk fitnah yang muncul dari Samiri, serta memperkuat tauhid
untuk menghadapi segala godaan dan tipu daya yang muncul sebagai bagian
dari rencana akhir zaman.
Baca Juga: Tentang Imam Mahdi menurut Habib Umar bin Hafidz dan Syaikh Ali Jum'ah
Profil Muhammad Isa Dawud, Penulis Buku Kemunculan Dajjal di Segi Tiga Bermuda
Muhammad 'Isa Dawud (1929-2011)
merupakan seorang penulis, sejarawan, dan sarjana agama asal Mesir yang
terkenal dalam studi sejarah Islam dan eskatologi. Ia lahir di desa
Qufur al-Battikh dekat Tanta dan menghabiskan sebagian besar hidupnya
meneliti serta menulis mengenai sejarah Islam dan peristiwa akhir zaman.
Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar di desanya, Dawud melanjutkan pendidikan
menengah di Alexandria, lalu menempuh pendidikan tinggi di Universitas
al-Azhar, Kairo, di mana ia mendalami studi Islam dan bahasa Arab. Pasca
lulus, ia menjadi pengajar di berbagai sekolah dan lembaga pendidikan
di Mesir.
Dawud terkenal melalui karyanya yang berjudul Dajjal:
The Anti-Christ, diterbitkan pada 1981, yang dengan cepat menjadi salah
satu buku yang banyak dibaca di dunia Islam. Dalam buku ini, Dawud
membahas ciri-ciri dan tanda kedatangan Dajjal—tokoh eskatologis yang
dianggap sebagai musuh besar umat manusia dalam perspektif Islam.
Meskipun buku ini diterima luas di kalangan masyarakat awam, beberapa
ulama mengkritik pandangan Dawud dan menyebutnya tidak autentik dari
segi teologi.
Selain Dajjal: The Anti-Christ, Dawud menulis
beberapa karya lain yang membahas akhir zaman, seperti The Return of
Jesus dan The End Times and the Mahdi. Di samping tema eskatologi, ia
juga mengarang buku-buku sejarah Islam, termasuk The Historical Atlas of
the Islamic World dan The Golden Age of the Arabs. Dawud wafat pada
tahun 2011 di Kairo, meninggalkan warisan intelektual yang masih dibaca
dan diperdebatkan hingga kini.
Ditulis oleh: rumah-muslimin
Demikian Artikel " Musa Samiri, Nama Lain Dajjal; Sejarah, Kemunculan, Pergerakan "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -