SEJARAH TAHLILAN DIMULAI DI ERA NABI MUHAMMAD SAW
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Tahlilan merupakan amaliyah golongan ahlusunnah wal jama'ah yang sudah menjadi tradisi khususnya muslim di Indonesia saat adanya orang yang meninggal dunia. Tahlilan dilakukan dengan maksud untuk meringankan dosa dan siksa seseorang yang telah meninggal.
Amalan ini biasanya dibaca saat malam pertama jenazah dikuburkan. Adapun terkait waktu biasanya dilaksanakan usai ba'da isya hingga selesai. Selain itu acara tahlilan umumnya diselenggarakan selama 7 hari berturut-turut, adapula yang 3 hari tergantung sohibul musibah ingin melaksanakan dalam kurun waktu berapa lama.
Amaliyah tahlilan menjadi penolakan khususnya golongan wahabi, karena mereka menganggap bahwa tahlilan bukan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak ada dalil anjurannya karena Rasulullah dan para sahabat sendiri tidak mengerjakan/melakukannya.
Apakah hal tersebut benar? dan Adakah dalilnya?
$ads={1}
Sejarah Tahlilan dan Dalilnya
Sebenarnya tidak ada dalil spesifik untuk amaliyah tahlilan, namun Nabi Muhammad Saw pernah berdzikir atas sahabatnya yang meninggal yakni Sa'adz bin Mu'adz dengan maksud agar Allah lapangkan kuburnya berkah bacaan dzikir yang dibaca.
Ketika seorang Sahabat bernama Sa'ad bin Mu'adz meninggal dunia Adalah Jabir bin Abdullah Al-anshori yang menceritakan ketika pemakaman usai, Nabi lalu memimpin pembacaan dzikir dengan suara keras dan dalam waktu yang cukup lama.
Baca juga: 3 Kalimat Pembuka Mimpin Tahlilan Dan Yasinan
Setelah itu para sahabat bertanya, "untuk apa pembacaan dzikir tadi ya rasul..??",
Nabi menjawab, "sungguh telah menyempit kuburan hamba yang soleh ini, hingga Allah lapangkan berkat bacaan dzikir tadi".
Di hadits yang lain:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Ibnu 'Abbas r.a menceritakan bahwa Rasulullah saw melewati dua kuburan lalu bersabda: 'Sesungguhnya kedua ahli kubur ini benar-benar sedang disiksa, namun tidaklah keduanya disiksa dengan sebab dosa besar. Adapun salah satunya tidak menutup diri saat buang air kecil. Adapun yang lainnya, ia suka menebar provokasi (namimah). Kemudian Nabi saw mengambil sebuah pelepah kurma yang basah, lalu dibelah dua bagian Lantas ditancapkan ke masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: 'Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini? Nabi saw menjawab: mudah- mudahan pelepah itu akan meringankan siksa kedua ahli kubur selama belum mengering." (H.R. al-Bukhari).
Baca juga: Tahlilan dalam Pandangan Syariat
Dari hadits di atas, Para ulama ahlusunnah wal jam'ah mengqiyaskan bahwa bacaan al-qur'an, dzikir, sholawat yang diniatkan/ditujukan kepada mayit dengan maksud agar dapat meringankan dosa dan siksa kubur dapat sampai dan mendapatkan manfaat. Selain itu, hadits kedua terkait pelepah kurma para ulama berpendapat bahwa dzikir dan doa orang yang masih hidup pasti lebih bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal. Hal ini dikarenakan jika tasbih dari pohon saja bisa meringankan siksa bagi mayit, maka tentu saja bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan shalawat dari jama'ah tahlilan untuk ahli kubur yang sedang didoakan akan lebih berdampak. Sudah pasti lebih utama dan lebih bermanfaat dzikir manusia daripada dzikir tumbuhan, mengingat derajat manusia yang tinggi melebihi makhluk Allah lainnya (Q.S. Al-Isra: 70).
Adapun Riwayat hadits yang pertama statusnya hasan, Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori di kitab At tarikhul kabir, Hadits itu juga terdapat di kitab Sunan Ath-thobroni.
Referensi: Kitab Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 23 hal. 158
Oleh: rumah-muslimin
Demikian Artikel " Sejarah Tahlilan Dimulai Era Nabi Muhammad Saw "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -