LAFADZ NIAT PUASA "ROMADHON" ATAU "ROMADHONA"?
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Puasa menjadi ibadah khusus di bulan suci Ramadhan. Dalam mazhab syafi'i, saat berpuasa kita dianjurkan untuk membaca niat puasa bulan Ramadhan setiap harinya.
Ada berbagai macam redaksi niat puasa seperti redaksi romadhon dan romadhona, sekilas kata tersebut tidak ada yang berbeda hanya penambahan huruf "a" saja di akhir kalimat. Lalu manakah niat yang benar antara romadhon dan romadhona saat melafadzkan niat puasa? berikut jawabannya:
Ketika seseorang ingin puasa wajib maka diwajibkan niat,karena niat adalah salah satu rukun puasa [Selain Al-imsak],kemudian untuk sah-nya niat puasa yang sifatnya wajib disyaratkan :
1. Tabyītun niyyah
2. Ta'yīnun niyyah
Apa itu tabyīt ? Tabyīt adalah engkau meniatkan berpuasa dimalam hari antara maghrib sampai ke fajar.
Apa itu ta'yīn ? Ta'yīn adalah engkau menentukan jenis puasa yang akan dilakukan [khusus puasa wajib] karena puasa wajib bermacam macam,ada puasa romadhon,ada nadzar,ada kafarot.
Ketika kita berniat minimal mengucapkan :
نويت صوم غد عن رمضان
Maka ini cukup, karena sudah memenuhi syarat dimana ada ta'yīn, ucapan غد itu harus atau yang semakna dengannya.
lafadz mana yang benar antara Romadhon dan Romadhona Lafadz mana yang paling sesuai dgn grammer bahasa arab.
١. نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضانِ هذه السنةِ لله تعالى
Yakni menjarkan "romadhon" dengan kasroh "Romadhoni (Ni)" serta mengkasrohkan Assanati (Ti) dengan idhofah.
٢. نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضانَ هذه السنةَ لله تعالى
Menjarkan "Romadhon" dengan fathah "Romadhona (Na)"karena isim ghoiru munshorif,serta memfathahkan Assanata (Ta) sebagai dzorf.
Baca juga: Niat dan Imsak; Dua Aspek Terpenting Dalam Puasa
Jawaban :
Menurut fuqoha' syafiiyyah dari 2 lafadz diatas yang paling sesuai dan yang tidak memiliki banyak ihtimalat adalah lafadz yang pertama.
نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضانِ هذه السنةِ لله تعالى
Yakni menjarkan "romadhon" dengan kasroh "Romadhoni (Ni)" serta mengkasrohkan Assanati (Ti) dengan idhofah.
Alasannya sebagaimana yang dikatakan imam ibnu hajar [w. 974 H] di Attuhfah :
واحتيج لإضافة رمضان إلى ما بعده،لأن قطعه عنها يصيّر "هذه السنة" محتملا لكونه ظرفا ل"نويت" فلا يبقى له معنى ( أي صحيح]
Hujjah kenapa kata romadhon dikasrohkan karena di idhofahkan kepada apa yang setelahnya yakni : isim isyaroh (agar sesuai,karena sesungguhnya kata hadzihis sanah itu keterangan utk romadhonnya bukan fi'il nawaitu) memisahkan/memotong kata "رمضان" dengan kata "هذه السنة" maka memungkinkan dia sebagai dzorof utk fi'il nawaitu,jika demikian maka maknanya menjadi tidak benar [Attuhfah,3/613,Dar Adh-Dhiyā']
Berkata Imam Attarmasiy [w. 1337 H]
بجر (رمضان) بالكسر لإضافته إلى ما بعده،والإسم لا ينصرف إذا أضيف جر بالكسر
Lafadz "رمضان" dijarkan dengan kasroh karena dia mudhof kepada yang setelahnya (isim isyaroh),dan isim ghoir munshorif jika di idhofahkan maka dijarkan dengan kasroh. [Hasyiyatut Tarmasiy,5/531 -532,Darul Minhaj]
Baca juga: Hukum Berkumur dan Istinsyaq Wudhu Saat Berpuasa
Karena ada kesesuaian,bahwa isim ghoiru munshorif ketika menjadi mudhof dibaca kasroh
Sebagaimana yang difahami dari ucapan ibnu malik didalam khulashohnya :
وجر بالفتحة مالا ينصرف ** مالم يضف أو يك بعد أل ردف
“Jarkan Isim ghoiru munshorif dengan fathah, selama tidak diidhofahkan atau terletak setelahnya alif lam (al).”
Adapun shighoh yang kedua :
نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضانَ هذه السنةَ لله تعالى
Menjarkan "Romadhon" dengan fathah "Romadhona (Na)"karena isim ghoiru munshorif,serta memfathahkan Assanata (Ta) sebagai dzorf.
Maka ini adalah lafadz yang paling masyhur dikalangan masyarakat,bahkan sering dipakai oleh masyarakat kita.
Maka apakah benar ? Jawabannya sudah dijelaskan diatas,jika dia memfathahkan "السنة" dengan maksud didalam hati menta'liqnya dengan kata "رمضان" atau bahasa lainnya memaksudkan didalam hati menjadikannya dzorf bagi kata "رمضان" maka ini niat yang benar,namun jika dia menta'liqnya justru dengan fi'ilnya "نويت" maka niatnya menjadi rusak.
Lihat hasyiyah asy-Syarwaniy :
(قَوْلُهُ لِنَوَيْتُ) فِيهِ بَحْثٌ؛ لِأَنَّ الْفِعْلَ الْمَوْجُودَ فِي عِبَارَةِ الْمُصَنِّفِ يَنْوِي لَا نَوَيْتُ فَإِنْ أَرَادَ نَوَيْت فِي عِبَارَةِ النَّاوِي فَفِيهِ أَنَّ الْمَدَارَ فِي النِّيَّةِ عَلَى الْقَلْبِ فَإِنْ عَلَّقَ فِي الْقَلْبِ مَعْنَى هَذِهِ السَّنَةِ بِمَعْنَى رَمَضَانَ تَعَلَّقَ الظَّرْفِيَّةَ كَانَ لَفْظُ النَّاوِي مَحْمُولًا عَلَى الْمَعْنَى الَّذِي نَوَاهُ فَيَكُونُ نَصْبُ هَذِهِ السَّنَةِ لِلظَّرْفِيَّةِ لِرَمَضَانَ، وَإِنْ عَلَّقَ مَعْنَى هَذِهِ السَّنَةِ بِمَعْنَى نَوَيْت تَعَلُّقَ الظَّرْفِيَّةِ فَسَدَتْ النِّيَّةُ وَإِنْ تَلَفَّظَ بِإِضَافَةِ رَمَضَانَ لِمَا بَعْدَهُ
Hasyiyah Asy-Syarwāniy,4/336,Darul Hadits Kairo.
KESIMPULANNYA :
1. Minimal niat puasa romadhon itu :
نويت صوم غد عن رمضان
"Saya berniat puasa romadhon esok hari"
Jika tiap malam meniatkan itu maka hukum niatnya sah.
2. Kalau mau membaca niat yang lengkap maka shighot pertama itu yang paling tepat menurut imam ibnu hajar :
١. نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضانِ هذه السنةِ لله تعالى
Yakni menjarkan "romadhon" dengan kasroh "Romadhoni (Ni)" serta mengkasrohkan Assanati (Ti) dengan idhofah.
Baca juga: Pendapat Kemasukan Sesuatu ke Telinga Tidak Membatalkan Puasa
Menurut beliau karena lafadz ini tidak memiliki ihtimalat,lafadz هذه السنة dia sebagai dzorof bagi kata romadhon itu sendiri,[walaupun ini ada sangkalan dari imam ibnu qosim],beda halnya dengan shighot kedua,shighot kedua ini memiliki 2 ihtimal,bisa jadi هذه السنة adalah dzorf bagi kata "رمضان" maka maka niatnya benar, bisa jadi هذه السنة ini dzorf bagi lafadz نويت,maka niatnya jadi salah,sebagaimana yang sudah dinukil oleh imam abdul hamid diatas.
3. Setelah membaca diskusi yang pelik diatas maka tetap saja kita katakan memakai kedua shighot diatas boleh dan sah saja.
WALLAHU A'LAM,BAROKALLAHU FĪKUM
Oleh: Abu Turob Faruq Sinambela
Editori: rumah-muslimin
Demikian Artikel " Lafadz Niat Puasa "Romadhon" atau "Romadhona"? "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -