KESESATAN MUN'IM SIRRY, MENUDUH TUHAN BERDUSTA DAN BERBUAT FITNAH
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Sebagian kalangan barangkali tidak percaya bahwa Mun’im menisbatkan kebohongan kepada firman Tuhan. Mana mungkin seseorang yang mengaku sebagai Muslim bisa menisbatkan kebohongan kepada Tuhannya sendiri? Memang, harus kita akui juga, bahwa dia tidak menyatakan secara sarih “Tuhan telah berbohong” ataupun “melakukan fitnah” terhadap hamba-hamba-Nya.
Tapi, kalau Anda baca buku aslinya, dan menelusuri gagasan “polemik kitab suci”-nya sampai relung terdalam, maka Anda akan temukan apa yang saya katakan ini. Dia menggunakan istilah “berpolemik”. Satu pilihan kata yang terlihat keren dan ilmiah. Tapi pada intinya dia sama saja dengan “memfitnah.” Saya akan buktikan itu dengan nukilan sebagai berikut. Dan kutipan lengkapnya bisa Anda baca melalui lampiran yang saya sertakan.
Dalam buku Islam Revisionis, dia menulis:
“Demikian juga ketika al-Quran menuduh para penganut agama lain telah menyekutukan Tuhan. Itu bagian dari retorika polemik al-Quran. Sebab, mereka bukan saja tidak menyebutkan diri musyrik, tapi juga menolak dikatakan menyekutukan Tuhan. Mereka adalah PENGIKUT AGAMA TAUHID. Dengan menyebut kritik al-Quran sebagai pernyataan polemik, setidaknya, ada tiga sasaran yang bisa dicapai.”
Dan, tahukah Anda apa tiga sasaran yang ingin dicapai itu? Salah satunya, dia menyebutkan bahwa “kalangan yang dituduh al-Quran sebagai kafir atau musyrik TIDAK BERARTI BETUL-BETUL KAFIR DAN MUSYRIK” (Islam Revisionis, hlm. 15-16).
Perhatikan kata “menuduh” dalam paragraf itu. Jika Anda membaca buku “Polemik Kitab Suci”, maka kata itu akan Anda jumpai dalam banyak tempat. Bagi Mun’im, menyebut al-Quran “menuduh” itu biasa-biasa saja. Dan Anda bisa bayangkan betapa kurang ajaranya kalimat itu jika dikaitkan dengan firman Allah Swt. Sementara dia, seperti yang dia tegaskan di tempat lain, memposisikan al-Quran itu sebagai kalam Tuhan sekaligus kalam Nabi Muhammad Saw!
Apa yang dikatakan al-Quran terkait orang Kristen, musyrik, dan kafir itu, menurut Mun’im, adalah tuduhan belaka. Bukan sesuatu yang sesuai dengan fakta. Bukankah dalam bahasa Indonesia tuduhan itu sama dengan fitnah? Jika demikian, kalau ingin diperjelas, maka Allah Swt, dalam pandangan Mun’im, telah memfitnah hamba-hamba-Nya demi memenangkan perdebatan dengan mereka. Adakah perbuatan yang lebih keji selain menisbatakan perbuatan buruk kepada pencipta alam semesta?
Baca juga: Kelicikan Mun'im Sirry dalam Mengutip Kitab
Kesimpulan ini diperkuat lagi dengan perkataan dia selanjutnya, yang menyebutkan bahwa orang-orang musyrik pada masa jahiliyyah itu, tegas Mun’im, adalah pengikut agama tauhid! Perhatikan dengan cermat ungkapannya yang menyatakan “mereka adalah pengikut agama tauhid”. Lalu, setelah itu di bagian akhir dia menyebutkan, “kalangan yang dituduh al-Quran sebagai kafir atau musyrik tidak berarti betul-betul kafir dan musyrik.”
Lihatlah bagaimana dia menampilkan wajah aslinya sendiri. Bagi Mun’im, orang-orang seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan pembesar kaum musyrik di zaman nabi itu pada hakikatnya adalah pengikut ajaran tauhid. Lalu, Allah Swt memfitnah mereka sebagai orang-orang kafir dan musyrik. Apa tujuannya? Tujuannya, kalau mengikut teori polemik kitab suci yang dia usung, ialah memenangkan perdebatan dengan mereka.
Dia pernah memberi contoh dengan perdebatan seputar ziarah kubur. Orang NU, misalnya, suka melakukan ziarah kubur. Bagi para penolak ziarah, orang yang menziarahi kubur itu akan dituduh sebagai penyembah kubur. Anggap suatu waktu terjadi perdebatan antara Anda, yang berziarah, dengan orang Wahabi, yang menuduh Anda sebagai penyembah kubur.
Orang Wahabi itu tahu bahwa Anda tidak menyembah kubur. Tapi, Anda sengaja difitnah sebagai penyembah kubur, supaya dia memenangkan perdebatan dengan Anda. Pertanyaannya, bisakah Anda memandang tindakan orang Wahabi itu sebagai tindakan yang terpuji? Nurani yang sehat, akal yang lurus, dan akhlak yang terhormat, tak akan pernah merestui sikap semacam ini. Itu jelas perbuatan keji yang tidak layak dilakukan oleh manusia apalagi Tuhan pencipta alam semesta.
$ads={1}
Jangankan untuk orang lain. Mun’im sendiri, saya kira, tidak akan pernah rela jika dia dituduh dengan apa yang tidak dia katakan sendiri. Dia pasti marah jika kutipannya dipenggal secara tidak adil. Tapi, anehnya, dia berani memenggal ayat-ayat al-Quran untuk mendukung nalar liarnya, dan menisbatakan perbuatan keji itu kepada Tuhannya sendiri. Masihkah tersisa kehormatan dari diri Anda ketika Anda mengalamatkan perbuatan yang tidak terpuji kepada Tuhan alam semesta?
Suka atau tidak, itulah yang Mun’im sematkan kepada kitab sucinya kaum Muslim. Baginya, seperti Anda baca melalui kutipan di atas, orang kafir dan musyrik yang disebut dalam al-Quran itu tidak benar-benar kafir dan musyrik. Itu hanyalah fitnah dan tuduhan. Karena pada hakikatnya mereka semua adalah pengikut ajaran tauhid! Dan al-Quran secara sengaja melayangkan fitnah itu supaya memenangkan perdebatan dengan mereka.
Hal yang sama juga berlaku bagi orang-orang Kristen. Menurut Mun’im, Allah itu tahu bahwa orang Kristen menyembah satu Tuhan, dan tidak memasukkan Maryam ke dalam uqnum trinitas. Tapi Dia sengaja memfitnah mereka sebagai penyembah tiga Tuhan. Apa tujuannya? Bukan memberi hidayah. Tapi supaya memenangkan perdebatan mereka! Artinya, kalau begitu, firman Allah itu tidak sesuai dengan fakta. Anak SMA sendiri tahu bahwa omongan yang tidak sesuai fakta itu adalah fitnah dan kebohongan.
Baca juga: Menjawab Tuduhan Mun'im Sirry yang Menyatakan Nabi Muhammad Kurang Wawasan
Lihatlah bagaimana konsekuensi serius dari gagasan polemik kitab suci yang dia usung itu. Saya yakin, dia tidak akan terima dengan konsekeunsi itu. Mungkin dia akan bilang, “oh mana mungkin saya menuduh Tuhan telah berbuat bohong! Saya ini Muslim! Anda ini sudah berlebihan menyimpulkan pandangan saya!” Begitulah biasanya respon sarjana Muslim kebarat-baratan ketika kedok asli dari pemikirannya dikuak dengan jelas.
Anda sendiri yang mengatakan bahwa “kalangan yang dituduh al-Quran sebagai musyrik dan kafir itu tidak benar-benar musyrik dan kafir.” Dan Anda menyebut mereka sebagai penganut agama tauhid. Bukankah itu menunjukan bahwa firman Tuhan tidak sesuai dengan fakta, dan bukankah itu yang dimaksud dengan istilah “fitnah” dalam pemahaman orang-orang Indonesia?
Jika Mun’im tidak terima dengan kesimpulan itu, maka dia punya dua pilihan. Satu, dia mengingkari itu sebagai perkataannya. Sementara itu termuat di dalam bukunya, dan itu terkait erat dengan ide utama dari disertasinya. Dua, dia memutus konsekeunsi (lawāzim) yang kita sebutkan itu. Dalam Ilmu Debat, pembatalan semacam itu dikenal dengan istilah (ibthāl al-mulāzamah).
Pertanyaannya, bisa tidak dia membuktikan secara rasional dan meyakinkan bahwa gagasan itu tidak berkonsekeunsi pada penisbatan fitnah dan dusta kepada firman Tuhan? Jelaskan, dan saya akan menyimak itu dengan penuh teliti.
Gagasan ini dia munculkan agar keyakinan orang-orang Kristen terlihat benar. Dan al-Quran tidak terlihat mengkritik mereka. Secara halus dia menolak anggapan bahwa al-Quran telah salah paham. Seolah-olah dia ingin membela al-Quran. Tapi, mirisnya, dia mengembangkan satu pembacaan, yang konsekuensi logisnya ialah menisbatkan perbuatan keji kepada firman Tuhannya sendiri.
Jangan Anda kira bahwa saya menyimpulkan demikian karena merujuk pada kutipan di atas saja. Di buku yang sama, dan buku Polemik Kitab Suci, ungkapan yang kurang lebih sama itu akan Anda jumpai. Kalau bukan karena keterbatasan halaman, saya ingin sekali menampilkan semua kutipan itu di sini. Saya cukupkan dulu sampai di sini. Jika Mun’im menuliskan bantahan, beri tahu saya, dan insya Allah akan kita berikan tanggapan. Demikian.
Oleh: Ustadz Muhammad Nuruddin
Demikian Artikel " Kesesatan Mun'im Sirry, Menuduh Tuhan Berdusta dan Berbuat Fitnah "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -