BERUSAHA DAN MENCARI SEBAB MERUPAKAN PERKARA YANG DISYARIATKAN
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Pada saat menjelang kelahiran, Allah ﷻ bisa saja langsung memberikan makanan pada Siti Maryam sebagaimana yang pernah diberikan-Nya di mihrab. Namun ternyata Allah ﷻ justru menyuruh Siti Maryam untuk menggoyangkan pohon kurma.
Bukankah wanita menjelang persalinan sedang mengalami masa yang berat dan memiliki tenaga yang rapuh? Namun kenapa Allah justru malah menyuruh beliau untuk menggoyangkan kurma, padahal Allah bisa menurunkan langsung makanan dari langit?
Para ulama mengatakan bahwa hal tersebut merupakan dalil bahwa usaha dan mencari sebab merupakan perkara yang disyariatkan. Hukumnya sunnah, bahkan menjadi wajib untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, dalam rangka menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba, semisal ibadah ritual dan semisalnya.
Persoalan berusaha dan mencari sebab itu bukanlah tentang hasil akhir yang ingin dicapai. Tapi tentang seberapa besar usaha yang dilakukan manusia dalam rangka mencari rizki yang kadarnya tentu telah ditetapkan oleh-Nya. Karena berusaha dan mencari sebab adalah perkara yang disyariatkan, maka melakukannya akan bernilai ibadah di sisi Allah. Sedangkan hasil, itu merupakan hak prerogatif Allah ﷻ.
$ads={1}
Allah bisa menjadikan makhluk tanpa sebab dan tidak di dalam sebab, sebagaimana Dia menciptakan Adam. Allah juga bisa menjadikan makhluk di dalam sebab tanpa sebab, sebagaimana Dia menciptakan Isa bin Maryam. Allah juga bisa menjadikan manusia dengan sebab di dalam sebab, sebagaimana Dia menciptakan kita semua.
Bukankah pada saat sepasang suami istri menginginkan keturunan, mereka akan mengusahakannya? Baik dengan menikah, berhubungan suami istri, hingga mempersiapkan nutrisi yang dinilai akan mempercepat kehamilan. Kita semuanya sadar bahwa semua usaha tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa hakikat pencipta hanyalah Allah ﷻ.
Apabila usaha dan mencari sebab bukanlah perkara yang disyariatkan, lalu kenapa kita masih berusaha untuk mencari sebab dalam perkara keturunan? Bukankah kita cukup berdoa saja sehingga Allah akan menjadikan anak dari rahim istri kita tanpa sebab, atau Allah yang langsung menurunkan bayi dari langit?
Tentu kita sepakat bahwa siapapun yang berpikir demikian akan dianggap dungu. Lalu, bukankah hal tersebut sama dengan sebagian di antara manusia yang menginginkan kehidupan namun mereka tidak mau berusaha dan mencari sebab?
Kaum jabriyah berkedok sufi, seringkali menafikan usaha dan sebab. Bahkan sebagian di antara mereka mengatakan bahwa berusaha dan mencari sebab hukumnya haram, disebabkan akan meruntuhkan tawakkal seorang hamba pada Rabbnya.
Namun demikian, bersamaan dengan itu, mereka tetap menerima sedekah atau hadiah yang diberikan oleh orang-orang yang bekerja dan mencari sebab. Padahal, apabila mereka berpendapat berusaha, bekerja, dan mencari sebab untuk mendapatkan rizki adalah perkara yang diharamkan, seharusnya mereka konsekuen dengan menyatakan bahwa apapun yang dihasilkan dari semua itu menjadi haram. Sebagaimana seseorang yang yang menjual khamr kepada seorang muslim, mala uang yang dihasilkan dari jualan tersebut adalah uang haram yang tidak boleh dimakan.
Realitanya mereka tetap menerima dan memakan "rizki haram" tersebut. Karenanya, tidak heran apabila kemudian Imam Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani mengatakan bahwa sebetulnya pemikiran yang menyatakan bahwa berusaha dan mencari sebab merupakan perkara yang diharamkan itu tidaklah lahir, kecuali dari kejahilan dan kemalasan.
Oleh: Ustadz Muhammad Laili Al-Fadhli
Foto: Kitab Al-Kasb Imam Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani (hlm. 95)
Demikian Artikel "Muhammad bin Sulaiman al Alawi: Biografi dan Kisahnya"
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -