NASIDA RIA, NAHDLIYIN YANG MEMPERJUANGKAN JILBAB DI RANAH PUBLIK
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Ketika banyak tokoh umat Islam yang memilih jalan perlawanan politik untuk memperjuangkan jilbab dibolehkan di ranah publik, kalangan Nahdliyyin seperti grup Nasida Ria memilih jalan budaya di dalam memperjuangkan jilbab. Pada tahun 1990, Nasida Ria atau Nida Ria meluncurkan lagu karya H. Suhaemi seorang budayawan Nahdliyyin asal Kali wungu Kendal. Isi lagu itu bertujuan menggugah kesadaran masyarakat muslim tentang posisi jilbab sebagai bagian dari syari'ah.
Peluncuran lagu "Jilbab Putih" selain untuk memperjuangkan jilbab di ranah publik juga untuk membela upaya stigma terhadap jilbab. Pada tahun 1989, masyarakat sempat dihebohkan oleh isu jilbab beracun. Awal kehebohan itu bermula dari aksi yang dilakukan perempuan berjilbab panjang (seperti jilbab wahabi) yang menebar racun arsenik di banyak warung di beberapa tempat di Jakarta.
$ads={1}
Haji Suhaemi menulis lirik jilbab putih dengan bahasa yang sederhana nan menyentuh:
Berkibar jilbabmu di setiap waktu
Di sepanjang jalan ku lihat kamu
Gebyar jilbabmu meredam nafsu
Busanamu menyejukkan kalbu
Pesona jilbabmu anggun di wajahmu
Sekilas senyummu menambah ayu
Karna jilbabmu aku terpaku
Cermin takwa iman di dadamu
Jilbab jilbab putih lambang kesucian
Lembut hati penuh kasih teguh pendirian
Jilbab jilbab putih bagaikan cahaya
Yang bersinar di tengah malam gelap gulita
Dibalik jilbabmu ada jiwa yang takwa
Dibalik senyummu tersimpan masa depan cerah
Di dalam lirik itu, jilbab digambarkan sebagai pakaian peredam nafsu. Jilbab juga tidak mengurangi kecantikan pemakainya. Pandangan itu disampaikan untuk menepis anggapan bahwa hanya perempuan norak dan kampungan yang memakai jilbab. Haji Suhaemi juga menegaskan bahwa muslimah yang memakai jilbab juga mempunyai masa depan yang cerah dan bisa mengembangkan potensi.
Sungguh luar biasa, harapan yang dipasang. Vibrasi dari lagu "jilbab putih" itu baru dirasakan 30 tahun kemudian. Jilbab kini dianggap sebagai pakaian berkelas dan mode. Produk jilbab mewah pun bermunculan dengan nama hijab. Namun, ketika Oklin merilis video es krimnya, nilai sakral jilbab pun hancur. Oklin bukanlah satu-satunya. Pada tahun 2010, muncul fenomena jilboobs, berjilbab tapi aurat ditonjolkan.
Mereka-mereka yang sudah men-desakralisasi nilai jilbab itu barangkali tidak pernah merasakan bagaimana susahnya orang-orang tua jaman dulu memperjuangkan jilbab. Pada masa Orde Baru, orang yang memperjuangkan jilbab berada di bawah bayang-bayang ancaman penjara dengan tuduhan subversi.
Oleh: Kyai Abdi Kurnia Djohan
Demikian Artikel " Nasida Ria, Nahdliyin Yang Memperjuangkan Jilbab di Ranah Publik "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -