DEFINISI PUASA DALAM KITAB FATHUL QORIB
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Memahami definisi puasa dalam Fathul Qarib secara lebih luas
وشرعًا إمساك عن مفطر بنية مخصوصة، جميعَ نهار قابل للصوم، من مسلمٍ عاقلٍ طاهر من حيض ونفاس.
"Puasa secara syariat adalah menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa dengan niat khusus, di seluruh siang yang boleh untuk melaksanakan puasa, dari orang islam yang berakal dan suci dari haid maupun nifas"
1. Menahan diri dari mufthir (perkara yang membatalkan puasa)
Dalam pembahasan puasa ada yang namanya al-mufthir dan al-muhbith:
Al-mufthir ini perkara yang membatalkan aslus-shoum, alias puasanya batal. Dan kalau sudah batal, maka tetep wajib imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa) sampai maghrib. Jadi kalau sudah terlanjur batal, maka tetep haram makan minum, jimak dan yang lainnya.
Membatalkan puasa 1 hari saja dengan sengaja, tanpa udzur, dosanya ga main², dalam hadits dikatakan 1 hari itu tidak bisa diganti dengan puasa sepanjang hidup, wa ini shomah, walaupun dia benar-benar puasa sepanjang hidup untuk mengganti 1 puasa yang dibatalkan tanpa udzur tadi, ttep ga bisa nambali, gabisa gantiin, ga setara.
Al-muhbith. Ini yang membatalkan pahala puasa. Jadi puasa seharian, laper, haus, ga dapet pahala. "Mending di batalin aja kalau gitu". Kalau dibatalin malah dosa seperti keterangan di atas. Maka jalan satu-satunya adalah menghindari al-muhbith ini.
Diantaranya adalah ghibah, naminah (mengadu), melihat dengan syahwat, sumpah palsu. Semua ini menghilangkan pahala puasa. Jadi kalau puasa dijaga ucapannya, pandangan matanya, pikirannya. Banyakin baca al-Quran minimal sekali khatam saat ramadhan. Dan daripada kumpul² ghibah, mending tidur diniati menghindari dosa, tidurnya dapat pahala + puasanya ga terlalu terasa.
Dan juga, selain pahala amal ibadah berlipat saat ramadhan, dosa juga berlipat saat melakukan maksiat dalam ramadhan.
Baca juga: Syarat Kebolehan Tidak Berpuasa Saat Mudik
2. Dengan niat yang khusus
Niat khusus ini seperti niat puasa ramadhan, niat puasa kafarah, niat puasa qodzo, puasa Senin Kamis dll.
3. Diseluruh siang
Maksudnya adalah dari waktu wajib imsak, yaitu waktu masuk subuh atau munculnya fajar shadiq sampai terbenamnya matahari atau masuk waktu maghrib.
Baca juga: Puasa Ramadhan: Dalil, Definisi, Hikmah dan Keutamaannya
4. Yang boleh untuk melaksanakan puasa
Maksudnya adalah selain hari-hari haram puasa dan hari-hari makruh tahrim puasa.
Hari yang diharamkan puasa ada 5: hari idhul fitri, idhul adha, dan 3 hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah), 3 hari pas setelah idhul adha.
Hari yang makruh tahrim puasa ada dua cakupan, yaitu 16 sya'ban sampai ramadhan dan yaum syakk. Simak pada penjelasannya pada artikel ini (Baca juga: Bolehkah Mengqadha Puasa Setelah Nisfu Sya'ban?)
Yaum syakk (hari yang diragukan) maksudnya adalah tanggal 30 sya'ban yang hilal tidak terlihat karena mendung.
Beda haram dan makruh tahrim:
Haram: tidak boleh puasa sama sekali. Berkonsekuensi dosa.
Makruh tahrim: tidak boleh puasa kecuali memenuhi salah satu sebab. Kalau tidak memenuhi, maka dosa.
$ads={1}
5. Dari orang islam yang berakal
Islam ini menjadi syarat sah dan syarat wajib. Harus islam untuk puasa bisa sah. Kalau masalah wajib, maka ada bahasan walaw fiima madho, walaupun keislamannya pada masa yang sudah lewat, alias orang yang murtad keluar islam. Jadi dia wajib qodzo ketika kembali islam.
Berakal disini maksudnya adalah tamyiz. Maka orang gila, mabuk, dan pingsan tidak wajib puasa, baik sengaja maupun tidak.
Kalau masalah qodzo, maka orang gila dan mabuk secara sembrono, wajib qodzo'. Kalau pingsan baik sembrono atau tidak, tetep wajib qodzo', tapi ketika sehari penuh.
Orang yang gila saat puasa walaupun satu detik, puasa batal.
Orang yang mabuk atau pingsan tidak batal puasa selama tidak satu hari penuh dari mulai wajib imsak sampai maghrib. Jadi kalau ada satu detik saja misal di siang hari, puasanya sah. Tapi mabuk tidak batal ketika tidak sebab minum, kalau sebab minum atau makan, batal.
Baca Juga: 7 Golongan Orang yang tidak Wajib Berpuasa dalam Islam
6. Suci dari haid maupun nifas
Wanita haid dan nifas haram melakukan puasa dan wajib qodzo', ini secara ijma' ulama. Jadi kalau ada pendapat berbeda, maka tidak boleh dijadikan pegangan sama sekali.
Oleh: Gus Syihabuddin Dimyathi
Demikian Artikel " Definisi Puasa Dalam Kitab Fathul Qorib "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -