PERSOALAN AKIDAH, ULAMA WAHABI BERDUSTA ATAS NAMA PARA ALIM ULAMA
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Salah satu karakter ulama wahabi yaitu mudah menisbatkan ulama-ulama besar disaat ceramah maupun ketika berhujjah disuatu forum diskusi. Terkadang hujjah-hujjah yang disampaikan oleh mereka berisi potong-potongan kalam (tidak utuh disaat menyampaikannya), bahkan beberapa kitab ulama salaf yang dicetak olehnya ada beberapa bagian-bagian yang dibuang dan tidak dimasukkan secara lengkap.
Kyai Hidayat Nur melalui laman facebooknya membagikan beberapa hal kedustaan ulama-ulama wahabi terkait penisbatan para ulama besar pada persoalan akidah. Berikut tulisannya:
Mengapa kejujuran sangat penting dalam beragama dan menyampaikan akidah?
1. Syaikh Utsaimin, ulama' Wahabi, dalam Syarah al-Kafiyah as-Syafiyah ketika menjelaskan syarah akidah Ibn al-Qayyim al-Jauziyah memfitnah Imam al-Haramain dengan menyatakan bahwa beliau berkata Allah ada dimana-mana.
Syaikh al-Albani juga pernah memfitnah ulama' Azhar mengatakan demikian. Keduanya sudah pernah saya posting (plus scan kitab) beberapa tahun yang lalu.
2. Syaikh Shiqqid al-Qinauji dalam Fath al-Bayan berkata bahwa dalam Shahih al-Bukhari terdapat nukilan dari Sayyiduna Ibn Abbas yang menta'wil istawa dengan istaqarra (bersemayam). Padahal dikatakan pengkaji, itu tidak ada dan tidak betul.
3. Syaikh Shalih al-Fauzan tidak jujur saat ditanya muridnya perihal issu bahwa ia pernah menyebut Imam Ibn Hajar, Imam al-Baihaqi dan Imam al-Khaththabi tidak tsiqah. Saat itu dia menjawab tidak pernah, padahal dalam kitabnya yang membatantah Syaikh Muhammad Sai'd Ramadhan al-Buthi dia mengatakan demikian. Ini juga sudah pernah saya posting (plus scan kitab) beberapa tahun lalu.
4. Syaikh Utsaimin dalam Majmu' Fatawa-nya berkata bahwa istiwa' bermakna (dita'wil) istaqarra adalah masyhur dari salaf. Ini ucapan tidak betul, sebab ulama' sudah menjelaskan bahwa istaqarra bukan ta'wil Ahlussunnah. Ada kesan talbis dalam ucapan Syaikh Utsaimin.
Baca juga: Persamaan Kelompok Wahabi dengan Aliran Sempalan Lainnya
5. Imam Ibn al-Qayyim dalam Ijtima' al-Juyusy berkata bahwa Imam al-Baihaqi menukil istawa dengan makna istqqarra dalam riwayat Ibn Abbas, tanpa menjelaskan kelemahan sanad. Padahal Imam al-Baihaqi dalam kitab yang dinukil Imam Ibn Qayyim telah menjelaskan kelemahan riwayat tersebut.
6. Imam Ibn Qayyim dalam kitab Ijtima' al-Juyusy berkata, Imam al-Baghawi dalam tafsirnya menafsir istawa dengan istaqarra merupakan pendapat Muqatil dan al-Kalbi. Padahal dalam kitab tersebut, Imam al-Baghawi menjelaskan pendapat-pendapat ulama' tentang istawa dan isyarat bahwa pendapat Muqatil dan al-Kalbi bukan pendapat Ahlussunnah. Sayang Imam Ibn al-Qayyim terkesan talbis.
7. Hampir semua penganut Wahabi memproduski fitnah bahwa Imam al-Asy'ari pada akhir hayatnya mengikuti manhaj salaf ala mereka. Padahal Imam al-Alusi dan ulama' lain menyatakan, al-Asy'ari penganut tafwidh di akhir hayatnya.
$ads={1}
8. Hampir semua Wahabi mencela habis akidah Imam Ibn Kullab (ulama' salaf). Kata mereka, kesesatan Imam Ibn Kullab adalah karena celaan Imam Ahmad bin Hanbal kepadanya. Padahal Imam Ibn Kullab dipuji sebagai Ahlussunnah dari kalangan salaf oleh banyak sekali ulama', seperti Qadhi Abu Syuhbah, Imam Ibn Abi Qairuwani, Imam az-Zahabi (belau menyebut ahli debat Ahlussunnah), Imam Ibn Khaldun, Imam asy-Syahrastani, Syaikh Syu'aib al-Arnauth, dan bahkan jadi rujukan ilmu kalam Imam al-Bukhari. Tetapi karena beliau ada ketidak cocokan dengan Imam Ahmad bin Hanbal (dan pengikutnya), kemudian disimpulkan Wahabi sebagai ulama' ahli kalam yang sesat.
9. Wahabi dalam masalah akidah tak jarang berhujjah dengan hadits dhaif, bahkan kadang tidak ada dalilnya sama sekali. Padahal telah menjadi kesepakatan, akidah tidak boleh didasarkan atas hadits yang lemah apalagi tanda dalil. Tetapi ketika Ahlussunnah mengamalkan hadits dhaif dalam fadhilah amal atau targhib wa tarhib atau kisah yang diperbolehkan oleh mayoritas ulama' salaf dan khalaf mereka gempar seperti sudah mau kiyamat dengan mengkritik habis-habisan.
(Dan saya bisa berikan contoh lain sebab saya ada banyak scan kitab Wahabi yang bermasalah).
Apa begini manhaj yang dikatakan pengikut sunnah atau salaf? Bagaimana bisa beragama dibangun diatas ketidak jujuran?! Dan apakah pengikutnya yang melihat kenyataan ini mau memberikan kritik atau pelurusan? Terhadap yang begini, mereka seperti menutut mata dan pura-pura tidak tahu. Tetapi terhadap "kelemahan" kecil Ahlussunnah, mereka goreng-goreng hingga habis dan jika perlu dijatuhkan martabat-nya serendah-rendahnya.
Saya tidak benci ulama-ulama' diatas, khususnya Imam Ibn al-Qayyim, tetapi menyampaikan yang haq adalah kewajiban dan lebih saya cintai.
Oleh: Kyai Hidayat Nur
Demikian Artikel " Persoalan Akidah, Ulama Wahabi Berdusta Atas Nama Para Alim Ulama "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -