NABI MUHAMMAD DI DALAM AL-QURAN, INJIL, ZABUR, DAN TAURAT
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempersiapkan alam semesta ini secara keseluruhan untuk menyambut risalah penutup para nabi sekaligus pengemban tuntunan Allah yang akan menyampaikannya kepada penduduk bumi, Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Sejak awal penciptaan sudah ada nama Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan kesiapan bagi risalahnya. Karenanya, sejak masa Adam pun sejatinya tatanan yang berlaku adalah Islam.
Tatanan yang dibawa turun oleh Adam ke bumi dan ia dapatkan langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala berupa kepasrahan diri dan penyerahan urusan kepada Allah. Itulah "tatanan langit" sejak awal penciptaan sampai Kiamat.
Seluruh nabi yang mengemban risalah-risalah samawiyah pun tidak lain hanya menyampaikan risalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Dalam Al-Quran Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman [yang artinya], "Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.
Allah berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?
Mereka menjawab, "Kami mengakui,"
Allah berfirman, 'Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu. -QS. Ali Imran: 81
Begitulah pengabaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada kita dalam kitab-Nya, Al-Quran Al-Karim, bahwa ia mengambil perjanjian atas semua nabi untuk menyampaikan kabar gembira berupa kedatangan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan untuk membenarkan risalahnya. Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengambil perjanjian ini dengan menghimpun para nabi saat mereka berada di alam ruh, dapat ditegaskan bahwa setiap nabi telah mengikat janji untuk menyampaikan risalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada para pengikutnya dan orang-orang yang mengimaninya.
$ads={1}
Dari sulbi anak-anak Adam Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengambil keturunan yang akan menjadi generasi penerus sampai Hari Kiamat. Allah juga mengambil kesaksian mereka atas Allah sendiri dan atas ketuhanan- Nya. Ini sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah Ta'ala [yang artinya], "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi."
Oleh karena itu dalam atsar yang diriwayatkan dari Maisarah Radhiyallahu 'Anha saat ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Wahai Rasulullah, kapan engkau menjadi seorang nabi?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, "Saat Adam masih berada di antara ruh dan jasad, Allah mengambil perjanjian dariku." (1)
Begitulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyatakan ketuhanan Al-Khaliq Al-A'zham bersama seluruh makhluk sementara Adam masih antara ruh dan jasad. Begitu pula, di antara Adam 'Alaihis Salam dengan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam terdapat sekian banyak rasul yang menyampaikan petunjuk menuju jalan kebenaran, agar tak seorang pun kelak di Hari Kiamat kelak menyampaikan sanggahan bahwa belum ada orang yang mengingatkannya pada tuntunan Allah, atau pemberi kabar gembira dan peringatan terkait apa yang dihadapi manusia di akhirat.
(1) Sahih dengan lafal, "Aku menjadi nabi saat Adam berada di antara ruh dan jasad." Disampaikan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Maisarah al-Fajr, dan oleh Ibnu Saad dari Abu al-Jad'a, dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma.
Kabar Dari Langit
Ahlul Kitab mengenali Nabi kita Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka. Mereka mendapati sosok beliau tertulis dalam kitab-kitab samawi mereka terdahulu, yakni dalam Taurat dan Injil.
Al-Quran Al-Karim pun menyebutkan hal itu di beberapa ayat, di antaranya:
1. Firman Allah Ta'ala [yang artinya], "Orang- orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui."-QS. Al-Baqarah: 146
Imam Sya'rawi Rahimahullah Ta'ala mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat ini. Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman bahwa sesungguhnya orang-orang yang kepada mereka diturunkan kitab sebelum Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mereka mengenal beliau.
Mengenal apa? Apakah mereka mengetahui perkara pengalihan kiblat? Atau mereka mengetahui perkara Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan pengutusan serta risalah beliau yang mereka buat dengan segala upaya agar diragukan adanya?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menerangkan hal ini kepada kita dalam firman-Nya Ta'ala [yang artinya], "Dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu."-QS. Al-Baqarah: 89
Dengan demikian kaum Yahudi dan Nasrani mengetahui risalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Bahwa beliau tercantum dalam Taurat serta Injil adalah benar, dan mereka dituntut untuk mengimani beliau.
Ka'ab al-Ahbar duduk di suatu majelis sementara Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu juga ada di tempat itu. Umar pun bertanya kepada Ka'ab, "Apakah kalian mengetahui beliau, wahai Ka'ab?"-Yakni apakah kalian mengetahui Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam beserta risalah dan ciri-ciri beliau?
Ka'ab yang juga sebagai tokoh berilmu di kalangan Yahudi mengatakan, "Aku mengetahuinya seperti aku mengetahui anakku, namun pengetahuanku tentang Muhammad lebih kuat (dari pengetahuanku tentang anakku)."
Begitu ditanya kenapa, Ka'ab mengatakan, "Tentang anakku, masih aku khawatirkan bila istriku mengkhianatiku terkait (benar tidaknya ia) anakku. Sementara Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan ciri-ciri yang disebut secara rinci dalam Taurat, kami tak (mungkin) keliru tentangnya."
Jadi, Ahlul Kitab mengenal Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mengetahui masa serta risalah beliau. Di antara mereka yang masuk Islam dan beriman, mereka melakukan itu dengan lapang dada. Adapun mereka yang tidak beriman dan kafir terhadap risalah yang disampaikan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, mereka mengetahui akan tetapi mereka menyembunyikan yang mereka ketahui.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan tentang mereka [yang artinya], "Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." -QS. Al-Baqarah: 146
Begitu dikatakan menyembunyikan sesuatu, seakan-akan sesuatu itu memang selayaknya harus dimunculkan dan diberitahukan secara luas. Kebenaran memang selayaknya harus dimunculkan dan diberitahukan secara luas. Akan tetapi mengingkari kebenaran dan menyembunyikan membutuhkan upaya yang berat.
Orang-orang yang mencermati perkara-perkara yang membutuhkan kecermatan berusaha mencegah kekuatan yang dapat menyembunyikan kebenaran.
Mereka membuat orang-orang yang bersamanya tidak bisa tidur sampai kekuatannya luntur hingga mengucapkan kebenaran. Karena pengucapan kebenaran tidak membutuhkan upaya yang berat Menyembunyikan dan tidak mengucapkan kebenaran itulah yang membutuhkan kekuatan serta upaya yang berat. Tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman [yang artinya], "Mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." mencermati
Jadi, mereka tidak bodoh tanpa pengetahuan. Mereka justru mengetahui kebenaran. Namun apakah mereka mampu menyembunyikan kebenaran dari Allah? Tentu tidak, pasti kebenaran itu akan muncul.
Jika kedustaan dan kebatilan tersebar, maka ini seperti rasa sakit yang terjadi di badan. Manusia tidak menyukai rasa sakit. Tetapi rasa sakit ini bagian dari pasukan kesembuhan karena membuat seseorang tersadarkan bahwasanya ada bagian yang terkena penyakit. Dengan demikian ia pun memeriksanya dan mengupayakan berbagai sebab kesembuhan.
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman [yang artinya], "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung."-QS. Al- A'raf: 157
Baca juga: Ringkasan Sirah Nabawiyah (Kisah Singkat Nabi Muhammad dari Lahir-Wafat)
Imam Sya'rawi Rahimahullah Ta'ala mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat ini, bahwasanya ini sembilan ciri Sayyidina Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Yaitu, bahwa Allah menurunkan wahyu kepada beliau berupa kitab khusus yakni Al-Quran. Beliau mempunyai mukjizat-mukjizat. Beliau menyampaikan dan mengabarkan tentang akidah, ibadah, dan akhlak yang paling utama dan paripurna. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam seorang yang ummiy, tidak tahu baca-tulis, dan tidak belajar pada seorang guru pun. Sebab, beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam tetap dengan kondisi sebagaimana beliau dilahirkan.
Allah Jalla Wa 'Ala telah menyebutkan beliau lengkap dengan nama, ciri-ciri, serta ketermasyhuran beliau di kalangan Yahudi dan Nasrani karena tercantum dalam Taurat dan Injil. Tapi orang-orang kafir menyembunyikannya dari mereka atau membuat penakwilan yang tidak semestinya pada yang dinyatakan oleh Tuhannya.
Padahal beliau menyuruh mereka pada kebaikan, memerintah mereka melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan karakter-karakter jiwa yang lurus dan fitrah yang murni. Sebab, hal-hal itulah yang membawa mereka pada keberhasilan di dunia dan keberuntungan di akhirat.
Juga, bahwa beliau Shallallahu Alaihi Wasallam melarang dan mencegah mereka dari semua kemungkaran yang dipandang buruk oleh fitrah yang lurus dan budi pekerti yang luhur. Beliau menghalalkan yang baik-baik bagi mereka yang sebelumnya pernah diharamkan, bahkan Allah mencegah mereka darinya sebagai balasan atas kesewenang-wenangan dan kesesatan mereka. Beliau mengharamkan bagi mereka semua yang membahayakan. dan kotor, seperti memakan bangkai dan harta yang haram seperti riba, suap, dan kecurangan. Beliau meringankan tugas-tugas yang memberatkan dan menyulitkan mereka yang tercantum dalam syariat Musa 'Alaihis Salam, seperti memotong organ tubuh yang melakukan kesalahan dan mengharamkan harta rampasan perang bagi mereka dan harus dibakar. Demikian pula Allah meringankan dan membebaskan mereka dari ketentuan-ketentuan yang ketat yang pernah ditetapkan kepada mereka sebagai bentuk hukuman bagi mereka atas kefasikan dan kezaliman mereka.
Allah Jalla Sya ruh berfirman [yang artinya], "Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka (memakan makanan) yang baik- baik (yang sebelumnya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih."-QS. An-Nisa`: 160- 161
$ads={2}
Demikianlah Allah memberitahukan kepada para rasul terdahulu tentang Sayyidina Rasulullah bahwa mereka harus menyampaikan kepada kaum mereka masing-masing akan datangnya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Agar kaum-kaum yang menyaksikan dan semasa dengan risalah beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengimani beliau.
Benar bahwa Rasulullah tidak pernah hidup semasa dengan seorang rasul pun, akan tetapi kabar gembira tentang beliau telah disampaikan oleh para nabi mereka dan tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
Setiap rasul sebelum Muhammad Shalawatullah Wasalamuhu 'Alaihi, diperintahkan Allah untuk menyampaikan kepada kaum di mana para rasul itu diutus. Yakni, bahwa mereka harus mengikuti Rasul Muhammad, mengimani beliau, dan tak berpegang pada kendali temporal sesuai zaman mereka.
Hendaknya mereka takut bila itu dicabut dari mereka. Begitu Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam datang
disertai mukjizat dan bukti nyata, mereka harus mengimani beliau. Simak firman Allah, [yang artinya], "Ingatlah saat Allah mengambil perjanjian para nabi."-QS. Ali 'Imran: 81
Jadi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menata agar setiap unsur keimanan tak terganggu oleh keyakinan agama-agama lain. Para penganut agama yang ada pun tidak keliru memahami dan menyangka ada agama lain yang datang untuk menghapuskan agama mereka serta mengambil kendali temporal darinya. Hal demikian karena risalah iman senantiasa terhubung sepanjang masa. la mengungkapkan berbagai ketetapan kepada manusia di sepanjang zaman.
Semua rasul berupaya agar kehidupan manusia berlangsung dengan aman bahagia dan saling menopang di antara potensi-potensi yang ada tanpa ada pertentangan dalam gerak-geriknya. Allah telah memerintahkan itu kepada para rasul dan mengambil perjanjian mereka.
Setelah itu Allah menegaskannya dengan firman- Nya [yang artinya], "Apakah kamu mengakui."
Allah mewahyukan kalam yang mengukuhkan tatanan ini kepada mereka. Maka dari itu bagi pengikut nabi tidak boleh menabrak risalah baru yang didukung dengan mukjizat dan diperkuat dengan tatanan yang menjamin kehidupan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi manusia.
Allah tidak hanya menjadikan iman kepada risalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai pengabaran saja. Dia juga memberikan tanda bagi Muhammad sendiri dalam kitab-kitab yang mendahuluinya, dan mengung- kapkan ciri pribadinya kepada mereka. Penjelasan yang disertai dengan ciri-ciri yang berkaitan dengan pribadinya tentu lebih terang daripada pengabaran tentang dirinya saja dengan kata-kata.
Maka dari itu Abdullah bin Salam, saat ditanya Umar Radhiyallahu 'Anhu tentang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ia katakan, "Hai, Nak. Aku lebih tahu tentang dia."
Umar bertanya, "Kenapa?"
Abdullah bin Salam menjawab, "Karena aku tidak ragu tentang Muhammad, bahwa ia seorang nabi. Adapun tentang anakku, bisa saja ibunya berkhianat."
Umar pun mencium kepalanya.
Maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman [yang artinya], "Mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka."-QS. Al-An'am: 20
Tidak diragukan bahwa manusia mengenal anak-nya secara cermat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mempunyai tanda-tanda khusus yang membuktikan sosok beliau Shallallahu Alaihi Wasallam secara fisik.
Terkait perjalanan Isra Mi'raj pun perkaranya bukan sekedar kata-kata. Akan tetapi saat ditanya tentang perjalanan ini, beliau mengatakan, "Aku melihat Musa. Ternyata ia sosok berambut ikal dan kurus. (2) Rambut ikalnya seperti orang Syanuah.
Aku juga melihat Isa. Ternyata ia sosok yang berperawakan sedang. Ia seperti keluar dari tempat pemandian. Aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip dengannya."(3)
Demikian pula yang Allah sampaikan dalam Taurat dan Injil. Bukan pengabaran tentang Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam saja. Allah juga memberikan penjelasan-penjelasan tentang beliau secara detail yang dapat menggambarkan sosok beliau.
Karenanya, tidak ada kerancuan dengan adanya orang yang menyertai sosok beliau saat masa kedatangan beliau tiba.
(2) Dharb (kurus); dagingnya kurang berisi. Rajl berarti berambut ikal antara lurus dan keriting. Maksud dari perkataan beliau Syanuah adalah sosok yang berpostur tinggi. Karena suku Syanuah dikenal kaum laki-lakinyaberpostur tinggi. Sedangkan perawakan sedang maksudnya tidak tinggi tidak pendek. Muttafaq 'alaih.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman [yang artinya], "Mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka."
Namun di antara mereka ada kalangan yang menyembunyikan kebenaran agar mereka tetap berpegangan pada kendali temporal masa itu. Mereka mengira, saat agama baru datang, kendali temporal ini akan diambil dari mereka dan agama baru pun akan mengendalikan berbagai umat dan bangsa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghendaki agar para rasul langit yang diutus ke bumi saling menolong. Bukan saling bertentangan. Tapi, yang satu menolong yang lain.
Allah berfirman [yang artinya], "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud, mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."-QS. Al-Fath: 29
Allah memberikan gambaran tentang orang-orang yang mengimani risalah Rasulullah dalam Taurat dan Injil; karena agama yang diturunkan kepada Muhammad, yakni agama Islam, adalah agama yang takkan ada lagi agama yang datang setelahnya. Maka dari itu Allah mengungkapkan tentang sirah Rasulullah beserta ciri-ciri beliau dan ciri-ciri para pengikut beliau dalam Taurat dan Injil.
Di dalam agama ini terdapat sisi yang hilang dari kaum Yahudi yang terjerumus pada materialisme murni dan meninggalkan spiritualitas. Maka dari itu sirah para pengikut Muhammad diungkap dalam Taurat, "Tanda- tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud."
Saat kaum Yahudi bersikap melampaui batas dalam materialisme, Allah datangkan seorang rasul yang condong dan memperhatikan sisi spiritualitas, yaitu Sayyidina Isa putra Maryam 'Alaihimassalam, agar terjadi keseimbangan dalam menjalani kehidupan tanpa berlebihan dan tidak pula lalai.
Dengan demikian Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mempersiapkan bahwa setiap rasul telah disampaikan kabar gembiranya oleh rasul sebelumnya. Tidak ada pertentangan-pertentangan dalam risalah-risalah mereka. Lantaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai penutup kafilah risalah, tentunya Allah Subhanahu Wa Ta'ala harus mengungkap ciri-ciri beliau bukan dengan penuturan kata-kata, akan tetapi dipaparkan dalam gambaran fisik, di mana begitu melihat beliau maka mereka mengenal beliau.
Maka dari itu kita mendapati Sayyidina Salman al- Farisi saat melihat Rasulullah di Madinah. Ia melihat sekian banyak tanda pada beliau. Ia pun ingin melihat tanda secara fisik.
Lalu ia melihat di bahu Rasul tanda penutup kenabian.
Akan tetapi apakah itu bermanfaat? Ya. Banyak orang yang mengimani itu.
Abdullah bin Salam pernah mengatakan kepada Rasulullah setelah ia masuk Islam, "Wahai Rasulullah, Yahudi itu kaum yang mengada-ada kedustaan. Bila mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau menanyakan kepada mereka, mereka akan mengada- adakan kedustaan di sisimu."
Kemudian datanglah kaum Yahudi, sementara Abdullah menyelinap masuk rumah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya, "Seperti apa Abdullah bin Salam di antara kalian?"
Mereka menjawab, "Di antara kami, ia orang yang paling luas pengetahuannya, putra orang yang paling luas pengetahuannya di antara kami. (Jadi, ia) sosok terbaik putra sosok terbaik dari kami."
Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam kembali bertanya, "Bagaimana menurut kalian bila ia masuk Islam?"
"Semoga Allah melindunginya dari itu," jawab mereka.
Abdullah langsung keluar menemui mereka seraya berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah."
Mereka berkata, "(Dia ini) orang terburuk putra orang terburuk di antara kami."
Mereka pun melecehkannya." (4)
Ciri-ciri yang dituturkan dengan kata-kata dan ciri- ciri yang tergambarkan pada fisik sudah disampaikan. Tidak ada ruang untuk mengatakan bahwa agama-agama samawi saling bertentangan. Semuanya saling menopang bahwa "(realita) bumi" terhubung dengan "(ketetapan) langit" sesuai tuntutan kondisi zaman baik dari segi waktu maupun tempat.
Dulu, orang yang berilmu terasing dari sebagian kaumnya, dan setiap lingkungan mempunyai sisi-sisi yang
(4) Dari hadis yang disampaikan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Awal Penciptaan, dari Anas Radhiyallahu 'Anhu
positif maupun yang negatif. Hingga, datang seorang rasul membenahi sisi tertentu yang negatif di tempat tertentu.
Akan tetapi Allah mengutus rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam setelah berbagai sisi negatif ini menyatu di dunia. Rasul kita datang untuk membenahi sisi-sisi negatif berskala global. Rasulullah datang lengkap dengan bukti ciri-ciri beliau dan ditopang dengan ajaran-ajaran beliau yang meringankan beban dan belenggu yang mengekang mereka. Beban yang memberatkan mereka dan belenggu yang mengekang kedua tangan sampai ke tengkuk leher mereka, yang membuat orang tidak bisa bergerak leluasa.
Allah sebutkan ciri-cirinya. Allah persiapkan akal pikiran bagi manusia untuk menerima kedatangan risalahnya. Allah lepas belenggu mereka dengan cahaya yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sebab, risalah Nabi Muhammad adalah risalah yang utuh dan menyeluruh.
Sumber: Buku Habibana Muhammad, Keagungan beliau dan Hukum Bagi Pencelanya, Penulis Muhammad Ahmad Vad'aq
Demikian Artikel " Nabi Muhammad Di Dalam Al-Quran, Injil, Zabur, dan Taurat "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -