BIOGRAFI KHR. ASNAWI KUDUS DAN KISAHNYA
(1) Leluhur KHR. Asnawi Kudus
KHR. Asnawi menjadi ulama besar tak lepas dari barokah para leluhurnya. KHR. Asnawi adalah cicit dari pasangan KHR. Asnawi Sepuh Damaran dan Raden Nganten Salamah. KHR. Asnawi Sepuh merupakan cicit dari KH. Mutamakkin Kajen. Sedangkan Raden Nganten Salamah adalah dzurriyyah dari Sunan Kudus.
KHR. Asnawi Sepuh adalah salah satu ulama ujung sanad kajian Tafsir Jalalain di Nusantara. Penjelasannya sebagaimana tulisan saya tertanggal 11/1/2023 berikut:
KHR. ASNAWI SEPUH KUDUS; UJUNG SANAD KAJIAN TAFSIR JALALAIN DI NUSANTARA
KH. Abdurrahim pengasuh PP. MUS SARANG (w. 1422 H/ 2001 M) adalah ulama yang istiqamah mengkhatamkan kajian Tafsir Jalalain setiap bulan Ramadlan tiap tahunnya. Banyak sekali ulama era sekarang yang mengkhatamkan Tafsir Jalalain dari beliau, terlebih ulama alumni Sarang secara umum dan alumni PP. MUS secara khusus.
KH. Abdurrahim mengambil sanad Tafsir Jalalain dari Syaikh Yasin al-Fadani.
Syaikh Yasin al-Fadani meriwayatkan Tafsir Jalalain dari banyak guru. Di antaranya adalah Syaikh Baidlawi Lasem, Syaikh Ma'shum Lasem, Syaikh Baqir al-Jogjawi, dll.
Beliau bertiga meriwayatkannya dari Syaikh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi.
Syaikh Mahfudz at-Tarmasi meriwayatkannya dengan mengkatamkan kajian dua kali dari KH. Sholeh Darat Semarang.
Syaikh Mahfudz Tremas dalam kitab Kifayatul Mustafid (hal. 7) berkata:
ومنهم العلامة الشيخ محمد صالح بن عمر السماراني، حضرت عنده في تفسير الجلالين بتمامه مرتين، وشرح الشرقاوي على الحكم كذلك، ووسيلة الطلاب، وشرح المارديني في الفلك.
"Di antara guru saya adalah al-Allamah Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar Semarang. Saya hadir di hadapan beliau dalam kajian Tafsir Jalalain dengan sempurna dua kali. Begitu pula Syarah Syaikh asy-Syarqawi ala al-Hikam. Saya juga hadir dalam kajian kitab Wasilat ath-Thullab dan Syarah al-Mardini dalam ilmu Falak."
KH. Sholeh Darat mengkhatamkan kajian Tafsir Jalalain dari KHR. Sholeh Damaran Kudus. KHR. Sholeh Damaran Kudus mengkhatamkan kajian Tafsir Jalalain dari ayahnya, KHR. Asnawi Sepuh Kudus.
KH. Sholeh Darat dalam al-Mursyid al-Wajiz fi ‘Ilmi al-Qur’ani al-‘Aziz (hal. 118) ketika mencatat guru-gurunya berkata:
“Nuli ingsun ngaji Tafsir al-Jalalain lil ‘Allamah as-Suyuthi wal Mahalli mareng Syaikhona al-‘Allamah az-Zahid Kyai Raden Haji Muhammad Sholeh bin Asnawi Kudus. Wahu kyai ngaji sangking Kyai Muhammad Nur al-Madzkur lan sangking ramane, Kiai Haji Asnawi.”
Artinya:
Kemudian saya belajar Tafsir al-Jalalain karya Allamah as-Suyuthi dan al-Mahalli kepada Syaikhona al-‘Allamah yang zuhud, Kyai Raden Haji Muhammad Sholeh bin Asnawi Kudus. Kyai tersebut belajar dari Kyai Muhammad Nur (Sepaton Semarang) yang telah disebutkan (sebelumnya) dan dari abahnya, KH. Asnawi (Sepuh).
Lalu, KHR. Asnawi Sepuh belajar Tafsir al-Jalalain kepada siapa?
Wallahu A'lam. Masih belum terlacak jejak sanad KHR. Asnawi Sepuh Kudus ke atasnya.
(2) KHR. Asnawi; Kiai Alim Idola Para Kiai
KHR. Asnawi adalah ulama asal Kudus yang menjadi idola bagi ulama lainnya. Salah satu ulama yang mengidolakannya adalah KHR. As'ad Syamsul Arifin Situbondo.
Gus Ahmad Husain Fahasbu , salah satu alumnus Ma'had Aly Sitibondo memberikan info, dalam buku 'Rangkuman Sebagian Dawuh-Dawuh Al-Maghfurlah KHR. As'ad Syamsul Arifin' yang disusun oleh Pengurus PP. Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo terdapat keterangan, bahwa KHR. As'ad Syamsul Arifin pada tanggal 16 Januari 1989 berkata:
"Tujuan Ma'had Ali bukan politik, tapi ingin cetak ulama seperti KH. Zaini Mun'im dan KH. Asnawi Kudus."
$ads={1}
(3) KHR. Asnawi; Pengajar di Masjidil Haram
Setelah menempuh belajar yang cukup lama, KHR. Asnawi mendapatkan mandat dari guru-gurunya untuk mengajar di Masjidil Haram. Saya kurang tahu sejak kapan beliau mengajarnya, yang jelas pada umur 25 tahun beliau telah mengajar di Makkah (Masjidil Haram). Pada saat itu jumlah santri yang ada pada halaqoh KHR Asnawi berjumlah 19 orang.
Keterangan di atas bisa kita baca pada buku Historiografi Haji Indonesia yang ditulis oleh Dr. M. Shaleh Putuhena (hlm 417) yang bersumber dari Lampiran D dari Bedevaartverslag 1914/1915 sesuai catatan yang dibuat oleh pembatu Mufti, Sayyid Abdallah az-Zawawi.
Dalam data yang sama terdapat nama ulama Nusantara lainnya yang juga mengajar di Masjidil Haram. Di antaranya adalah:
1. Syaikh Abdul Adhim Madura - umur 60 tahun - jumlah murid 30.
2. Syaikh Ahmad Nahrawi Banyumas - umur 50 tahun - jumlah murid 20.
3. Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau - umur 55 tahun - jumlah murid 40.
4. Syaikh Azhari Palembang - umur 50 - jumlah murid 20.
(4) KHR. Asnawi Kudus; Kiai Alim yang Produktif Mengarang Kitab
Kealiman dan keproduktifan KHR. Asnawi bisa dilihat dari banyaknya kitab yang beliau tulis. Di antaranya adalah:
1. Kitab Syari'atul Islam li Ta'limi an-Nisa' wa al-Ghulam yang diterbitkan di Mesir tahun 1934 M / 1353 H oleh Mathba'ah Musthofa al-Babi al-Halabi.
Kitab setebal 111 halaman ini berisi fikih dasar berbahasa Jawa dengan metode tanya jawab. Pembahasannya meliputi Rukun Islam, Rukun Iman, Thaharah, Shalat, dan Puasa.
2. Kitab Jawab Su'alipun Mu'taqod 50 yang dicetak dan diedarkan hingga sekarang oleh Mathba'ah Sa'ad Nabhan Surabaya. Kitab berbahasa Jawa ini berisi tanya jawab seputar Aqo'id 50 yang diikuti dengan dalil ijmali aqli.
3. Risalah berbahasa Arab yang membantah fatwa Mufti Syafi'iyyah di Makkah.
KHR. Asnawi menulis risalah dalam bahasa Arab yang membantah fatwa keharaman membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang dilayangkan oleh Sayyid Abdullah Zawawi, mufti syafiiyyah di Makkah pada saat itu.
Bermula dari istifta' sebagian kiai/santri di Kudus yang dikirim kepada Sang Mufti di Makkah, bagaimana hukum membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani? yang di dalamnya terdapat kalimat:
أنا واحد في الأرض، وأنت واحد في السماء
إذا سألتم الله فاسألوني
إن السعداء والأشقياء يعرضون علي ويوقفون لدي
قدمي على رقبة كل ولي
Maka, Sang Mufti menjawab: tidak boleh, dengan berbagai alasannya.
Setelah kabar fatwa tersebut sampai ke telinga kiai-kiai Kudus, maka Kiai Muhammad bin Utsman Kudus melaporkannya kepada KHR. Asnawi. Maksud dari laporan tersebut adalah mengharapkan agar KHR. Asnawi berkenan menulis bantahan atas fatwa itu.
Pada akhirnya KHR. Asnawi pun menulis risalah ini.
Manuskripnya ditemukan di Masjid KH. Sholeh Lateng Banyuwangi oleh Komunitas Pegon yang diprakasai Mas Ayung Notonegoro . Hingga sekarang masih berupa manuskrip yang belum pernah dicetak.
Orang yang membaca risalah ini akan begitu takjub dengan kealiman KHR. Asnawi. Bahasa yang digunakan sangat fashih, hingga para pembaca akan mengira bahwa yang menulisnya adalah orang Arab.
Bantahan-bantahannya pun begitu sangat mematahkan hujjah lawan. Diselingi dengan dalil-dalil aqli manthiqi dan dalil naqli.
4. Fashalatan Lisy Syaikh Asnawi Kudus yang disusun oleh cucu beliau, KH. Ahmad Minan Zuhri Asnawi.
(5) KHR. Asnawi dan Fasholatan
Jika ada yang tanya, siapakah di antara orang Indonesia yang paling banyak pahalanya? Saya bakal jawab, KHR. Asnawi Kudus.
Kok bisa?
Iya, bisa. Lihat saja betapa luasnya penyebaran kitab Fasholatan ini. Setiap anak-anak TPQ yang belajar sholat menggunakan kitab ini, maka pahalanya akan selalu mengalir untuk KHR. Asnawi sebagai shohibul Fasholatan.
Dari semenjak ditulis hingga sekarang kitab ini masih eksis memberi manfaat terhadap masyarakat. Bahkan, dulu tahun 1956 M ketika beliau masih hidup pun kitab ini sudah dialih bahasakan ke bahasa Indonesia agar memudahkan masyarakat yang tidak bisa membaca pegon.
Selain itu, ternyata KHR. Asnawi juga lah yang menginspirasi kitab Fasholatan karya ulama lain, yaitu Kitab Fasholatan Kendal karya KH. Ahmad bin Abdul Hamid Kendal (pernah menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah).
Kisahnya, dulu ketika KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal selesai menulis kitab tentang Manasik Haji dan Umroh yang bernama Tashil ath-Thariq fi Manasiki Baitillah al-'Athiq, beliau mensowankan kitab barunya kepada KHR. Asnawi Kudus untuk mengharap doa manfaat dan berkah.
KHR. Asnawi pun berkata yang kurang lebihnya, "Nulis kitab kok langsung masalah haji. Yang urut dong, sesuai urutan rukun Islam."
Dari dawuh KHR. Asnawi itu, KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal tergugah untuk menulis kitab seputar rukun Islam lainnya. Yaitu kitab:
1. Terjemah Aqidatul Awam yang merupakan jabaran dari dua kalimat Syahadat.
2. Fasholatan Kendal.
3. Risalatush Shiyam, pada akhir pembahasan juga dicantumkan masalah zakat.
Sumber kisah: Kang Syafiq Cokrow Zastrow Prawirow Kendal, peneliti kitab-kitab karya ulama Kaliwungu Kendal.
$ads={2}
(6) KHR. Asnawi dan Kitab Tauhid karya ulama Kudus
KHR. Asnawi menulis kitab Tauhid berbahasa Jawa yang beliau beri judul: Jawab Su'alipun Mu'taqod Seket.
Sezaman dengan KHR. Asnawi setidaknya ada tiga ulama lain asal Kudus yang menulis pembahasan sama. Ketiganya adalah:
1. KH. M. Irsyad Jagalan, pendiri Ponpes Raudlatul Muta'allimin Kudus.
Beliau menulis kitab Ad-Durru an-Nafis fi Aqaidi Ahli at-Tauhid (bahasa Arab) dan kitab Durrat al-Faridah ash-Shaghirah fi Ilmi at-Tauhid (bahasa Jawa, dulu pernah dicetak Menara Kudus).
2. Syaikh Abdul Hamid Kudus, pengarang kitab legend Kanzu an-Najah wa as-Surur. Dalam bidang akidah beliau menulis kitab Irsyad al-Muhtadi ila Kifayat al-Mubtadi (bahasa Arab).
3. Kiai Abu Umar Muhammad Nuh bin Abul Khoir Kudus. Beliau menulis kitab Jawahir al-Aqaid (bahasa Jawa) yang pernah dicetak pada tahun 1353 H / 1934 M di Percetakan Noeroel 'Alam Koedoes (percetakan ini sepertinya sudah tidak beroperasi).
Dari sini bisa kita simpulkan, Kudus memang gudangnya ulama. Lebih-lebih ulama ahli fan tauhid.
وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين
Pati, 15 Januari 2023
Oleh: Nanal Ainal Fauz
Demikian Artikel " Biografi KHR. Asnawi Kudus dan Kisahnya "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah -