7 HAL PENTING KETIKA MENJAMU TAMU DI MEJA MAKAN
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Imam Ibnu Mubarak menyodorkan kurma kelas satu kehadapan kawan-kawannya, lalu berkata: “Siapa yang makan paling banyak. Setiap isi kurmanya, akan kuganti dengan satu dirham!”. Dan setelah makan. Beliau benar-benar mengganti isi kurma pemenang sejumlah yang dia makan! Alasan beliau, agar kawan yang makan bersamanya, tidak sungkan dan semangat!
Kisah diatas, dituturkan Imam Ghazali dalam masterpiece beliau, Ihya’ Ulumiddin: Bab kedua tentang tujuh hal yang bisa menambahi keakraban berkumpul dan bermasyarakat sebab makan! Atau yang sekarang kita kenal dengan DISKUSI MEJA MAKAN.
Iya, ada tujuh hal agar semakin gayeng ketika kita menjamu teman di meja makan. Selain kenyang, pertemanan, kemasyarakatan, dan “tujuan terselubungpun” semakin lancar:
Pertama: Jangan mengawali makan, jika disitu ada orang yang lebih tua; baik secara umur ataupun derajat keutamaan. Kecuali dia berposisi sebagai pemimpin.
Kedua: Jangan diam saja ketika makan. Jangan seperti kebiasaan orang ‘ajam dahulu. Tapi, bicara yang enak dan riang. Kalau bisa mengisahkan para shaalihin ketika makan. Atau kisah-kisah lainnya. Seperti “tujuan terselubung” misal hehe. Namun, tetap yang enak, jangan sampai merusak mood.
$ads={1}
Ketiga: Mengasihani teman makan. Jangan rakus. Menyerang sana-sini hingga lainnya gigit jari karena yang lezat sudah dia embat. Dan jika ada teman yang makannya ‘anyih-anyih’ kaya priyayi, beri dia semangat, namun jangan sampai menyemangati lebih dari tiga kali, agar dia tidak merasa terintimidasi. Sebab baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam jika memberi arahan pada para sahabat tidak pernah lebih dari tiga kali!
Keempat: Jangan sampai temanmu mengatakan, “Hayo makan! Jangan sungkan-sungkan!”. Ada sebagian pakar adab yang mengatakan: “Orang yang terbaik diajak makan adalah yang sahabatnya tidak perlu meneliti, menuntunnya makan”. Bahkan, Imam Ja’far bin Muhammad radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Teman yang paling kusuka adalah yang banyak makannya dan yang besar ‘pulukan’nya (Suapannya). Dan teman yang paling memberatkanku adalah mereka yang minta ku ‘rawat’ ketika makan!”. Jadi bersikap wajar saja. Seperti kita makan sendirian. Namun, agar tidak memalukan, ketika makan sendiri seyogjyanya kita juga membiasakan diri dengan gaya makan normal dan baik.
Baca juga: Hukum Makanan dan Minuman Yang Terkena Najis
Kelima: Boleh membasuh tangan di bokor yang disediakan untuk basuhan. Dulu, dalam satu ruang makan. Pernah berkumpul dua pembesar ilmu, yakni: Sahabat Anas bin Malik dan Imam Tsabit al-Bannaani radhiyallahu ‘anhuma. Ketika Sahabat Anas menyodorkan bokor basuhan kepada Imam Tsabit. Karena sungkan, beliau menolaknya. Namun, sahabat Anas berkata: “Jika saudaramu ingin memulyakanmu, jangan kau tolak, sebab sejatinya waktu itu Gusti Allah ta’ala sedang memulyakanmu”.
Keenam: Kalau makan jangan terus-terusan melihat kawanmu, terlebih meneliti cara makannya. Ia bisa malu! Dan jangan berhenti makan sebelum kawanmu berhenti, jika keberhentianmu membuatnya malu, sebab itu yang dulu dilakukan banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi, hajar teross! Kalau perlu berdoa, “Allahummaj’al bathni kal-bahr (Duh Gusti. Jadika perutku laksana samudra)”.
Ketujuh: Jangan berbuat atau berbicara hal yang menjijikkan lainnya. Kalau yang ini ndak perlu penjelasan. Pokoknya bicara dan melakukan yang baik-baik sajalah.
Wallahu a’lam bisshawaab
Ditulis oleh: Rumah-muslimin
Demikian Artikel " 7 Hal Penting Ketika Menjamu Tamu Di Meja Makan "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jamaah