TASAWUF SEBAGAI KRITIK SOSIAL
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Banyak sarjana Islam lulusan Barat seperti Hasan Hanafi dan Fazlur Rahman beranggapan bahwa munculnya tasawuf akan mengancam kemajuan Islam. Sikap sufi yang anti terhadap dunia, menjauh dari hingar-bingar politik dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap masalah sosial. Para sufi seharusnya ikut andil dalam membangun peradaban, mencari solusi atas permasalahan sosial, bukan uzlah dan membiarkan orang-orang zalim bertindak sesukanya.
Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Justru sebaliknya, tasawuf lahir dari kepedulian terhadap permasalahan sosial. Setelah Nabi wafat, banyak terjadi pertepuran yang melibatkan sahabat. Perseteruan Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah misalkan, menjadikan pendukung dari kedua belah pihak saling melempar cacian kotor bahkan sampai menuduh kafir dan halal darahnya. Dalam kondisi ini, sahabat yang masih berakal sehat memilih menyingkir dari dunia politik agar tidak ikut-ikutan mencela dan mengkafirkan dua sahabat mulia Rasulullah itu. Ali termasuk dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga, sedangkan Muawiyah termasuk sahabat yang punya andil besar dalam penulisan mushaf.
Setelah era perseteruan Ali dengan Muawiyah berakhir, kodisi politik negara tidak lantas menjadi ideal seperti yang dibayangkan banyak orang. Para khalifah sering kali jatuh dalam kehidupan hedonisme. Mereka menggunakan kekuasaan dan anggaran negara untuk kepentingan pribadi. Mereka juga membayar mufti agar mau mengeluarkan fatwa sesuai keinginannya. Kondisi ini menumbuhkan jiwa materialisme dalam diri masyarakat. Para penyair berlomba untuk membuat syair pujian kepada khalifah agar mendapatkan hadiah. Sedangkan pemuka agama menjual ayat-ayat demi mendapatkan keuntungan materi.
$ads={1}
Kondisi ini membuat masyarakat yang masih punya akal sehat merasa risih dan memilih menyingkir dari keramaian. Mereka menyibukkan diri dengan zikir dan ibadah dengan menggunakan atribut baju kasar berbulu domba. Dari sinilah muncul kata ‘tashawwuf’ yang secara bahasa bermakna menggunakan pakaian berbulu domba. Para sufi seolah sedang melakukan kritik sosial, atau bisa kita sebut demonstrasi elegan melawan laku hedonisme dengan simbol pakaian kasar. Dalam perkembangannya, kelompok-kelompok ini membentuk kelas pengajaran yang salah satu fokusnya adalah mendidik agar terhindar dari laku cinta dunia. Maka dari itu, tasawuf punya andil besar dalam mendidik generasi Islam agar tidak gila materi bahkan sampai mau menggunakan simbol agama untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Oleh: Fazal Himam
Demikian Artikel " Tasawuf Sebagai Kritik Sosial "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -