BOLEHKAH BERSHOLAWAT DEMI MENGHARAP DUNIA?
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Dalam beberapa ceramahnya yang tersebar di YouTube, seorang ustadz populer menyatakan bahwa berselawat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan niatan agar hutangnya lunas atau tujuan lain yang bersifat duniawi adalah tidak boleh. Diapun tampak tak terima ketika dibantah oleh seorang habib, bahwa yang demikian adalah sah-sah saja dalam agama.
Benarkah tidak boleh berselawat kepada Rasulullah agar kita diberikan balasan kebaikan di dunia?
Berikut ini adalah pernyataan Syaikh Muhammad bin Salim Ba-Bashil dalam kitabnya, Is'ad a-Rafiq syarah Sullam at-Taufiq:
ومراتبه ثلاث: عليا وهى أن يعمل لله وحده امتثالا لأمره وقياما بحق عبوديته ووسطى وهى أن يعمل لثواب الآخرة ودنيا وهى أن يعمل للإكرام فى الدنيا والسلامة من آفاتها وما عدا ذلك رياء وإن تفاوتت أفراده
"Tingkatan (martabah) ikhlas ada tiga: (Martabah Tinggi), yaitu beramal hanya karena Allah saja, karena mengikuti perintah-Nya dan melaksanakan hak ubudiyah kepada-Nya. (Martabah Pertengahan), yaitu beramal karena ingin mendapatkan pahala akhirat. Dan (Martabah Rendah), yaitu beramal agar dimulikan Allah di dunia dan selamat dari berbagai marabahaya dunia. Dan selain tiga tersebut adalah riya', walaupun macam-macam riya' juga berbeda tingkatan".
Imam Ibn Ujaibah dalam tafsirnya, al-Bahr al-Madid berkata:
وهي ثلاث طبقات سفلى، ووسطى، وعليا. فالسفلى: أن يفعل العبادة لله تعالى، طالبًا لعوض دنيوي، كسعة الأرزاق، وحفظ الأموال والبدن، فهذا إخلاص العوام، وإنما كان إخلاصًا لأنهم لم يلاحظوا مخلوقًا في عملهم. والوسطى: أن يعبد الله مخلصًا، طالبًا لعوض أخروي، كالحور والقصور. والعليا: أن يفعل العبادة قيامًا برسم العبودية، وأدبًا مع عظمة الربوبية، غير ملتفت لجنة ولا نار، ولا دنيا ولا آخرة، مع تعظيم نعيم الجنان، لأنه محل اتصال الرؤية
"Hakikat ikhlas ada tiga tingkatan, yaitu rendah, tengah dan atas. Yang rendah adalah beribadah karena Allah dengan berharap balasan dunia, seperti luas rizkinya dan dilindungi harta dan badannya. Ini adalah ikhasnya orang awam. Tingkatan ini masih disebut ikhlas karena mereka yang beramal tidak melirik makhluk dalam amal mereka. Kemudian tingkatan tengah adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas seraya berharap balasan di akhirat, seperti mendapatkan bidadari dan istana-istana syurga. Tingkatan yang tinggi adalah beribadah karena melaksanakan titah ubudiyah dan melaksanakan adab keagungan rububiyah Allah, tanpa menoleh terhadap balasan syurga, neraka, atau menoleh kepada balasan dunia dan akhirat, dengan tetap mengagungkan nikmat syurga, karena syurga adalah tempat persambungan melihat Allah".
$ads={1}
Dengan dua pernyatan ulama' sufi diatas, dapat disimpulkan bahwa beramal karena Allah, seperti dzikir dan berselawat, tetapi terselipkan tujuan mendapatkan balasan di dunia masih boleh disebut ikhlas. Juga jika ada kaum muslimin yang niatnya demikian tidak perlu kita kritik atau atau kita rendahkan. Saya kira banyak sekali hadits-hadits Nabi atau kalam ulama' yang sholihin tentang ini, sebab Nabi sendiri dengan sifat rahmatnya juga menjelaskan amalan-amalan untuk semua lapisan kaum muslimin dengan berbagai tingkatan iman dan takwanya. Selain daripada itu, sifat bosan manusia yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya memberikan macam-macam amalan agar manusia selalu bersemangat ibadah walaupun terkadang terselip minta balasan di dunia.
Berbeda dengan tarbiyah guru mursyid kepada muridnya, maka semua kembali kepada pandangan, ijtihad dan kebijaksaan guru mursyid tersebut. Dan tidak boleh model tarbiyah guru-murid ini diterapkan secara frontal kepada masyarakat awam.
Baca juga: Pengikut Buya Arrazy Bertaubat dari Tarekat Sesat Maulana Abaty Ahmad Al Badr
Karena itu, bersikap bijak, memahami kalam ulama' secara benar dan mengamalkan pesan-pesan moral dan akhlak sufi adalah sangat dianjurkan. Bukan hanya sekedar mengaku-aku sebagai pengamal tasawuf, tetapi ucapannya jauh dari garis panduan ulama' tasawuf.
Semoga Allah mengilhamkan kebenaran kepada kita selalu. Amin.
Oleh: Kyai Hidayat Nur
Demikian Artikel " Bolehkah Bersholawat Demi Mengharapkan Dunia? "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -