CARA MEMPELAJARI KITAB PARA ULAMA YANG SULIT
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Tak dapat kita pungkiri bahwa di antara sekian karya para ulama itu ada yang mudah dicerna dan ada yang hampir menelannya pun sukar, ada yang bisa dipahami dengan hanya sekali baca dan ada juga yang perlu mengerenyitkan dahi berkali-kali untuk memahaminya. Ini disebabkan oleh banyak faktor, entah itu dari jenis ilmunya dan bobot isinya, atau dari si pembacanya langsung..
Tapi, Prof. Dr. Muhammad Abu Musa memberikan kita teladan yang luar biasa, suatu kali beliau pernah mengatakan,
"Saya suka dengan kitab yang rumit, karena ia akan membongkar apakah saya serius dalam menuntut ilmu atau tidak"..
Ungkapan menarik dari guru besar ilmu balaghoh yang satu ini mengajarkan kita bagaimana seharusnya memandang kitab-kitab para ulama yang sukar dan sulit..
"Kitab ini menguji saya, saya tak boleh gugur.."
Ungkapan penggerak yang sebenarnya harus selalu terngiang di telinga kita ketika bermuamalah dengan buku-buku rumit dan sulit..
Ungkapan dan ibarat para ulama dalam karya-karya mereka itu penuh rahasia dan misteri. Karya-karya berharga nan berkah mereka bak harta karun yang tersembunyi, perlu ada semangat juang dan tekad yang lebih untuk menemukannya, perlu ada otak yang selalu berpikir untuk memecahkannya, dan perlu ada metode yang benar untuk membuka kuncinya...
Tidak ada ungkapan dan ibarot yang para ulama letakkan dalam karya mereka kecuali ada hikmah yang tersembunyi. Tak ada yang ditulis serampangan dan sembarangan..
Kita sering bertanya, mengapa para ulama dalam menjelaskan sesuatu di karya-karya mereka sering dikemas dengan ibarat-ibarat yang sedikit rumit?, bukannya tujuannya adalah untuk membuat para pembacanya paham?
Ternyata saya menemukan sedikit jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, sekiranya :
$ads={1}
1. Mengunci para tholib agar tidak belajar kecuali dengan guru..
2. Mencegah orang-orang yang berniat buruk masuk sembarang dan merusak citra turots para ulama..
Hikmah yang masuk akal juga..
Salah satu hal ajaib yang sering kita temukan ketika berinteraksi dengan karya-karya para ulama adalah kesuburannya dalam melahirkan makna dan ide baru, di balik ringkas dan padatnya ungkapan itu lahir sekian makna dan faidah, ada ide di bawah ide, dan ada makna di balik makna..
Jika kita belajar di hadapan para masyaikh yang fattah tentang suatu kitab, kita akan menemukan banyak sekali contoh dari hal ini..
Saya melihat bahwa di antara hal-hal yang membuat kitab itu terasa sulit adalah ;
1. Tidak memahami istilah-istilah dalam ilmu tersebut dan istilah-istilah penulisnya..
Perlu diketahui bahwa setiap cabang ilmu memiliki istilah masing-masing, begitu juga penulisnya..
Misalnya dalam ilmu kalam ada istilah seperti; 'arodh, jauhar, tsabit, wujud dzihni, wujud khorijiy, 'adam, 'illah, ma'lul, dll..
Untuk sekelas syarah Khoridah oleh Imam Dardir, sedikit tidak, kita pasti menemukan beberapa istilah itu..
Seorang tholib yang tidak memahami istilah setiap ilmu dengan baik dan benar tidak mungkin menikmati dan menjalani perjalanan suatu ilmu hingga puncak dengan mudah. Tidak akan sampai..
Untuk mengetahui hal-hal ini, kita harus belajar berjenjang dengan guru..
Kita tidak bisa baca kitab-kitab secara acak mengenai suatu ilmu tanpa paham dengan betul istilah-istilahnya..
Begitu juga dengan istilah penulisnya, misalnya dalam fiqih Syafii, Imam Nawawi dalam Minhajut Tholibin memiliki istilah khusus dengan makna yang juga khusus..
Untuk memahami istilah penulis, maka membaca muqoddimah kitab adalah suatu hal yang niscaya..
2. Melompat-lompat
Melompat di sini maksudnya bukan membaca sambil loncat, tapi membaca kitab yang bukan level kemampuannya..
Di sinilah keluhan para tholib banyak bermuara..
Banyak yang ngeluh kesulitan ketika mengaji dengan Syeikh Musthofa bab bai' (jual beli) dalam kitab Minhaj, yang ternyata setelah ditelusuri, si pengeluh belum pernah sekalipun menyentuh kitab jual beli.
Bagaimana mungkin seorang tholib akan memahami dengan mudah ibarat-ibarat Minhaj sedangkan sekelas Yaqut Nafis saja belum pernah ia tuntaskan. Saat kondisi ini kita temukan, jangan kita tuduh lambannya otak kita memahami, tapi tuduhlah metode kita dalam belajar dan belajar..
$ads={1}
3. Kurangnya Ilmu Alat
Ilmu alat di sini tidak hanya ilmu nahwu, shorof, atau balaghoh, tapi jauh ke kekayaan mufrodat..
Makna setiap kata itu ada dua, makna mu'jami (makna dalam kamus) dan makna siyaqi (makna yang sesuai dengan konteksnya), keahlian untuk menemukan makna yang pertama akan kita dapatkan dengan sering membuka kamus, dan keahlian untuk makna yang kedua kita akan dapatkan ketika sudah terbiasa membaca dan menelaah kalam-kalam arab..
Ini adalah skill, jadi seberapa banyak kita latihan, maka semakin ahli kita..
Setidaknya 3 hal ini yang sering menjadi tembok penghambat bagi seorang tholib untuk memahami karya para ulama..
Insya Allah, ketika kita mengetahui jenis dan bentuk-bentuk hambatan ini, kita setidaknya akan terbantu untuk memecahkannya..
Demi Allah, tidak ada kelezatan yang lebih lezat dibanding ketika kita memahami suatu masalah dan kalam ulama dalam kitab-kitab mereka..
Pantas dahulu Imam Fakhruddin Ar Rozi mengatakan,
"العلم أعلى اللذات"
"Ilmu adalah kelezatan yang paling tinggi"..
Yuuk kita cari kelezatan itu..
Jika pada pembacaan yang pertama kita belum paham, maka baca ulang untuk yang kedua kalinya, ketiga kalinya dst..
Jangan mudah gugur dan putus asa dengan kitab-kitab yang belum kita pahami saat ini..
Semoga bermanfaat..
Oleh: Amru Hamdany
Demikian Artikel " Cara Mempelajari Kitab Para Ulama Yang Sulit "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -