QIYAS DALAM ILMU MANTIQ: PENGERTIAN, CONTOH, BAGIAN DAN UNSURNYA
Qiyas adalah ;
"عبرة عن قول من قضايا ركبت تركيبا خصا بحيث تستلزم لذاته قولا آخر."
"Sebuah ungkapan dari sebuah kalimat/ jumlah yang terdiri daripada beberapa qadhiah, yang tersusun dengan susunan yang khusus (muqaddimah shughra dan kubra), yang dari susunan tersebut akan melazimkan perkataan baru yang dinamakan natijah"
Contohnya;
العالم متغير
و كل متغير حادث
العالم حادث
√ dari sini diketahui Natijah bukanlah Muqaddimah shughra dan kubra itu sendiri, dan natijah itu adalah kelaziman dari muqaddimah tersebut, dengan makna manakala kita menerima muqaddimah tersebut maka kita tidak bisa menolak natijah yang dihasilkan daripadanya, oleh karena itu kalau anda tidak setuju dengan sebuah natijah, bukan natijahnya yang anda tolak/bantah, akan akan tetapi silahkan Anda bantah muqaddimah dari natijah tersebut...!
$ads={1}
✓ Qiyas memandang jumlah muqaddimahnya terbagi dua ;
1. Basith, yakni qiyas yang tersusun dari dua muqaddimah saja. Contohnya
العالم متغير
و كل متغير حادث
2. Murakkab, yakni qiyas yang tersusun dari lebih dari dua muqaddimah. Contoh;
النباش آخذ للمال خفية
وكل آخذ للمال خفية سارق
و كل سارق تقطع يده.
Unsur bagian qiyas
Setiap qiyas dalam ilmu mantik mengandung unsur bagian sebagai berikut;
a. Memandang bagian lafazhnya Qiyas mengandung tiga unsur bagian lafazh, yang disebut dengan "الحدود الثلاثة" tiga macam had . Ketiga macam tersebut yakni;
1). Al haddul Ashgar ( الحد الأصغر), yaitu lafazh dalam pengambilan natijah ia menjadi maudhu'. Misalnya contoh di atas lafazh " العالم ".
2). Al haddul Aushath ( الحد الأوسط ), yaitu lafazh disebut berulang-ulang pada dua buah Qadhiah (shughra dan kubra). Seperti lafazh. " متغير ".
3). Al haddul Akbar ( الحد الأوسط ), yaitu lafazh yang di dalam hasil pengambilan natijah ia menjadi mahmul. Seperti lafazh " حادث ".
b. Memandang bagian qadhiahnya juga mengandung tiga unsur bagian, yakni;
1). Muqaddimah shughra ( المقدمة الغرى ), yaitu qadhiah yang mengandung haddul Ashgar, seperti dalam contoh di atas " العالم متغير ".
2). Muqaddimah kubra ( المقدمة الكبرى ), yaitu qadhiah yang mengandung haddul Akbar. Seperti كل متغير حادث.
3). Natijah ( النتيجة ) , qadhiah yang terbentuk dari dua had ( had Ashgar dan had Akbar). Seperti العالم حادث .
✓ Adapun Qias memandang bentuk muqaddimahnya maka terbagi menjadi dua, yakni iqtirani dan istina-i.
Apa itu qiyas Iqtironi?
Yakni qias yang menunjukkan kepada natijah bil quwah. Artinya bahwa keadaan dua muqaddimah dalam qiyas mengandung bahan Natijah ( مادة النتيجة ) tetapi tidak mengandung bentuk natijah ( هيئة النتيجة ).
Contohnya;
العالم متغير
و كل متغير حادث
العالم حادث
Dari sini kita perhatikan bahwa natijah qiyas tersebut adalah "العالم حادث " yang mana muqaddimah shughranya mengandung "العالم" di mana العالم ini nantinya menjadi ma'dhu' di dalam natijah. Sedangkan muqaddimah kubranya mengandung " حادث" dimana ia kemudian menjadi mahmul dalam natijah. Di situ tidak ada kata-kata العالم حادث secara spesifik dalam muqaddimah shughra atau kubra, tapi bagiannya terpisah diantara muqaddimah shughra dan kubra, yakni pada kedua muqaddimah shughra ada disebut bahan yang daripadanya dapat dibentuk sebuah natijah. Dengan kata lain, bahwa qiyas tersebut hanya terdapat bahan Natijah di dalam dua muqaddimahnya (shughra dan kubra) bukan bentuk natijah. Bentuk natijah di bentuk dari itu (natijah bil quwah).
Kemudian kita masuk macam-macam qiyas Iqtirani.
✓ Syekh Said faudah Hafizahullah mengatakan Menurut pendapat mu'tamad Qiyas iqtirani ada dua macam;
1) Qiyas iqtirani hamli, yakni qadhiah yang tersusun dari qadhiah hamliah semata. Seperti contoh di atas yang saya sebutkan.
2). Qiyas iqtirani syarthi, qiyas yang tersusun daripada qadhiah hamliah dan syarthiyah. Seperti ;
كلما كان الشئ متغيرا كان محدثا
وكل محدثا لا بد من الموجد
كلما كان الشئ متغيرا فلا بد من الموجد
√ adapun menurut nazhim yakni syekh Abdurrahman Alkadrie qias iqtirani hanya khusus kepada iqtirani hamli saja, sebagaimana dalam sya'ir beliau;
$ads={2}
..................# بقوة واختص بالحملية
Kemudian untuk menghasilkan Natijah yang benar maka muqaddimah muqaddimah penyesunnya harus sesuai dengan syarat2 tertentu, karena perlu diketahui bahwa benar dan salah sebuah Natijah terpulang kepada muqaddimah muqaddimah penyesunnya, yangmana sudah diketahui bahwa Natijah adalah kelaziman dari muqaddimah, yakni apabila Muqaddimahnya benar maka natijah pasti benar, tetapi apabila muqaddimahnya salah atau dusta maka tidak lazim natijah benar, yakni mungkin benar dan mungkin salah. Terus apa syarat- syarat tersebut agar menghasilkan Natijah yang lazim benar?
Oleh: Al-Habib Ali Ali Bin Baghir Assegaf
Ditulis: Muhammad Iqbal
Demikian Artikel " Qiyas dalam ilmu Mantiq: Pengertian, Contoh, Bagian dan Unsurnya "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -