KYAI NAWAWI IKUT MEMBANTU TERBENTUKNYA PETA MOJOKERTO
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kyai Nawawi adalah tokoh yang dihormati, termasuk pada masa penjajahan Jepang. Alumni pesantren Tebuireng itu bukan hanya terlibat dalam Hizbullah/Sabilillah, dia juga ada saat pembentukan pasukan sukarela yang di namakan Pembela Tanah Air (PETA)
PETA sendiri dibentuk oleh tentara Jepang berdasarkan Osamu Seirei no 44 tanggal 3 oktober 1943. Tenaga PETA direkrut dari berbagai daerah di Jawa, Madura dan Bali. Para pemuda diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri pada panitia yang dibentuk di tiap-tiap Ken (Kabupaten). Selanjutnya para pendaftar itu diseleksi secara fisik dan mentalnya sebelum dikirim dalam pelatihan militer. Setelah selesai pendidikan mereka akan dikembalikan ke.daerah asal, kecuali untuk level perwira yang bisa ditempatkan pada daerah lain dalam satu wilayah karesidenan (Syu)
$ads={1}
Keputusan yang ditandatangani Letnan Jemdral Harada itu kemudian ditindaklanjuti secara teknis oleh pemerintah daerah. Kentyo (bupati) mengeluarkan maklumat tentang penerimaan opsir Peta. Isi maklumat adalah :
************
Barang siapa ingin menjadi opsir pada TENTARA PEMBELA TANAH AIR, hendaklah menyampaikan surat permohonan kepada Kentyoo [atau kepada Kutyoo Sontyoo dan Guntyoo].
Kemudian permohonan itu akan diteruskan kepada Syuutyookan.
Dalam surat permohonan itu perlu diterangkan hal-hal yang berikut ini :
a. nama lengkap, umur dan alamat
b. tamat sekolah apa dan pekerjaan
c. agama dan pernah menjadi anggota partai atau perkumpulan apa
d. keadaan keluarga
e. keadaan penghidupan [jika dari golongan orang kaya, cukup diterangkan : baik; dari golongan menengah: sedang]
f. keadaan kesehatan
g. turunan
h. keterangan lain-lain : misalnya tentang kepandaian istimewa, kepandaian berbahasa Nippon, atau lain-lain bahasa asing, dan sebagainya yang boleh dipertimbangkan.
**************
Di Mojokerto Ken, panitia penerimaan yang dinamakan Panitia Persiapan Propaganda Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada akhir bulan Oktober 1943. Pembentukannya dilakukan dalam rapat yang diadakan di Gedung Baitoel Mal, Jl. Jagalan no 15 Mojokerto. Gedung yang terletak berseberangan dengan rumah tahanan itu juga menjadi pusat kegiatan Masyumi Mojokerto. Kyai Nawawi duduk sebagai pembantu atau anggota dalam kepanitiaan itu. Seorang pegawai Kabupaten, Mas Ngabehi Rediono ditunjuk sebagai ketua panitia.
Baca Juga: Kisah Kyai Nawawi Kesal dengan Seorang Wahabi
Keterlibatan Kyai Nawawi dalam penitia itu tidak lepas dari jabatan yang diembannya. Setelah Kyai Zainal Alim Suronatan wafat, pucuk pimpinan NU Mojokerto dipegang Kyai Nawawi sebagai Rois Syuriah. Peran selaku pimpinan NU itu dilakukan dengan baik oleh Kyai Nawawi.
Setelah mengadakan sosialisasi rekrutmen pada berbagai daerah di Mojokerto maka berbondong-bondong para pemuda mendaftarkan diri. Mereka menginginkan dapat ikut latihan sebagai opsir atau opsir rendah. Di kantor pendaftaran pada tahap awal tercatat 127 orang pemuda yang berkeinginan masuk dalam tentara PETA.
Para pemuda itu setelah selesai dikumpulkan dalam sebuah kesatuan setingkat batalyon (daidan) yang dipimpin oleh Daidancho. Komandan PETA batalyon III Mojokerto dipimpin oleh Daidancho Katamhadi dan Shodancho Oesman sebagai kepala staf batalyon. Katamhadi merupakan pemuda asal Surabaya.
$ads={2}
Pada pertengahan Nopember 1943, panitia tersebut mengadakan kegiatan yang dinamakan Pekan Pembelaan Tanah Air. Kegiatan itu merupakan event pengumpulan dana untuk menyokong keberadaan PETA di Mojokerto. Pekan amal itu ditutup dengan sebuah rapat umum di alun-alun Mojokerto. Beberapa pembicara naik panggung dengan tujuan mengobarkan semangat berjuang dan berkorban untuk kemenangan melawan sekutu dalam perang Asia Timur Raya. Kyai Nawawi menjadi salah satu pembicara pada rapat umum yang diadakan pada pagi hari Minggu itu. Dalam pjdatonya, sosok berprofesi sebagai penjahit itu menyinggung kewajiban membela tanah air dalam kaca mata agama Islam. Demikian berita yang termuat dalam koran Soeara Asia tanggal 19 Nopember 1943.
Kyai Nawawi ternyata tetap bisa membawa diri dalam situasi sulit masa penjajahan Jepang. Kita tahu bahwa pemerintah militer Jepang pernah mengeluarkan aturan yang berisi larangan mengadakan kegiatan dan pertemuan bagi semua organisasi. Dengan kata lain semua organisasi dibubarkan oleh Jepang. Selaku a'wan syuriah pengurus NU Mojokerto, Kyai Nawawi berinisiatif mengubah nama NU menjadi Ahlussunnah Wal Jamaah. Dengan perubahan itu kegiatan NU tetap hidup dengan nama berbeda. Nama NU kembali dipakai setelah larangan itu dicabut kemudian.
Sejarah mencatat bahwa PETA Mojokerto yang dibidani Kyai Nawawi kelak saat revokusi menjadi tulang punggung tentara republik. Bersama kekuatan kelaskaran mereka dengan gagah berani menghadapi kekuatan tentara Inggris dan juga NICA yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Sidowangun, 13 Mei 2016
Oleh: Serpihan Catatan Ayuhanafiq
Demikian Artikel " Kyai Nawawi ikut membantu Terbentuknya Peta Mojokerto "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -