HISTORIS JALAN SUFI PENULIS AL-HIKAM
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Dahulu ada seorang ulama ahli fikih dari negeri Mesir yang bermazhab al-Maliki, beliau bernama Ahmad ibn Muhammad as-Sakandari atau yang lebih dikenal dengan “Ibnu Athaillah as-Sakandari”. Beliau sangat ahli fikih, namun ‘disayangkan’ saat itu beliau paling tidak suka (tidak setuju) dengan ilmu tasawuf. Nah, di zaman itu juga hiduplah seorang tokoh sufi murid daripada al-Imam Abul Hasan asy-Syadzili, yaitu Syaikh Abul Abbas al-Mursi.
Sewaktu saat, Imam Ibnu Athaillah berkeinginan bertemu dengan Syaikh Abul Abbas al-Mursi. Walhasil, beliau pun menyampaikan maksud keinginannya tersebut kepada murid beliau seraya berkata, “Aku ingin bertemu Syaikh Abul Abbas al-Mursi, aku ingin berbincang dengannya tentang ilmu tasawuf. Sebab, aku sendiri tidak setuju dengan ilmu tasawuf tersebut.” Kata Ibnu Athaillah.
$ads={1}
Dengan gaya ilmu fikih yang mendalam, maka bertemulah Imam Ibnu Athaillah dengan Imam Abul Abbas al-Mursi, lantas kata Imam Ibnu Athaillah, “Ternyata dibelakang ilmu itu ada lautan ilmu.” Masya Allah Tabarakallah. Jangan kita kira apa yang kita pelajari ini sudah alim (maksimal), ternyata masih ada lagi lautan ilmu yang paling kita kagumi, ilmu yang tidak pernah ada di kitab-kitab. Masya Allah.
Akhirnya Imam Ibnu Athaillah pun bertanya kepada Syaikh Abul Abbas, maka terjadilah percakapan dan jawaban yang membuat Imam Ibnu Athaillah terkagum-kagum dengan ilmu tasawuf Syaikh Abul Abbas. Kata Ibnu Athaillah, “Ternyata ada ilmu dibelakang ilmu, padahal diriku sudah paling alimnya ilmu apa yang aku miliki ini. Tapi masih ada lautan ilmu.” Lanjut kata Imam Ibnu Athaillah, “Wahai Syaikh, aku cinta kepadamu.” Di sini ada point menarik, yakni apabila kita ingin berkah, mendapatkan futuh, maka cintailah guru kita terlebih dahulu.
Baca Juga: Nasihat Syekh Ibnu Atha'illah Tentang Rezeki
Maka Syaikh Ibnu Athaillah datang lagi kepada Syaikh Abul Mursi, mendengarkan kajian beliau; hari-hari demi hari pun berganti hingga pada akhirnya Imam Ibnu Athaillah melepaskan ilmu fikih yang selama ini ditekuninya. Kata Imam Ibnu Athaillah, “Ternyata dibelakang ilmuku masih ada lautan ilmu yang tidak aku ketahui, yaitu ilmu yang diberikan oleh Allah dihati orang-orang yang bersih.” Walhasil, Imam Ibnu Athaillah pun menggeluti ilmu tasawuf yang pada akhirnya beliau mengarang sebuah kitab fenomenal; AL-HIKAM IBNU ATHAILLAH AS-SAKANDARI. Yaitu, kitab yang banyak menyampaikan orang kepada Allah.
Satu kutipan dari AL-HIKAM, “Bagaimana mau sampai kepada Allah dalam perjalananmu, jikalau kakimu itu terikat oleh ikatan nafsu.”
*Sumber: al-Ustadz Alwi ibn Isa as-Saqqaf
Editing: Muhsin Muhammad Basyaiban
Demikian Artikel " Historis Jalan Sufi Penulis Al-Hikam "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -