SEKILAS MENGENAL GERAKAN ZAIDIYAH
RUMAH-MUSLIMIN.COM - 'Alawiyyin pertama yang mengangkat senjata terhadap Bani Umayyah pasca Karbala adalah Sayyidina Hasan al Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Berawal dari pertikaian antara Abdurrahman Ibnu Asy'ats dan Hajjaj bin Yusuf.
Saat itu, Abdurrahman Ibnu Asy'ats adalah salah satu panglima pasukan Bani Umayyah di bawah pimpinan Hajjaj bin Yusuf yang telah menjadi Gubernur Iraq.
Pada awalnya, Ibnu Asy'ats adalah bawahan Hajjaj bin Yusuf.
Hajjaj mengutus Ibnu Asy'ats untuk menaklukkan Turki, yang saat itu belum diislamkan.
Ibnu Asy'ats membawa sejumlah besar pasukan tempur menuju Turki.
Ketika sebagian wilayah Turki sudah dikuasai, terjadi hal yang tidak mengenakkan bagi Ibnu Asy'ats dan pasukannya.
Perintah Hajjaj dari Iraq terhadap Ibnu Asy'ats dan pasukannya di Turki, dinilai menghina, merendahkan, dan semena-mena.
Maka Ibnu Asy'ats melakukan musyawarah dengan para pemimpin pasukan dan memutuskan untuk balik menghukum Hajjaj yang telah menghina mereka, dan berniat menurunkan Hajjaj dari jabatan Gubernur Iraq yang semena-mena.
Dalam perjalanannya dari Turki menuju Iraq, terjadi perubahan niat dalam hati Ibnu Asy'ats. Yang awalnya hanya berniat menurunkan Hajjaj bin Yusuf dari jabatan Gubernur Iraq, menjadi berniat menggulingkan pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan al Umawi, yang dinilai banyak menindas dan membuat sengsara rakyat.
$ads={1}
Namun di sisi lain, Ibnu Asy'ats sendiri tidak mungkin merebut Kekhalifahan. Karena menyadari bahwa dirinya bukanlah seorang Quraisy.
Sedangkan kedudukan Khalifah, hanya boleh diduduki oleh keturunan Quraisy.
Maka dia berusaha mencari akal, agar mendapatkan dukungan masyarakat untuk merebut kekhalifahan.
Maka muncul inisiatif untuk mengajak Bani Hasyim untuk bergabung dalam gerakannya ini.
Maka dikirimkan utusan Ibnu Asy'ats kepada Sayyidina Hasan al Mutsanna dan Sayyidina Ali Zainal Abidin, guna mengajak keduanya untuk merebut Kekhalifahan.
Awalnya, baik Sayyidina Hasan al Mutsanna maupun Sayyidina Ali Zainal Abidin menolak ajakan tersebut.
Akan tetapi karena terus didesak dan melihat penindasan Bani Umayyah terhadap rakyat semakin menjadi-jadi, maka Sayyidina Hasan al Mutsanna pun akhirnya bergabung dengan Ibnu Asy'ats.
Gerakan Ibnu Asy'ats ini sangat besar, karena mendapatkan dukungan dari kaum lemah dan juga para ulama.
Awalnya Khalifah kewalahan melihat gerakan revolusi ini.
Namun akhirnya kecerdasan Hajjaj bin Yusuf mampu menemukan kelemahan Ibnu Asy'ats.
Hajjaj faham bahwa Ibnu Asy'ats, mendapatkan simpati dari rakyat karena dirinya didukung oleh para fuqoha' (para ahli fiqih) dan qurra (para ahli Al Qur'an).
Maka langkah pertama ia lakukan adalah menyerang dan melenyapkan para fuqoha' dan qurra pendukung Ibnu Asy'ats.
Setelah para ulama pendukung Ibnu Asy'ats dibunuhi, maka mental pengikut Ibnu Asy'ats menjadi down. Dan mulai meninggalkannya.
Ibnu Asy'ats merasa terdesak, dirinya kehabisan pasukan dan memilih melarikan diri ke Turki.
Dia bersembunyi di wilayah yang sebelumnya ia taklukkan.
Namun pada akhirnya, Ibnu Asy'ats dapat ditangkap dan hendak dikirimkan kepada Hajjaj ke Iraq.
Belum sampai ke Iraq, Ibnu Asy'ats sudah terlebih dulu meninggal dalam perjalanan.
Mendengar kabar Ibnu Asy'ats meninggal, Sayyidina Hasan al Mutsanna merasa kehilangan kekuatan.
Melanjutkan gerakan revolusi saat itu bukanlah jalan yang tepat.
Maka setelah kematian Ibnu Asy'ats, Sayyidina Hasan al Mutsanna menjadi buronan kekhalifahan Umayyah.
Ibnu Asy'ats meninggal pada tahun 85 Hijriyah. Sedangkan Sayyidina Hasan al Mutsanna meninggal dunia pada tahun 97 Hijriyah.
Maka selama 12 tahun, Sayyidina Hasan al Mutsanna terus berpindah-pindah untuk menghindari pengejaran Bani Umayyah.
Selama 12 tahun beliau harus bersembunyi dari kejaran Bani Umayyah. Dan pada akhirnya beliau meninggal karena diracun, di zaman pemerintahan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik.
Kurang lebih seperti itulah sebabnya, mengapa Sayyidina Hasan al Mutsanna tidak memiliki murid dan pengikut sebanyak Sayyidina Ali Zainal Abidin.
$ads={2}
Karena status beliau sebagai buronan pemerintahan inilah yang menyebabkan nama beliau tidak bebas disebut dan dipuji.
Saat itu hanya Sayyidina Hasan al Mutsanna seorang diri dari kalangan Alawiyyin yang ikut dalam gerakan revolusi.
Para Alawiyyin yang lain belum ada yang ikut, bahkan Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin pun juga belum ikut.
Namun di masa selanjutnya, gerakan Sayyidina Hasan al Mutsanna ini, diikuti oleh Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein, gerakan Alawiyyin yang mengangkat senjata yang lebih masyhur dengan gerakan Zaidiyah.
Dalam Syiah Zaidiyah, imam keempat setelah imam Husein adalah Imam Hasan al Mutsanna. Karena salah satu syarat imam dalam Zaidiyah adalah mengangkat senjata.
ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَ ﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠٰﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠٰﻰ ﺁﻝِ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ
Pict : Imam Zaidiyah Sayyid Ahmad bin Yahya Hamiduddin al Rassi al Hasani, dan saudaranya Sayyid Yahya bin Yahya Hamiduddin al Rassi al Hasani
Oleh: EL Mujtaba
Demikian Artikel " Sekilas Mengenal Gerakan Zaidiyah "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -