MENJAGA NIAT DALAM SETIAP HEMBUSAN NAFAS
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Syekh Yusri hafdzahullah Ta’ala wa ro’ah dalam pengajian Bahjat Annufusnya menjelaskan, bahwa dalam setiap nafas yang behembus, hendaklah kita menjaga niat agar senantiasa beramal karena Allah semata. Sebagaimana Imam Bukhari RA meriwayatkan, bahwa seorang badui bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimanakan berjihad di jalan Allah, maka bagindapun menjawab:
“مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِىَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ”
yang artinya “ barang siapa yang berjihad agar agama Allah mulia, maka dia sesungguhnya berjihad di jalan Allah ‘Azza wa Jalla”(HR. Bukhari).
Imam Abu Jamrah RA mengomentari hadits di atas, bahwa seorang hamba memiliki beberapa tingkatan niat dalam beramal. Yang pertama adalah niat yang paling tinggi derajatnya, yaitu berperang melawan musuh islam karena Allah Ta’ala semata, dari awal azam hingga melakukannya, sebagaimana pada hadits ini.
Yang kedua, adalah berperang atas dasar motivasi yang telah disebutkan di dalam hadits, seperti karena balas dendam, atau fanatik terhadap sukunya dan bangsanya, akan tetapi ketika hendak menjalankannya, dirinya memperbaiki niat karena Allah Ta’ala. Maka yang dianggap adalah niatan yang kedua, dan niatan yang awal tidaklah merusak niatan yang terakhir.
$ads={1}
Yang ketiga, adalah karena salah satu motifasi di atas bersamaan karena Allah Ta’ala. Niat yang seperti ini tidaklah akan diterima oleh Allah Ta’ala, sebagaimana baginda Nabi SAW bersabda dalam hadits qudsinya :
“قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ”
yang artinya “Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata:” Saya adalah Dzat yang paling kaya dari para sekutu, barang siapa yang beramal dan menyekutukanKu dengan yang lain, maka saya akan tinggalkan dirinya bersama dengan sekutunya itu”(HR. Muslim).
Adapun yang terakhir adalah seorang yang ketika melakukan sebuah amal perbuatan didasarkan atas motivasi-motivasi yang bersifat duniawi dan bukan karena Allah Ta’ala, maka hal ini akan bergantung kepada hukum perbuatan itu sendiri di dalam hukum islam.
Segala sesuatu adalah bergantung kepada niat, karena niat itulah yang diperhitungkan, tambah Syekh Yusri. Seorang murid haruslah selalu mengawasi diri dalam berniat sebelum melakukan segala amal perbuatannya. Ketika seorang berniat baik, akan tetapi Allah tidak menuliskannya untuk melakukan amal tersebut, maka dengan sifat rahmatNya, Allah akan menuliskan satu kebaikan untuk dirinya. Maka dari itulah dikatakan, niat seseorang lebih baik dari pada amalnya sendiri, karena ketika seorang beramal belum tentu di terimaNya.
$ads={2}
Hal ini sebagaimana sabda baginda Nabi SAW “
مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَعَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ وَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ”
yang artinya “barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan, akan tetapi tidak melakukannya, maka akan dituliskan satu kebaikan untuknya. Dan barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan kemudian ia melakukannya, maka akan dituliskan untuknya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kebaikan untuknya. Dan barang siapa yang berniat melakukan kejelekan akan tetapi tidak melakukannya, maka tidak akan dituliskan kejelekan untuknya, dan barang siapa yang melakukannya, maka akan dituliskan satu kejelekan untuknya”(HR. Muslim).
Wallahu A’lam
Demikian Artikel " Menjaga Niat Dalam Setiap Hembusan Nafas "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -