LARANGAN MENANGIS KETIKA BERDUKA DI DALAM ISLAM
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Pernah almarhum ayah menziarah makam saudara jauhnya yang baru saja meninggal. Di area pekuburan, beliau meneteskan air mata. Tiba-tiba, pundaknya di sentuh kerabatnya yang menghantar, katanya: “Kok menangis, Mas Yai?! Bukankah dalam Islam itu tidak boleh ya?”. Setelah mengusap air mata, Ayah menjawab: “Yang tidak boleh itu berteriak histeris, menyobek-nyobek pakaian, dan yang tidak wajar lainnya. Kanjeng Nabi shallallahu alaihi wasallam saja, mengalirkan air mata waktu putranya meninggal”
Iya. Masyhur dalam literatur hadis. Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam meneteskan air mata tanpa mengeraskan suara waktu putranya, Sayyid Ibrahim meninggal di usia 16-18 bulan. Sambil memangkunya, beliau berkata: “Duhai putraku Ibrahim. Jika yang terjadi bukan sebuah kenyataan dan janji kebenaran, serta generasi akhir akan bertemu dengan yang pertama, niscaya kesusahanku akan melebihi ini. Sungguh, Ibrahim! kami bersedih dengan kepergianmu. Mata mengalirkan airnya, hati susah, namun aku tak akan berkata hal yang bisa memurkakan Tuhan”. (Al-Isti’ab Fii Ma’rifatil Ashaab Imam Ibnu Abdil Barr 57/1).
Masyhur juga: Sambil menangis tersedu, di depan pusara Sayyidatina Fathimah Zahra, Sayyidina Ali radhiyallhu anhuma melantunkan sebuah syair:
لِكُلِّ اجْتِمَاعٍ مِنْ خَلِيلَيْنِ فُرْقَةٌ ... وَكُلُّ الَّذِي دُونَ الْفِرَاقِ قَلِيلُ
Setiap pertemuan antar dua kekasih, pasti ada perpisahan. Yang tanpa perpisahan, sedikitlah adanya.
وَإِنَّ افْتِقَادِي وَاحِدًا بَعْدَ وَاحِدٍ ... دَلِيلٌ عَلَى أَنْ لَا يَدُومَ خَلِيلُ
Satu-persatu kehilanganku atas yang kucinta adalah bukti, bahwa tiada kekasih abadi.
***
$ads={2}
Kata Syaikh Abul faraj bin Jauzi: Mata adalah pemberi khabar hati. Darinya, berpindah segala macam berita ke dalam hati, lalu mengukirkannya. Gambaran itu mengelilingi ruang tubuh kemudian hinggap di fikiran dan menyibukkannya hingga lupa urusan akhirat. Karenanya, hati-hatilah dengan melihat hal buruk; banyak ahli ibadah lebur dan zaahidin hancur, sebab bahaya pandangan, padahal awalnya mudah pengobatannya --yakni pejamkan mata, biarkan kemaksiatan itu berlalu--. Namun, jika terus menerus melihat hal kotor, akan sulit mengobatinya. (Nihayatul Arab Imam Syihabuddin an-Nuwairy 125-133/2).
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ لَيْثٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَثُرَتْ ذُنُوبُ الْعَبْدِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ مَا يُكَفِّرُهَا مِنْ الْعَمَلِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِالْحُزْنِ لِيُكَفِّرَهَا عَنْهُ
"Jika dosa seorang hamba banyak dan tidak ada amal ibadah yang manghapusnya, maka Allah ‘Azza Wa Jalla akan mengujinya dengan kesedihan untuk menghapus dosa-dosa tersebut." (HR. Imam Ahmad)
Setiap manusia punya cinta dan kesedihan. Tetesan airmata penuh arti bukanlah sebuah dosa, itu adalah sebuah anugrah betapa lembutnya jiwa. Dan kemurungan; sumpeg; galau; bingung tanpa kejelasan, bisa jadi adalah pelebur dosa kita yang kebanyakan bermula dari pandangan mata. Ah indahnya agama ini, sedih saja jadi penyirna siksa.
Oleh: Ustadz Robert Azmi
Demikian Artikel " Larangan menangis ketika berduka di dalam Islam "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -