LAFALKAN DOA INI KETIKA MELIHAT KA'BAH DISAAT NAIK HAJI
Pesan orang mulia yang mewejangiku kala akan memasuki Baitullah, 2014 lalu:
“Kalau Sampeyan melihat Ka’bah. Jangan tergesa menghambur berthawaf. Tapi tatap sejenak Baitullah itu. Angkat kedua tangan dan berdoalah. Kalau saya biasanya melafadzkan doa ini: “Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wa sahbihi ajmain. Ya, Allah kupinta segala doa baik dari Nabi-Mu, sahabatnya, dan tabiinnya. Segala doa baik dari Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, dan para shalihin; wali songo, para kyai dan semua orang baik di dunia ini. Dan ku berlindung dari segala doa perlindungan kepada-Mu yang di minta oleh mereka. Washallallahu ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa sahbihi ajmain”.
Doa semacam ini, pernah di pinta Sahabat Abi Umamah radhiyallahu anhu pada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu punya doa banyak sekali, namun sayang aku (Sahabat Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu) sama sekali tidak hafal.
$ads={1}
Lalu pernah aku meminta pada Beliau shallallahu alaihi wasallama: “Ya, Rasulallah, Engkau punya doa banyak sekali namun aku tak hafal satupun”,
Kemudian Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Maukah Kau kutunjukkan doa yang bisa merangkum keseluruhan itu? Berdoalah dengan:
اللهم إني أسألك من خير ما سألك منه نبيك محمد صلى الله عليه وسلم وأعوذ بك من شر ما استعاذ منه نبيك محمد صلى الله عليه وسلم، وأنت المستعان وعليك البلاغ ولا حول ولا قوة إلا بالله
“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kepada-Mu. Dan saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam meminta perlindungan pada-Mu. Engkaulah sang penolong dan Engkau yang menyampaikan/mengabulkan. Tiada daya dan kekuatan melainkan kepada Allah.” (Jawahirul Bukhari 557. Cet. Al-Hidayah)
Kemustajaban doa seringkali tak terpisahkan dengan hubungan bathin; seberapa erat ikatan emosional kita dengan mereka yang di buat perantara, menjadi sebab terkabulnya sebuah permintaan. Seorang guru yang di taqdir dekat dengan sang maha pencipta, akan tulus hati mendoakan muridnya. Namun, kesedihan mendalam seorang guru adalah ketika muridnya berkata: “Aku sudah lelah menjadi muridmu”. Atau sebaliknya. Dan itu menjadi hijab terbesar bagi sebuah doa.
Oleh: Ustadz Robert Azmi
Demikian Artikel " Lafalkan Doa ini ketika melihat Ka'bah disaat Naik Haji "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -