ANAK KECIL BELUM BALIGH JADI IMAM SHOLAT, BAGAIMANA HUKUMNYA?
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Termasuk majlis dzikir adalah membahas masalah agama (Bahtsul Masaail. Silahkan cek Adzkarnya Imam Nawawi dan Syarahnya yakni Futuuhatur-Rabbaniyahnya Imam Ibnu ‘Alan.), dan keuntungan terbesar selain lebih mendekatkan diri pada ridha Allah Ta’ala adalah bertambahnya ilmu. Saya sangat percaya itu.
Hampir semingguan lalu, ketua Lajnah Bahtsul-Masaail Kecamatan kami, yang kebetulan adalah karib hamba, mengirim beberapa soal bahtsul masaail yang akan di bahas beberapa hari kedepan, via WA. “Insya Allah undangan fisik menyusul.” rayunya di ketikan setelahnya.
Malam kirim chat, karena beberapa hal, pagi baru bisa membuka pesan. Ada empat soal; tiga pertanyaan sudah ada gambaran, namun ada satu soal yang pengambilan dasar kitabnya blass gak terlintas di fikiran. “Lhaiya, ini soalnya kayaknya maklum, tapi ibaratnya dimana, ya?! Kalau yang di kasuskan adalah anak kecil jadi imam, dah beres, di otak tersimpan, tapi kalau yang dimasalahkan adalah makmum anak kecil, sik to, nandi ibarate?!” batin saya sembari melihat soal ini:
“MAKMUM ANAK-ANAK
$ads={1}
Sebagaimana yang sering kita jumpai, kegiatan sholat berjamaah di mushola kampung untuk waktu-waktu tertentu relative sepi. Terutama sholat Ashar di mana masyarakat masih belum pulang kerja. Sehingga untuk mendirikan sholat Jamaah, hanya ada anak-anak kecil belum baligh, yang biasanya datang duluan untuk ngaji TPQ. Karena pertimbangan daripada tidak didirikan sholat berjamaah, anak-anak itu diajak menjadi makmum meskipun semua tahu, selain belum akil baligh, tata cara sholat mereka juga belum benar.
Pertanyaannya:
1. Bagaimana hukum berjamaah bersama makmum anak-anak seperti di atas.
2. Apakah masih mendapatkan Fadhilah Jamaah 27 derajat?”
Sampai hari H. Karena hanya bisa mencari via komputer satu kali. Jawaban belum saya temukan. “Halah! Sing penting budal! Nek Gusti Allah ngersaaaken, diparingi jawaban!”. Dan berangkatlah kami ke tempat acara.
Di sana, waktu pembahasan lagi seru serunya. Saya menjawil karib yang jadi ketua LBM (Lajnah/Panitia Bahtsul Masaail), “Oe, nduwe ibarat sharih ndak?! (Punya dasar pengambilan dari kitab kuning yang jelas apa tidak?!). Diapun mengangguk, “Tak kirimi via WA, ya?”. “Yo’a” jawabku. Dan dikirimkanlah ibarat sharih tersebut. Setelah saya baca: “Alhamdulillah, sharih tenan!” (Ibaratnya bisa di baca di pamungkas status). Yang intinya:
“Para ulama berbeda pendapat apakah anak kecil yang Mumazziz (Yang sudah bisa membedakan baik buruk, antara yang membahayakan dirinya dan tidak), bisa menjadi makmum dan jamaah shalat mendapatkan fadhilah/pahala 27 drajat:
- Madzhab Hanafi dan Syafii serta satu riwayat dari ulama Hambali mengatakan sah dan mendapat fadhilah jamaah.
- Madzhab Maliki dan keumuman Madzhab Imam Ahmad bin Hambal tidak mengesahkannya, sebab shalat anak kecil bukan kewajiban, hingga imam dianggap shalat sendirian.
Namun, jika belum Mumazziz (Seperti: Masih membawa najis, belum bisa wudhu dll. Pokoknya segala hal yang membatalkan shalat) jamaahnya tidak dianggap. Bahkan imam bisa batal shalatnya kalau menentukan makmumnya yang masih belum mumazziz tersebut”.
Dan kemaren sore, waktu hamba ngaji Adzkar Nawawi bersama konco-konco santri, setelah mengisahkan cerita diatas, saya katakan: “Dadi wong ojo gampang puas. Ojo gampang putus asa. Saiki sampai sesok, tetepo melu musyawarah, mbahas lan ngurip-urip agomo. Insya Allah ilmu tambah, berkah, njur angsal Ridha Gusti Allah”.
$ads={2}
الموسوعة الفقهية الكويتية (27/ 169) وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت
وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي انْعِقَادِ الْجَمَاعَةِ فِي صَلاَةِ الْفَرِيضَةِ لَوْ كَانَ الْوَاحِدُ مَعَ الإمَامِ صَبِيًّا مُمَيِّزًا، إِذْ غَيْرُ الْمُمَيِّزِ لاَ تَنْعَقِدُ بِهِ جَمَاعَةٌ بِالاِتِّفَاقِ.
فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ - وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنِ الإمَامِ أَحْمَدَ - إِلَى انْعِقَادِهَا بِاقْتِدَاءِ الصَّبِيِّ مَعَ حُصُول فَضْل الْجَمَاعَةِ لأِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال فِي الرَّجُل الَّذِي فَاتَتْهُ الْجَمَاعَةُ: مَنْ يَتَصَدَّقُ عَلَى هَذَا، وَلأِنَّهُ يَصِحُّ أَنْ يَكُونَ إِمَامًا، وَهُوَ مُتَنَفِّلٌ، فَجَازَ أَنْ يَكُونَ مَأْمُومًا بِالْمُفْتَرِضِ كَالْبَالِغِ.
وَعِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ - وَهُوَ رِوَايَةٌ أُخْرَى عَنِ الإْمَامِ أَحْمَدَ - لاَ يَحْصُل فَضْل الْجَمَاعَةِ بِاقْتِدَاءِ الصَّبِيِّ فِي الْفَرْضِ؛ لأِنَّ صَلاَةَ الصَّبِيِّ نَفْلٌ، فَكَأَنَّ الإْمَامَ صَلَّى مُنْفَرِدًا. وَأَمَّا فِي التَّطَوُّعِ فَيَصِحُّ بِاقْتِدَاءِ الصَّبِيِّ، وَيَحْصُل فَضْل الْجَمَاعَةِ، وَهَذَا بِاتِّفَاقٍ. لأِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّ ابْنَ عَبَّاسٍ مَرَّةً وَهُوَ صَبِيٌّ، وَأَمَّ حُذَيْفَةَ مَرَّةً أُخْرَى
المغني لابن قدامة (2/ 131) أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: 620هـ)
وَلَوْ أَمَّ الرَّجُلُ عَبْدَهُ أَوْ زَوْجَتَهُ أَدْرَكَ فَضِيلَةَ الْجَمَاعَةِ، وَإِنْ أَمَّ صَبِيًّا جَازَ فِي التَّطَوُّعِ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَّ فِيهِ ابْنَ عَبَّاسٍ وَهُوَ صَبِيٌّ. وَإِنْ أَمَّهُ فِي الْفَرْضِ، فَقَالَ أَحْمَدُ: لَا تَنْعَقِدُ بِهِ الْجَمَاعَةُ؛ لِأَنَّهُ لَا يَصْلُحُ أَنْ يَكُونَ إمَامًا؛ لِنَقْصِ حَالِهِ، فَأَشْبَهَ مَنْ لَا تَصِحُّ صَلَاتُهُ. وَقَالَ أَبُو الْحَسَنِ الْآمِدِيُّ: فِيهِ رِوَايَةٌ أُخْرَى، أَنَّهُ يَصِحُّ أَنْ يَكُونَ إمَامًا؛ لِأَنَّهُ مُتَنَفِّلٌ، فَجَازَ أَنْ يَكُونَ مَأْمُومًا بِالْمُفْتَرِضِ، كَالْبَالِغِ، وَلِذَلِكَ قَالَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي الرَّجُلِ الَّذِي فَاتَتْهُ الْجَمَاعَةُ: «مَنْ يَتَصَدَّقُ عَلَى هَذَا، فَيُصَلِّيَ مَعَهُ»
البيجوري الجزء الأول ص: 195
ولو كان الإمام يعلم بطلان صلاة المأموم ونوى الإمامة به بطلت صلاته لأنه ربط صلاته بصلاة باطلاة لكن قال الشيخ الجوهرى لا تبطل صلاته إلا أن قال إماما بهذا
Oleh: Ustadz Robert Azmi
Demikian Artikel " Anak Kecil Belum Baligh Jadi Imam Sholat, Bagaimana Hukumnya? "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -