LARANGAN MENGUTIP DALIL AL-QUR'AN JIKA TIDAK PAHAM MAKNANYA
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Imam Ibnu Hajar al-Haytami di tanya perihal pahala pembaca Qur’an tapi tidak faham maknanya. “Apakah dia di beri pahala?!” sebagaimana di nukil dari Syaikh Abi Ishaq pengarang Tanbih dalam kitab Luma’nya yang mengambil dalil bahwasanya tidak boleh mengutip Qur’an bilmakna/dengan mengambil intinya, sebab setiap lafadz darinya dihitung melakukan sebuah ibadah. Beda dengan hadis.
Maka jawab Syaikh Ibnu Hajar: “Apa yang Syaikh katakan, benar! Tapi, yang dikehendaki adalah: Jika pembaca Qur’an tidak faham sama sekali bahasa arab. Namun, andai pembaca faham bahasa arab, akan di beri pahala sekadar lafadz yang difahaminya, walaupun sedikit. Karena telah sampai suatu hadis dengan sanad bagus: Bahwa setiap huruf dalam al-Qur’an, bisa memberikan pahala bagi pembacanya.
$ads={1}
(Jadi kesimpulannya: Yang blass tidak faham bahasa arab, dapat pahala membaca Qur’an. Sedangkan yang faham, walau sedikit, mendapat pahala sekadar pemahamannya. Hehe. Lebih berat jadi orang ngerti. Yaiyalah! Kan bisa jadi motivasi agar terus belajar lagi!)
Lalu, bagi yang tidak faham makna Qur’an, tidak boleh membacakan/memberitahukan/mengajar pada orang lain, sebab ia rentan merubah pengertian Qur’an atau bahkan --sadar atau tidak-- mengganti makna yang ada.
Namun, jika orang yang tidak faham makna Qur’an, membaca di hadapan orang yang faham makna; dengan batasan-batasan jelas, tiada satupun huruf yang samar, membaca langsam/tartil. Maka, ia di beri pahala, sebab menjadi perantara pendengar mendapatkan pahala.
(Jadi, bagi yang tidak faham Qur’an jangan sekali-kali mengutip dalil dari Qur’an, bahaya! Andaipun ia mengutip atau membacanya, harus disertai bimbingan seorang guru, jangan otodidak! Dan menurut hamba ini sangat wajar dalam belajar sebuah bahasa. Taruhlah contoh paling mudah adalah bahasa jawa; kalau ingin tidak salah kaprah ya kudu belajar pada orang jawa tulen yang tahu itu kromo inggil, madyo ataupun ngoko. Misal kata: Ngempet vs ngempit, gadu vs gedi, bajingan sopir pedati vs bajingan penjahat, loro, wedi vs wedhi, dan banyak lainnya. Kan sama persis dengan bahasa arab, hawong huruf sama tapi harakat beda, bermakna lain, je)
Di kutip dari Kitab Futuuhaturrabbaniyahnya Syaikh Ibnu ‘Alan.
Kudu tetep semangat belajar! Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wasallama bersabda:
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَؤُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ
“Yang membaca Qur’an dengan mahir, kelak akan bersanding dengan malaikat mulia yang senantiasa taat. Sedangkan pembaca Qur’an yang masih kesulitan (Terbata-bata), maka akan mendapatkan dua pahala”.
Dan tetep kudu berguru!
$ads={2}
Adalah Syaikh Ismail Zain yang pernah di tanya begini:
قرة العين بفتاوى علماء الحرمين ص : 326
(ما قولكم) دام فضلكم في قراءة القرأن والأحاديث كصحيح البخاري ومسلم والصلوات كدلائل الخيرات والأدعية المأثورة إذا كان ذلك مضبوطا بالقلم من غير سند من أحد ولاإذن ولانقل وأن يعمل بما فهم ويفهم غيره ويعما بظهور المعنى أو بتفهيم الشارح له ويترك ما لم يفهمه فهل يجوز ذلك أو لا إلا في كتب الفقه أو لايجوز ذلك كله إلا بسند وإذن ونقل من شيخ أفتونا
(Apa pendapat kalian semua) semoga keutamaan anda semua langgeng, tentang membaca Qur’an, hadis-hadis seperti Shahih Bukhari-Shahih Muslim, shalawat seperti Dalaailul-Khairat, dan doa-doa dari Nabi shallallahu alaihi wasallama, jika hanya lewat pena tanpa ada sanad dari satu ulama, tanpa ada izin, tanpa adanya penukilan. Lalu mengamalkan sesuai pemahamannya ples memahamkan orang lain, keduanya dengan memandang makna dzahir atau dengan pemahaman orang yang menjabarkannya dalam kitab. Kemudian meninggalkan yang tak di fahaminya. Apakah itu boleh atau tidak kecuali dalam kitab-kitab fiqh? Atau semuanya tidak boleh kecuali dengan sanad, idzin, penukilan dari seorang syaikh? Tolong berilah kami fatwa.
(الجواب) أما القرآن فلا تجوز تلاوته بغير تلق من عارف متلق لأمرين أحدهما حرمة اللحن فيه لقوله تعالى قرآن عربيا غير ذي عوج والثاني فرضية تجويده الثابتة بالكتاب وهو قوله تعالى ورتل القرآن ترتيلا .
(Jawab) --Khusus-- Untuk al-Qur’an, tidak boleh membacanya tanpa bertemu/belajar langsung dari orang yang mengerti, sebab akan bertemu dua kendala: Salah satunya haramnya kesalahan tata bahasa, karena firman Allah Ta’ala: “(Yaitu) Al-Qur'an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan (di dalamnya)” Azzumar 28. Kedua kefardhuan mentajwid al-Qur’an yang telah datang dalam al-Kitab, yakni firman Allah Ta’ala: “Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan.”Al-Muzzammil 4.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Duhai yang kelahirannya membuat istana raja Kisra terbelah.
Duhai yang kelahirannya meruntuhkan simbol-simbol keagungan kerajaan Kisra.
Duhai yang kelahirannya memadamkan api abadi Kaum Majusi Persia.
Duhai yang kelahirannya menyurutkan danau Sawa, Muthanna Iraq.
Duhai yang kelahirannya membenderangkan malam itu.
Duhai yang kelahirannya menjadikan malaikat melempari setan pencuri dengan api menyala
Tolong beribu-ribu pinta. Syafaatilah Kami.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad!
Oleh: Ustadz Robert Azmi
Demikian Artikel " Larangan mengutip Dalil Al-Qur'an Jika tidak Paham maknanya "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -