KETIKA GUBERNUR BELANDA MEMCAHKAN MASALAH DI BAHTSUL MASAIL PARA KYAI
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Bermula dari penjabaran hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallama:
لا تزال أمتي بخير ما أخذوا العلم عن أكابيره
“Tidak berhenti-berhentinya ummatku selalu baik! Jika mereka masih mau mengambil ilmu dari sesepuh-sesepuh mereka.”
KH. Abdul Qoyyum Manshur/Gus Qoyyum waktu acara haul almarhum almaghfurlah KH. Bisri Syansuri 41, berkisah (Dan hamba transkrip pelan-pelan):
Kita harus mengambil ilmu dari yang sepuh-sepuh. Ilmu Mbah Yai Hasyim As’ari kita ambil, ilmu dari Mbah Yai Bisri kita ambil. Sebisa-bisanya! Contoh:
Suatu ketika terjadi semacam kongres atau munas, abah saya ikut waktu itu.
Terjadi kemauqufan para ulama. Ulama itu mauquf; tidak bisa menjawab suatu masalah. Padahal ulama masih lengkap! Ada Mbah Hasyim Asy’ari, ada Kyai Abdul Wahab Hasbulloh, ada Kyai Bisri, ada Kyai sepuh-sepuh; Kyai Asnawi Kudus, ada Kyai Sholih Tayu, ada Mbah Kholil mbah saya, ada Mbah Maksum, Mbah Baidhowi. Masih lengkap! Itu ndak bisa menjawab!
Di tengah-tengah ulama berhenti tidak bisa memutuskan masalah, Gubernur Belanda datang, namanya Gobi. Dan Gubernur Belanda itu ternyata bisa menjawab!
“Ada apa ini para Kyai ini ribut?” tanyanya.
“Ini, baru membahas masalah ini, Bahtsul Masaailnya ini.”
“O, kalau itu ada di kitab ini, jilid ini, halaman ini”. Gubernur itu bisa menjawab!
Belum ada gogel ini Gubernur Belanda sudah mengatakan itu ada di kitab ini, jilid ini, halaman ini!
Kira-kira, kalau ini yang menerima potensi liberal, kan langsung kagum?! Secara psikologis kan langsung kagum!? Karena ada orang orientalis sepintar itu; musytasyrikin ada orientalis sepintar itu.
Kalau ini yang menerima orang liberal potensinya kagum! Tapi kalau yang menerima Mbah Hasyim, tidak!
$ads={1}
Yang muda-muda kagum dengan Gubernur 🇳🇱, “Gubernur kok alimnya seperti ini?! Hebat! Ulama saja kalah! Kyai saja kalah!”. Padahal yang muda-muda waktu itu masih steril! Belum kenal macem-macem. Nawaitu proposal belum kenal
Itu saja Mbah Bisri langsung teriak, Mbah Hasyim teriak.
“Jangan kagumi Gubernur Belanda ini meskipun dia seorang ulama”.
Apa pidatonya Mbah Hasyim waktu itu?! Abah saya memberikan catatan pada saya:
"فما لكم في المنافقين فئتين (النساء 87)
(Maka mengapa kamu —terpecah— menjadi dua golongan dalam —menghadapi— orang-orang munafik)
Kenapa kalian orang Nahdhatul Ulama terhadap orang orientalis ini pecah belah?! Separo kagum, separo respek, separo reaktif, separo waspada! Kenapa tidak semua waspada?!
فما لكم في المنافقين فئتين
Ini orang munafik! Langsung diputuskan Mbah Hasyim, ini orang munafik. Karena mendidik yang muda-muda supaya waspada. Secara psikologis mendidik.
Ini orang orientalis, tugas kamu bukan mengagumi, tapi waspada! Hari ini dia alim. Hari ini dia berfatwa. Hari ini dia tampilkan kehebatan ilmunya. Tapi hari kemudian bisa menyesatkan kalian.
Maka Mbah Hasyim Asy’ari segera pidato:
فما لكم في المنافقين فئتين
Kenapa kalian terhadap orang munafik tidak waspada, malah pecah belah menjadi dua kelompok; ada yang mengagumi, ada yang waspada. Sudahlah waspada semua, ini orang munafik.”
Ini caranya mensikapi ulama dulu.
$ads={2}
***
Saya itu paling sedih dengan ilmu hitung; falak, faraaid, matematika, fisika, dan lainnya. Bukan apa-apa. Hanya saja otak berasa ndak nyampek saja hehe. Berkali-kali belajar, hasilnya tetep dibawah standar. Langganan nilai merah
Ndilalah. Gusti Allah Ta’ala kasih anugrah istri yang pinter itung-itungan, dan pekerjaan mudah yang dengan kalkulator termurahpun, ngatasi!
Tahun 2000 an, menjelang adanya pelajaran falak di kelas tamatan, saya pernah nekat kursus ilmu astronomi itu di almarhum K. Suwito Trenggalek. Ngaji kilatan dua minggu; kitab Nayirain, Qamarain, dan fathurrauf manan, serta pembacaan rubu’. Dari dua belas peserta, di akhir hari cuma tersisa empat. Pahamkah?! Tidak! Semua menguap laksana embun.
Kemaren, alhamdulillah dikasih kitab falak empat jilid karya Mbah Yai Amir Marwah Dahlan Keringan Nganjuk oleh Mas Yai Adib Khairani Anu Ne Anu
Saya liat. Saya bolak-balik. Oret-oretan rumus saya pelototi. Tetep ga paham!
Tapi, ibarat sorot lampu yang terhalang. Saya yakin, ia akan menyelinap diantara yang melingkupi.
Oleh: Ustadz Robert Azmi
Demikian Artikel " Ketika Gubernur Belanda Memecahkan Masalah di Bahtsul Masail Para Kyai "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -