JIKA SEKELILINGMU BURUK MAKA KAMULAH SATU-SATUNYA YANG PALING BAIK
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Terimakasih telah membantuku menyadari kekuranganku, harap jangan bosan menjadi orang istimewaku dan teruslah mengintaiku telitilah sedetail mungkin sampai aku benar benar seistimewa dirimu.
Seharusnya kurang lebih begitulah yang harus kamu katakan kepada siapapun yang selalu memandang keburukanmu. Iya saya teringat dengan petuah salah seorang mursyid kepada tamunya ketika ia curhat tentang orang orang di sekelilingnya yang selalu menggunjingnya.
Saya menyimak percakapan itu dengan diam tanpa berkutik, karena saya merasa nasehat itupun tertuju kepada saya, apalagi sang mursyid itu seperti sengaja mengeraskan suaranya dan sesekali menoleh ke arah saya.
Mak pleng rasanya ketika sang mursyid memelankan suaranya namun seakan menambah power madadnya dengan perkataannya:
"Jika orang orang di sekelilingmu semuanya jahat dan buruk, berarti kamulah satu satunya yang paling beradab dan paling baik"
$ads={1}
Saya tidak tahu apakah beliau seorang pembai'at salah satu Tarekat Mu'tabar, tetapi bagi saya pribadi Al Maghfurlah Kiai Nur Faidli sungguh sangat pantas mencapai kemursyidan secara istilah.
Alim, sopan, istiqomah, pendiam, tidak kedonyan setidaknya yang saya ketahui dari nampak luarnya dan juga setelah saya menjadi muridnya semakin tahu betapa keduniawian baginya sangat dicegah masuk dalam pembicaraannya.
Beliau tidak terkenal dan bukan termasuk Kiai yang punya nama mentereng bahkan di desanya Robayan Jepara.
Saya tertarik dengan beliau karena prilakunya, tindak tanduknya sederhana, pendiam dan sangat sopan kepada siapapun, diwajahnya tidak nampak guratan kegelisahan, hanya nampak sangat tenang dan berciri penyabar.
Beliau hanya mengajar di Madrasah dan Masjid, tidak bekerja, faham saya hanya membantu istrinya saja yang konfeksi kecil kecilan, membungkus dan menata itu saja. Rumahnya di pinggir jalan sangat sederhana.
Tidak terlihat beliau punya santri yang datang ngaji ke kediamannya, tetapi sayalah satu satunya orang yang mengaji ke beliau secara pribadi, entah kalau sebelum saya ada?
Semula saya ngaji di ndalemnya, tetapi mungkin beliau kurang nyaman dengan keramaian rumahnya yang banyak orang semrawut menata dagangan, sayapun dibawa ke mushollah yang agak jauh dari rumahnya, ngaji sendirian, sampai berbulan bulanpun tetap sendirian, waktu itu saya ngaji Nashoihid diniyyah, saya hanya menyimak saja dan sesekali saja disuruh baca.
Habis ngaji ya pulang saja, tak ada istilah guyonan atau jagongan, sepanjang perjalanan pulang tak ada pembicaraan sama sekali, tak pernah sekalipun saya ditanya yang bagi orang lain patut ditanyakan, yaaah sekedar basa basilaaah, tak pernah sama sekali. Bahkan ketika saya bolospun tak ditanyakan juga. Terkesan cuek tetapi ketika saya datang, aktifitasnya segera dihentikan dan langsung mengambil kitab tanpa terlebih dahulu menyapa saya.
Saya merasa benar benar dipermainkan dengan sikapnya yang tidak wajar itu.
Cara memaknai kitab sangat unik dan penjelasannya juga berbeda dari kebanyakan Kiai, beliau cenderung berpijak kepada ketawakkalan dan beraliran tasawuf pesimistis yakni lebih menitikberatkan ke khauf.
$ads={2}
Entah kenapa sepanjang malam tadi teringat terus dengan beliau, telinga saya dari mulai sore sering berdenging, apakah ini artinya sudah waktunya saya harus mengamalkan diam seperti beliau?
Sengaja saya tulis cerita ini dengan tujuan siapa tahu di daerah kalian ada seorang Kiai yang karekternya mirip dengan beliau, bergurulah, dan rasakan sensasi kebingungan kalian akan pengetahuan.
Oleh: Ustadz Ahmad Atho
Demikian Artikel " Jika Sekelilingmu Buruk maka Kamulah Satu-satunya yang Paling Baik "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -