PENJELASAN MENGENAI TARAK DI DALAM ISLAM
RUMAH-MUSLIMIN.COM - 'Tarak' itu bahasa Jawa, bahasa Arabnya adalah Himyah, saya tidak tau arti tepatnya dalam bahasa Indonesia, tapi di kamus Arab-Indonesia Himyah diterjemahkan dengan kata 'diet'.
Tarak itu menghindari makanan atau minuman yang bisa memicu penyakit, memperparahnya, atau membuatnya kambuh. Jadi tarak ada dua macam, taraknya orang sehat dan taraknya orang sakit. Tarak pertama untuk mencegah penyakit dan tarak kedua untuk mencegahnya bertambah parah atau kambuh kembali.
Dasar anjuran tarak adalah ayat Al Qur'an:
وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
"Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)" (QS. An Nisa : 43)
$ads={1}
Ketika terkena air bisa membuat si sakit semakin parah sakitnya maka Syari'at memerintahkan agar tarak, menghindari penggunaan air, dan memberi alternatif tayammum sebagai gantinya.
Dalam Sunan Ibnu Majah dan lainnya, diriwayatkan dari Ummil Mundzir binti Qais Al Anshariyyah radhiyallahu 'anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengunjungiku, beliau bersama Ali (radhiyallahu 'anhu) yang saat itu sedang dalam masa penyembuhan dari sakit. Kami punya beberapa tandan kurma muda yang kami gantung di rumah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun berdiri mengambil dan memakannya, lalu Ali juga ikut berdiri dan mengambil mau memakannya, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam spontan mencegahnya, "Kamu masih dalam masa penyembuhan", kata beliau, hingga Ali pun urung memakannya.
Ummil Mundzir berkata : Saya juga membuat makanan dari gandum dan umbi, maka saya pun menghidangkannya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Ali, "Ambil ini saja, ini lebih baik untukmu".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun menganjurkan kepada Sayyidina Ali agar tarak dulu karena masih dalam masa penyembuhan.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, tarak adalah obat yang paling penting bagi semua orang. Baik bagi yang masih sehat dan terlebih bagi yang sedang sakit atau dalam masa pemulihan.
Saya sendiri merasakan akibat tidak mau tarak setelah baru saja dinyatakan sembuh dari covid19 waktu itu. Saya penyuka makanan pedas, makan kalo ngga ada rasa pedasnya itu ngga enak. Jadi selama sebulan diisolasi dan diharuskan menjaga makanan, termasuk tidak makan pedas, setiap makan rasanya hambar. Maka ketika saya dinyatakan sembuh, saya pun langsung mampir warung bakso sepulangnya dari tempat dokter. Semangkuk bakso pedas dan segelas es jeruk tandas. Akibatnya sampai di rumah saya langsung ambruk, lambung saya sakit parah, dan saya pun terpaksa harus tarak, hingga sekarang.
Itu sebabnya, setiap kali diantara sahabat atau keluarga saya ada yang minta sharing pengalaman saya melawan covid19, hal yang wajib saya sampaikan adalah ketika sudah dinyatakan sembuh atau merasa sudah sehat, agar tetap hati² dalam menjaga kondisi, hindari makanan atau minuman yang tidak sehat, jangan beraktivitas yang berat² dulu. Jangan sampai mereka menyesal seperti saya.
Lalu apakah harus total sama sekali meninggalkan makanan pedas dan yang lainnya itu padahal rasanya sudah sehat kembali?, sementara iya, namun kalo tidak kuat ya bolehlah makan sedikit sesekali saja, sekedar untuk mengobati rasa kangen.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
ومما ينبغي أن يعلم أن كثيراً مما يحمى عنه العليل والناقه والصحيح ، إذا اشتدت الشهوة إليه، ومالت إليه الطبيعة، فتناول منه الشيء اليسير الذي لا تعجز الطبيعة عن هضمه لم يضره تناوله، بل ربما انتفع به، فإن الطبيعة والمعدة تتلقيـانه بالقبول والمحبة، فيصلحان ما يخشى من ضرره، وقد يكون أنفع من تناول مـا تكرهه الطبيعة، وتدفعه من الدواء .
Diantara hal yang seyogyanya diketahui adalah bahwa banyak diantara makanan atau minuman yang seharusnya dihindari oleh orang sakit, orang dalam masa penyembuhan, bahkan orang sehat, ketika keinginan menikmati makanan atau minuman itu sudah sangat kuat dan tidak bisa ditahan lagi, maka mengkonsumsinya sedikit saja tidak masalah, bahkan seringkali justru menuruti keinginan dengan makan/minum sedikit itu bisa bermanfaat bagi kesehatan, sebab selain lambung tidak masalah jika konsumsi makanan pantangan itu jumlahnya sedikit, tercapainya keinginan juga bagus untuk kondisi psikis orangnya, bisa menjadi imun booster kalau dalam bahasa kekinian, bahkan terkadang mengkonsumsi makanan seperti itu lebih baik daripada dipaksa mengkonsumsi makanan yang tidak disuka, bahkan juga bisa jadi lebih bermanfaat daripada obat dari dokter. Sebagaimana sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang membiarkan Shuhaib yang sedang sakit malah mengkonsumsi makanan yang seharusnya dihindari, sebab ia hanya makan sedikit saja.
$ads={2}
Maka kadang saya juga sesekali masih makan makanan pedas, tapi ya asal ada pedasnya aja, udah ngga berani kalo yang level pedasnya seperti dulu. Buat tombo kangen aja.
Keterangan di atas ada dalam kitab At Thibbun Nabawi, Imam Ibnu Qayyimil Jauziyyah.
Oleh : Ustadz Ahmad Atho
Demikian Artikel " Penjelasan Mengenai Tarak Di Dalam Islam "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -