TIDAK ADA DALIL WAJIB BERMAZHAB?
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Ungkapan benar tapi bodoh ini sering kali digaungkan di tengah kalangan awam. Tujuannya bukan untuk membangun kesadaran menuntut ilmu agama. Di balik ungkapan itu, ada tujuan agar kalangan awam tidak lagi percaya terhadap tokoh-tokoh agama di luar kelompoknya. Dan hanya ustad-ustad yang menganjurkan tidak bermazhab itu saja, yang diikuti.
Narasi delegitimasi ulama semacam ini memang laku dilempar di tengah orang awam. Karena kalangan awam, seperti dikatakan oleh al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad rahimahullah, mempunyai kecenderungan untuk tidak taat terhadap aturan yang sifatnya mengikat. Kita tidak perlu membahas, apakah ada aturan yang sifatnya mengikat di dalam mazhab, karena bukan itu poin dari tulisan ini.
Di dalam al-Qur'an, umat Islam diperintahkan untuk taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan Ulil Amri (Qs 4:59). Merupakan sebuah kekeliruan, jika ada tambahan tafsir bahwa umat Islam tidak wajib taat kepada mazhab. Justru, ayat di atas menegaskan pentingnya bermazhab. Karena makna Ulil Amri di situ bisa jadi adalah para ulama yang pendapatnya tentang al-Qur'an dan Sunnah dijadikan sebagai rujukan.
$ads={1}
Selain dari Qs 4: 59, ayat lain yang menegaskan pentingnya bermazhab adalah:
(وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ إِلَّا رِجَالࣰا نُّوحِیۤ إِلَیۡهِمۡۖ فَسۡـَٔلُوۤا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ)
Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.
[Surat Al-Anbiya' 7]
KENAPA HARUS BERMAZHAB?
Keharusan bermazhab didasarkan kepada realitas umat Islam yang saat ini mayoritas tidak menguasai ilmu agama. Di antara kekeliruan para penyeru anti mazhab adalah menyamakan realitas umat Islam saat ini dengan realitas umat Islam pada Rasulullah hidup. Di antara kekeliruan yang tak jarang ditampilkan adalah bahwa para sahabat tidak bermazhab. Ini jelas sebuah kekeliruan. Karena para sahabat, faktanya bermazhab, dan mazhabnya para sahabat adalah Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam. Karena para sahabat tidak mungkin memahami al-Qur'an tanpa bertanya kepada Rasulullah. Al-Imam al-Ghazali menyajikan riwayat, ketika turun ayat:
الذين آمنوا ولم بلبسوا إيمانهم بظلمٍ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman...
Para sahabat menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah, " siapa di antara kami yang tidak berbuat zalim kepada diri sendiri ya Rasul Allah?" Rasulullah menjawab:
أليس قال الله تعالى إنّ الشّركَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Bukankah Allah berfirman: "sungguh syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar"?
$ads={2}
Dialog di antara Rasul dan sahabat itu menegaskan bahwa para sahabat bermazhab atau mengikuti pemahaman Rasulullah di dalam menafsirkan ayat. Pemahaman yang mengatakan bahwa para sahabat tidak mengikuti mazhab-mazhab ulama fikih seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali, bukan saja menggambarkan kekeliruan tapi juga ketololan. Alih-alih ingin menunjukkan tidak pentingnya mazhab, narasi seperti itu justru dipatahkan oleh realitas historis bahwa para ulama fikih baru muncul pada akhir abad kedua Hijriyyah setelah para sahabat meninggal dunia. Jelas para sahabat itu tidak mengikuti mazhab fikih!!!
Ketidakharusan bermazhab justru diperuntukan bagi orang yang mumpuni penguasaan ilmu agamanya dan mampu menyeleksi pendapat-pendapat yang kuat dari yang lemah. Ketidakharusan ini tidak bisa dialamatkan kepada kalangan awam. Ini mirip keadaannya seperti orang yang tidak menguasai disiplin epidemiologi dan kedokteran berbicara tentang Covid. Hasilnya, rumah sakit dipenuhi pasien-pasien bermasalah, karena percaya berita hoax tentang covid.
Para penyeru anti mazhab sesungguhnya mengajak kalangan awam untuk memahami nash agama secara campur aduk. Sehingga nanti tidak akan dijumpai ciri khas mazhab ahli hadits seperti Imam Malik dan mazhab ahli ra'yu seperti Imam Abu Hanifah, atau mazhab Imam Syafi'i yang menggabungkan fikih Imam Malik dan Imam Abu Hanifah.
Para penyeru anti mazhab juga mengajak kalangan awam untuk tidak menghargai proses menuntut ilmu. Perbedaan mazhab fikih di kalangan umat sesungguhnya menggambarkan kekayaan khazanah ajaran Islam. Dan keliru jika menganggap bahwa mazhab adalah sumber perpecahan. Karena opini itu pertama kali dilempar oleh para orientalis seperti Hurgronje dan Scahct ke tengah publik Islam...wallahu a'lam bis shawab
Demikian Artikel " Tidak ada Dalil wajib Bermazhab? "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -