NGAJI KE ULAMA BESAR BUKAN UNTUK JADI AJANG PAMER KESOMBONGAN
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Mengaji kepada seorang ulama yang terkenal merupakan anugerah bagi seorang santri. Karena ulama yang terkenal bukanlah figur yang mudah dijumpai. Karena popularitasnya menyampaikan taklim dan kegiatan lain, ulama terkenal sangat sulit untuk dijumpai apalagi untuk belajar.
Namun begitu, bisa mengaji kepada seorang ulama terkenal juga bisa menjadi jebakan bagi santri. Jebakan itu adalah jebakan kebanggaan. Terkadang ada kasus, orang yang sudah diterima sebagai murid dari ulama terkenal, memandang remeh guru-guru yang ada di kampungnya.
Fenomena itu sering ditemui. Satu waktu di Srengseng Sawah, saya pernah bertemu seseorang yang menceritakan pengalamannya berguru kepada Kyai Fulan, dan Kyai Fulan. Nama-nama ulama yang disebutnya adalah orang-orang hebat di bidang fikih dan punya pengalaman belajar kepada Syaikh Yasin al-Fadani di Makkah.
$ads={1}
Setelah menceritakan pengalamannya dengan bangga, orang itu bertanya kepada saya di mana saya mengambil ilmu. Saya hanya menjawab, bahwa saya mengambil ilmu dari guru-guru yang tidak dikenal dan dari banyak membaca. Dengan sedikit melecehkan, dia mengatakan bahwa ilmu yang diambil dari guru yang tidak jelas atau dari membaca saja, tidak akan barakah. Saya tahu dia melecehkan dari tatapan mata dan gaya bicaranya.
Kebanggaan dan kepongahan yang orang itu tunjukkan ternyata tidak berbanding lurus dengan fakta. Tidak pernah terdengar kabar bahwa orang itu diminta mengampu majelis. Bahkan tidak pernah terdengar kabar pula bahwa orang itu mengampu kitab di hadapan jamaah. Sehingga, apa yang dia ceritakan hanya dalam batasan membanggakan diri atas apa yang sudah dicapainya.
Oleh : KH. Abdi Kurnia Djohan
Demikian Artikel " Ngaji Ke Ulama Besar Bukan Untuk Jadi Ajang Pamer Kesombongan "
Semoga Bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -