GUS MIFTAH TIDAK PERNAH MEMPOSISIKAN DIRI SEBAGAI ULAMA
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Semenjak viralnya video gus Miftah yang menyampaikan sebuah puisi di acara peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta.
Banyak kaum muslimin mengkritik beliau atas tindakannya yang terlalu berlebihan dalam menyikapi toleransi. sebagian alim ulama yang kontra dengan sikap beliau pun turut berkomentar, namun banyak juga yang diam karena menganggap bahwa Gus Miftah tidak mewakilkan ulama, melainkan seorang mubaligh.
Salah satunya KH. Abdi Kurnia Djohan mantan anggota Lembaga Dakwah PBNU dan saat ini menjabat anggota komisi dakwah MUI Pusat. beliau menyampaikan sebuah tanggapan melalui laman facebook pribadinya, berikut tulisannya :
Oleh : KH.Dr. Abdi Kurnia Djohan
Gus Miftah tidak pernah memposisikan diri sebagai ulama pemberi fatwa. Dalam banyak narasi yang disampaikan, beliau menegaskan posisinya muballigh atau pegiat dakwah. Yang menarik, sejak awal Gus Miftah mengatakan bahwa yang didakwahinya adalah kalangan yang tidak mungkin disentuh para kiai atau ustadz. Karena itu, Gus Miftah tidak ragu-ragu berdakwah di diskotik, kumpulan pecandu miras, dan komunitas-komunitas yang tidak dilirik para santri puritan.
$ads={1}
Jika dilihat dari konten dakwahnya, Gus Miftah jarang berbicara tentang ilmu. Beliau hanya berbicara tentang motivasi bahwa setiap orang punya kesempatan untuk bertaubat. Karena itu, tidak pernah dijumpai melalui video-videonya Gus Miftah menjelaskan ibarot kitab.
Dengan kiprahnya itu, para pemangku kebijakan memandang bahwa Gus Miftah bisa diajak kerja sama untuk membangun dialog antarelemen masyarakat termasuk antarumat beragama. Keberadaan Gus Miftah di peresmian sebuah gereja, bukan atas undangan pihak gereja, tapi ajakan dari Gubernur DKI. Pertimbangannya adalah karena Gus Miftah merupakan ikon dialog bukan ikon ulama.
Ketika Gus Miftah membawakan puisi toleransi, yang terlihat di situ Gus Miftah bukan sebagai tokoh agama. Para kiai NU di pesantren-pesantren juga tidak menganggapnya sebagai al-alim al-faqih al-ushuli. Sebutan Gus kepadanya, hanya sebagai penghormatan. Posisi Gus Miftah di dalam pembacaan puisi itu adalah sebagai ikon dialog. Dan itu tidak bisa dibantah.
Jika Gus Miftah kemudian melakukan kesalahan di dalam membaca kitab, itu juga bisa dimaklumi. Karena beliau memang tidak seperti Gus Baha' yang memposisikan dirinya sebagai orang alim.
Apakah tulisan ini membela Gus Miftah? Jawabannya tidak. Tulisan ini mencoba melihat masalah secara proporsional, tidak lebih dan tidak kurang. Gus Miftah memang bukan ulama, lalu apa masalahnya? Tapi kan Gus Miftah masuk ke dalam gereja, itu jelas haram. Lalu bagaimana dengan para sahabat yang pernah masuk ke dalam gereja? Ya sudahlah, itu ada ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama. Terus bagaimana? Ya sudah, kalau anda tidak suka dengan ceramah-ceramahnya Gus Miftah ya tinggalkan saja, tidak ada masalah.
$ads={2}
Kalau saya pribadi, tidak mau ikut-ikutan GM. Yang saya ikuti adalah Rasulullah dan para ulama.
Demikian tanggapan yang diberikan oleh KH. Abdi Kurnia Djohan mengenai " Gus Miftah Tidak Pernah Memposisikan Diri Sebagai Ulama "
Semoga bermanfaat
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -