TARIM TEMPAT MENCARI KETENANGAN BUKAN KESENANGAN
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Makam Zanbal. Setiap Jumat pagi, Habib Umar bin Hafidz hampir selalu pergi ziaroh ke kompleks makam Zanbal. Di sana terdapat jasad-jasad sesepuh habaib dari zaman dahulu yang disemayamkan. Diantaranya, Sayyid Imam Faqih al-Muqoddam, Habib Abdullah Al-Hadad (penyusun Ratib Al-Hadad, penulis kitab Nasoihudiniyah, Risatul Muawanah), Habib Abdurrahman Assegaf, dan masih banyak lagi.
Tentu kami tak melewatkan momuntem barokah ini. Kami ikut ziaroh, kapan lagi bisa ikut ziaroh di makam para wali bersama beliau Habib Umar bin Hafidz.
Baca Juga :
- Karomah Habib Basirih Kalimantan, Mengendalikan Pesawat Tempur Jepang Dengan Kayu
Ada sekitar 8 titik makam wali khusus yang beliau sempatkan berhenti di situ. Beliau bertabaruk, membaca fatihah, bertawasul, serta berdoa kepada Allah swt. Termasuk makam habaib yang telah saya sebutkan di atas. Dalam setiap doa pribadi yang terpanjatkan, serta lafadz amin yang diucapkan, mengiringi doa yang dilantunkan beliau, tak lupa saya berdoa kebaikan pada keluarga besar saya. Semoga selamanya rukun, bahagia, serta alim, solih keturunanya.
Dan tak lupa juga teman-teman yang telah titip doa. Sehat, sejahtera, dan dimudahkan urusan-urusannya. Amin..
Sebelum berangkat ke Tarim, saya sempat menemui seorang kyai di Pekalongan. Kyai itu pernah ikut dauroh juga.
Tujuan saya, untuk bertanya kepada beliau tentang apa saja yang berhubungan dengan Tarim dan Habib Umar. Beliau bercerita kalau Tarim itu jauh sekali. Perjalanan dari bandara di Oman (karena pesawatnya mendarat di sini), tepatnya di Shalala Oman menuju ke Tarim harus ditempuh dengan berkendara bus selama 16 jam.
$ads={1}
Kehidupan di Tarim juga terbatas kesenangan duniawinya, tidak ada tempat refreshing, sinyal internet susah, gak bisa sesukanya lah pokoknya. Karena memang di sini tempat mencari ketenangan, bukan kesenangan. Tetapi dalam perjalanan ke Tarim beberapa hari yang lalu, ternyata saya tak terlalu prihatin, biasa dan enjoy saja. Padahal saya tidak terlalu suka naik bus dan waktu tempuh perjalanan rombongan kami lebih lama.
23 jam…!
Termasuk waktu transit buat makan dan sholat. Melewati pemandangan padang pasir, bukit batu dan terkadang ada sela-sela bukit hijau yang indah.
Baca Juga :
- Begini Kesaksian Kiai As'ad Melihat Syakhona Kholil Terbang Ke Makkah
Entah kenapa saya punya energi sedemikian bagus. Tak merasa “malal”, bosan, dan jenuh yang biasa saya alami ketika perjalanan jauh menaiki moda bus. Mungkin salah satu faktornya, saya sewaktu di perjalanan membayangkan bagaimana perjuangan Uwais Al-Qorni mengendong ibunya, serta beberapa sahabat, dan orang-orang solih dahulu yang berkunjung ke tanah negri Yaman ini dengan menaiki onta, kuda atau bahkan berjalan kaki.
Jadi terasa ringan perjalanan ini, dengan membandingkan perjuangan perjalanan mereka. Tak ada apa-apanya dibandingkan perjalanan kami dengan mereka, para kaum bijak bestari itu. Jika ada dawuh assafar qithatun minal adzb, maka level adzbu kami masih stadium biasa.
Oh ya, sebelum sampai ke Tarim, beberapa kali kami lewat pemeriksaan tentara. Kalau dihitung ada sekitar 5 gerbang pemeriksaan. Alhamdulillah kami dipersilahkan jalan.
“Ilaa Darul Musthofa Habib Umar….”
Adalah Deretan kata yang diucapkan sopir bus setiap bertemu para tentara yang berjaga. Menjadikan mereka respek dan percaya akan rombongan perjalanan kami. Bi barokati Habib Umar bin Hafidz. Bus kami terhitung tak ada kendala dan lancar dalam perjalanan.
Alhamdulillah… Tsuma Alhamdulillah…
$ads={2}
Penulis: Mohammad Abdullah Mukhbar Mizda, alumnis Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang.
Sumber Artikel : www.bangkitmedia.com
Demikian artikel " Tarim Tempat Mencari Ketenangan Bukan Kesenangan "
Semoga bermanfaat dan kita mendapatkan keberkahan atasnya, Aamiin
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -