KISAH-KISAH AKHLAK MULIA HABIB MUNZIR AL-MUSAWA
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Ramadhan kemarin (2017-red), aku pernah duduk bersama Syaikh Ahmad Al- Khotib, salah satu murid senior Habib Umar yang ditugaskan di Provinsi Mahra Yaman.
“Dari sekian banyak murid Habib Umar, siapa sosok yang paling anda kagumi?” Aku bertanya.
“Aku tak pernah melihat orang yang lebih baik akhlaknya dari Habib Mundzir” jawabnya.
Ia menghela nafas, berusaha mengingat kenangannya bersama sahabat terbaiknya itu. Ia lalu bercerita:
“Dulu waktu kami sama-sama belajar di kota Syhr bersama Habib Umar (sekitar tahun 1994). Kala itu Habib Mundzir baru saja mendapat kiriman uang dari keluarganya di Indonesia. Kalau gak salah sebanyak 300$, nominal yang sangat besar di zaman itu. Habib Mundzir lantas meminta bantuanku untuk menukarkan uang itu di Shorrofah (tempat penukaran uang). Dengan senang hati aku turuti permintaannya, tapi sialnya ketika aku kembali dari shorrofah uang itu hilang entah kemana.”
$ads={1}
“Aku sampai berkali-kali bolak-balik dari pasar ke Ribath untuk mencarinya. aku takut dan Bingung.. 300$ adalah jumlah yang sangat besar kala itu, dan waktu itu pengiriman uang sangatlah sulit. Pelajar dari Indonesia harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan kiriman dari keluarganya. Habib Mundzir pasti akan sangat Marah padaku gara-gara masalah ini.”
Baca Juga: Kisah Ayah Crew Majelis Rasulullah SAW Yang Wafat Dengan Tersenyum
“Karena ketakutan akhirnya aku memilih untuk tidur di ruangan sakit. Beberapa orang datang mengabariku bahwa Habib Mundzir dari tadi mencari-cari di mana aku. Akhirnya ia mengetahui keberadaanku. Ia mendatangiku yang waktu itu bertutupkan selimut. Ia tersenyum dan berkata:
“Ahmad!! udah jangan pura-pura sakit !! Aku tahu uangnya hilang kan? udah-udah gak usah dipikirin.. Sini.. ”
Ia memberiku lagi uang 3 ribu Ryal dan berkata: “Beli makanan-makanan yang kau mau. Jangan kabarkan yang lain. Cuma kita berdua saja.. hehe..”
Sejak saat itu ia sama sekali tak pernah mengungkit-ungkit masalah uang itu, seakan-akan tak ada sesuatu apapun yang pernah terjadi. ”
Pada tahun 2012. Habib Mundzir pernah sowan ke rumah Syaikhina Maimoen Zubair untuk mengundang beliau hadir di Maulid akbar Majelis Rasulullah Saw. Mbah Moen menerima surat itu dengan Ta’dhim, menciuminya seraya berkata : “Hadzihi min Rasulillah.. Hadzihi min Rasulillah.. Ini undangan dari Rasulullah..”
Ketika pamit pulang, Habib Mundzir mencium tangan Mbah Moen dan berjalan mundur. Pelan dan perlahan. Tak mau memunggungi Mbah Yai Maimoen sebagai bentuk adab kepada seorang Ulama. Hal yang sama dilakukan Habib Mundzir ketika sowan ke KH Abdullah Faqih Langitan dan KH Idris Lirboyo.
Habib Mundzir pernah menceritakan sekelumit pengalaman dakwahnya kepada para Pelajar Darul Musthafa di Tarim:
“Saya pernah memasuki sebuah masjid. Ketika itu saya bertemu dengan seorang pria. usianya sekitar 40 tahun. Saya duduk disampingnya dan saya ciumi tangannya. Saya memang selalu mencium tangan orang yang lebih tua dari saya. Entah dia orang alim atau tidak. Tapi entah kenapa dia malah menangis. Saya kebingungan dan tangisannya semakin menjadi.
“Kenapa bapak menangis.. ?” tanya saya.
“Saya ini orang jahat bib. Setiap hari saya selalu mencuri uang dari kotak amal di Masjid ini. Tapi Habib malah menciumi tangan saya.. Saya benar-benar terpukul ! saya berjanji akan bertaubat ditangan Habib ” jawabnya.
Baca Juga: Jenazah Preman Yang Tak Disholatkan, 20 Preman Bertaubat Berkah Habib Munzir Al Musawa
Bagiku yang paling mengagumkan dari akhlak Habib Mundzir adalah akhlak “Super”nya kepada Sang Guru Habib Umar Bin Hafidz. Tak heran jika beliau pernah berkata bahwa hidupku ini aku persembahkan untuk Allah, Rasulullah dan Habib Umar Bin Hafidz. Setelah menjadi seorang ulama dengan jutaan jama’ah, ketika mendapat telpon dari Habib Umar, Habib Mundzir akan turun dari atas kursinya lalu duduk bersimpuh diatas lantai.. Seakan-akan sang guru memang sedang berbicara di hadapannya.
Selama berguru kepada Habib Umar, setiap subuh beliau selalu berdiri di depan rumah Habib Umar hanya untuk menunggunya keluar lantas berjalan dibelakangnya menuju Musholla. sampai suatu hari, setelah sholat Dhuha. Habib Umar melihat Habib Mundzir duduk mematung di belakangnya.
$ads={2}
“Mintalah apa yang kau mau?” Habib Umar berkata.
“Aku tidak ingin apa-apa Guru.. Aku hanya mengharapkan ridhomu.. ” jawab Habib Mundzir.
Habib Umar lalu mengangkat tangannya ke atas langit dan menengadahkannya.. Lantas tersenyum..
Bagi kami yang ada di Tarim ini, Habib Mundzir bukan hanyalah seorang “kakak” seperguruan. Tapi ia adalah inspirasi bagi kami dalam banyak hal. Dalam berakhlak karimah, berbagi kebaikan, kuatnya cinta dan totalitas pengabdian kepada seorang guru dan masih banyak hal lainnya..
Allah Yarhamak Ya Habiib.. Kami yakin engkau sekarang sedang berbahagia disana.. Tersenyum indah bersama datukmu Rasulullah Saw dan kekasih-kekasih Allah lainnya..
الى روح الحبيب منذر بن فؤاد المساوى الفاتحة..
* Tarim, 1 February, 2018
Penulis: Muhammad Ismael Al-Kholilie, cicit Syaikhona Kholil Bangkalan yang pernah belajar kepada Mbah Maimoen Sarang dan Habib Umar bin Hafidz Yaman.
Demikian artikel " Kisah-Kisah Akhlak Mulia Habib Munzir Al-Musawa ", semoga dapat membawa manfaat serta memetik hikmah dari kisah-kisah Allahyarham Habibana Munzir...
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -