PERJALANAN MENUJU ALLAH DARI KEBAHAGIAAN SURGA TERENDAH MENUJU SURGA TERTINGGI
Oleh : Diah Listyani
Perjalanan menuju Allah itu SEHARUSNYA perjalanan dari kebahagiaan (surga) rendah menuju kebahagiaan(surga) lebih tinggi.. terus menerus...
Lalu kenapa kita merasakan perjalanan menuju Allah kaya berjalan diatas (penderitaan )neraka satu ke neraka berikutnya?
Kita mulai dari bayi... saat bayi surganya adalah payudara ibu, pelukan ibu, dan pengurusan ibu pada semua kebutuhannya.
Sampai satu titik bayi mulai jelas melihat (jarak pandanganya tidak lagi hanya sekedar wajah ibu). Maka surga bayi adalah mengeplorasi dengan merangkak. seterusnya dia bisa berjalan, maka surga bayi adalah dengan mengeplorasi dengan berjalan dan berlari, kemudian mencoba rasa makanan yang dia lihat orang tuanya makan. dst
Bayi saat lahir dia masih dalam manorama (rasa) Allah, masih dalam rasa tidak berdaya berdampingan dengan Allah.. Maka kita akan melihat bayi ngga ada kesulitan saat Allah pindahkan dari satu surga ke surga berikutnya, semua berjalan alami saja bagi bayi...
$ads={1}
dan untuk mendapatkan kebahagian(surga) yang lebih tinggi, Maka kita (mau bayi atau orang dewasa sama saja) HARUS mau melepaskan surga sebelumnya yang lebih rendah.
nah disanalah kenapa neraka akhirnya hadir menyapa manusia. Yaitu saat dia mulai belajar dari hawa nafsu pengasuhnya saat bayi. Bahwa berubah keadaan (keluar dari zona nyaman, keluar dari surga yang sekarang) adalah hal yang tabu, bahkan bisa jadi haram dan membahayakan. Lihat saja ibu ibu yang kewalahan melepaskan bayinya bahkan dari bayi, mereka berusaha menjadikan anaknya di surga yang rendah, tidak mengalir mengikuti sang anak...
Baca Juga :
- Lirik Qasidah Allahu Rabbi Majelis Rasulullah SAW
- Adakah Malaikat Penghitung Tetesan Air Hujan Di Dalam Islam?
- Do'a Yang Selalu Dibaca Oleh Para Waliyullah ( Wali Allah )
- Biografi Habib Jamal Bin Thoha Baagil
setiap saat melarang anak, setiap saat mengatur anak apa yg harus dia makan dan apa yang harus dia lihat, apa yang harus dia pelajari.
Dan anak sangat taat pada perintah Allah untuk terus mengalir bersamaNya, Maka anak melawan sepenuh hati dengan tantrum melawan pengaturan dan penjara orang tua padanya.
Jika kita mau merajakan anak selama 7 tahun pertama hidupnya, Maka hawa nafsu kita akan dipecah oleh anak kita, hawa nafsu yang pengen ngatur dan yang ngga hadir bersama Allah(ngga hadir di kini). hati anak kecil bersih, sekarang marah sebentar kemudian tertawa, sekarang sedih sebentar kemudian semangat lagi.
Maka setelah 7 tahun pertama dibawah pendidikan anak kita, Maka kita bisa mulai mendidik hawa nafsu anak di 7 tahun kedua hidupnya. Mengajarkan anak untuk berani jadi diri sendiri, dan terus mengikuti perintah perintah Allah disaat dia mulai menikmati surga lebih tinggi. Yaitu perintah Allah untuk tidak melekat pada setiap surga tersebut. Dan harus selalu redha jika suatu saat disuruh melepaskan surga rendah untuk merasakan surga lebih tinggi.
Karena kita sebagai ibu(ayah) setelah 7 tahun dibuat selalu hadir disaat sekarang oleh anak telah menjadi cair juga dan bisa memberi teladan lanjutan kepada anak bagaimana menghadapi dunia dan selalu hadir disaat kini, melepas pandangan makhluk dan tanpa ujub.
sekarang saya masuk contoh surganya orang dewasa. kita mulai dari kecintaan akan kuliner. anggap saat pertama kali kita mencoba bakso, kita merasa disurga saking enaknya rasa bakso tersebut. kemudian kita menjadi langganan tempat bakso yang sama.
sebenarnya kalau cuman untuk kenikmatan kuliner kaya bakso ini cukuplah selama 7 hari kita ke tempat bakso langganan, kalau bisa sehari pesan 2 kali. Maka dalam seminggu kita bakal muntah muntah melihat bakso tersebut.
Nah orang orang yang takut keluar dari zona nyaman. dia bisa langganan bakso yang sama selama bertahun tahun bahkan puluhan tahun. udah eneg juga dia tetap melakukan rutinitas yang sama karena dia ingat surga saat awal dia makan bakso ditempat itu. Dan hawa nafsunya melarang dia untuk pindah ke tempat bakso lain atau ke jenis makanan lain, atau ke kenikmatan yang lebih tinggi, seperti kenikmatan mencari ilmu, atau kenikmatan berkarya.
Nah disanalah mulai semua menjadi neraka tapi kita bertahan dineraka tersebut. Hawa nafsu itu memerintahkan kita untuk tetap di yang dulunya surga tapi sekarangt sudah jadi neraka, Karena dia takut untuk melepas sesuatu yang aman(walau udah ngga enak lagi, bahkan udah pait rasanya) dan mencoba untuk mengenali(membuka hati) ke surga yang lebih tinggi yang Allah sediakan.
bahkan dia sudah mengeluh kesana kemari mengenai keadaan dirinya yang dalam neraka tapi dia tetap ngga mau disuruh meninggaklan keadaan tersebut. Tok karena perintah hawa nafsu aja. Rasa sakit dan tersiksa dia tutupi dengan pembenaran pembenaran. bahkan dengan kebohongan bahwa "saya masih disurga yang sama seperti dahulu kala."
Itulah yang pembohong, dajjal, hawa nafsu.
Jadi Saat Allah melihat kita kesakitan dan hidup dalam neraka kebohongan(akting kaya disurga) Sama Allah dibantulah. Sama seperti seorang ibu yang membantu anaknya untuk mau mencoba hal baru.
Saya jika anak saya tidak mau mencoba (contoh termudahnya makanan) yang dia belum pernah coba sebelumnya, karena mungkin asing dengan penampilannya. Maka saya akan tegas memaksa dia untuk mencoba tentu saja dengan janji bahwa " JIKA dia sudah mencoba satu suapan dan memutuskan bahwa dia tidak akan menyukai rasa makanan tersebut, Maka saya tidak akan pernah memaksa dia makan makanan tersebut selama lamanya"
Dan karena saya adalah ibu yang punya track record jujur saat berinteraksi dengan mereka. Maka mereka mau melawan takutnya untuk mencoba makanan tersebut. Karena saya keras kepala.. Mereka tau itu, jadi untuk menghentikan neraka dipaksa tanpa akhir lebih baik menyerah untuk mencoba. Karena sesudah satu suapan dia akan merdeka kembali.
Dan setelah satu suapa saya langsung membawa pergi makanan tersebut sebagai pelaksanaan komitmen bahwa saya cuman mau dia mencoba, BUKAN menyukai atau menghabiskan makanan tersebut. Dan biasanya (ngga selalu) mereka akan meminta sisa makanan untuk mereka habiskan.
Nah itulah neraka, saat dipaksa taat oleh Allah untuk keluar dari neraka(yg kita cintai, ya Allah neraka ko dicintai) kita menolak sekeras kerasnya. dan Allah memaksa juga dari segala sisi. ibaratnya kita makan permen karet (atau batang tebu), awalnya manis, enak bangeeeet.. lama lama manisnya hilang, tapi kita tetap mengunyah walau udah pegel dan udah pait rasanya dan udah liat gitu permen karetnya.
Kita udah mengeluh kesana kemari mengenai keadaan yg tersiksa melakukan sesuatu cuman dapat pegel rahang doang. Tapi saat disuruh melepehkan kita menolak dan memberi banyak pembenaran bahwa walau sudah ngga enak tapi inilah yang terbaik.
Baca Juga :
- Mencintai Habaib Sesuai Seleranya, Mencaci Maki Habaib Semaunya?
- Perbuatan Tergantung Dengan Niatnya
- Pelajaran Ranting Kecil Dari Rasulullah SAW
Allah karena sayang kekita, memaksa kita buka mulut, karena kita nolak, maka Allah bongkar mulut kita, patah patahin rahang kita (why not, nanti juga Allah bisa sembuhkan dan ganti dengan rahang yang lebih seksi). lalu Allah lepas lidah dan gigi yang ngga berhenti ngunyah, untuk kemudian ambil paksa permen karet yg udah jadi racun tersebut dan buang ditempat kita ngga bisa mungut lagi. kemudian Allah masukan permen karet baru yang jauh lebih enak dari yang sebelumnya, dan saat kita udah tenang meredhai permen karet lama yang udah ngga bisa diambil lagi mulai kita merasakan kenikmatan permen karet baru dan kemudian semua sakit karena operasi memaksa kita keluar dari neraka sembuh dengan sendirinya saking nikmatnya "surga baru" tersebut.
Tujuan orang yang ngga kenal Allah di dunia ini adalah untuk merasakan kenikmatan yang satu ke yang lainnya. Makanya suka ada yang bilang saya ingin anak saya menemukan passionnya. Masalahnya passion itu juga ada burnoutnya(dari yang awal surga lalu jadi neraka). Kemudian kita diajarkan untuk tetap bertahan di bidang yang sama sampai mati. Maka ngga heran kanker lah yang menggerogoti diri kita.
Kecuali Kita mau mengajarkannya ke orang lain dengan niat karena Allah. HARUS karena Allah, karena kalau kita mengajarkannya karena uang atau pandangan orang, Malah itu yang akan menyiksa dan menjadi neraka. Kita akan membenci bidang yang kita sudah geluti sekian lama.
lihat saja penyanyi atau pengarang buku terkenal atau dibidang IT(programer) atau bidang apapun deh. ada masanya mereka merasa dipuncak surga karena inspirasi mengalir terus ke diri mereka. Dan mereka sampai dipuncak popularitas dengan karya mereka. Duit datang, popularitaspun datang.
Tapi setelah suatu titik, (saat permen karet sudah kehilangan manisnya) maka mereka ngga bisa lagi bikin karya yang hebat seperti diawal. bahkan jika ada yang terus melanjutkan berkarya maka mereka melakukannya dengan dendam, motifnya cuman karena uang saja. Dan bahkan kenikmatan uang mulai pudar karena harus disuruh membayar "mengunyah permen karet yang kaku dan liat serta phit".
Agatha christie adalah pengarang novel detektif yang sangaat aktif, dia dipaksa terus sama penerbitnya untuk menerbitkan novel secara rutin. Dan sebagian besar karyanya dia lakukan dengan benci pada karya tersebut. Tapi dia ngga bisa melepaskan bidang tersebut karena uang (apalagi).
Ada seorang penyanyi indonesia (yang sudah dibikinkan film kehidupannya) berkata pada istrinya "saya sebenarnya sudah muak dengan menyanyi, Tapi saya harus menghasilkan uang, dan saya cuman bisa bernyanyi saya ngga bisa bidang lain selain menyanyi".
dan hal yang sama terjadi pada hampir semua kita. Dan ujungnya adalah kanker. Karena berkeras mengunyah permen karet keras maka sel sel tubuh jadi rusak dan abnormal karenanya... astaghfirullah
Dan ketakutan akan rezeki biasanya yang jadi penghalang kita mau redha melepaskan dengan sukarela hal hal yang akrab bagi kita walau sudah menjadi racun bagi kebahagiaan kita.
“Jika Allah mengambil darimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka kehilangannya, maka Allah akan memberimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka akan memilikinya.” (Prof. Dr. Mutawalli Assya’rawi)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tanganku. Beliau pun mulai mengajarkan aku dari ilmu yang Allah Ta’ala wahyukan kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 20739.
kaya nabi adam meninggalkan surga(bayangin ninggalin kenikmatan surga beneran) kemudian saat di bumi dan akhirnya beliau redha, Maka dari keturunan beliau keluarlah Nabi Muhammad salallahualaihiwasalam, Sang Pemimpin, sang Raja Surga. dari awalanya cuman berdua, menjadi beranak pinak menghuni surga.
saya sebenarnya mau berhenti disni, tapi ada satu hal yang sangat penting, yang insyaAllah sangat dibutuhkan oleh banyak dari kita. saya akan tulis seringkas mungkin.
awalnya surga bagi kita adalah kasih sayang orang tua, perlindungan orang tua, cinta orang tua. sampai suatu titik(saat baliq kurang lebih). cinta dan perlindungan orang tua terasa tidak nikimat dan mencukupi lagi. Dan kita menginginkan cinta dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk berumah tangga. MAKA lepaskanlah kenikmatan dengan ortu tersebut supaya bisa naik ke surga lebih tinggi yaitu cinta dengan pasangan.
Kalau kita menolak melepaskan cinta berupa ortu maka lambat laun hubungan kita akan pait rasanya, karena ortu malah jadi cemas dan nanya nanya terus kapan kawin . Yang awalnya kita diterima apa adanya oleh ortu sekarang malah jadi trauma ketemu ortu.
makanya orang bule menyuruh anaknya keluar rumah saat berusia 18 tahun, kalau di islam(terutama di awal generasi islam) maka setelah baliq disuruh masuk ke surga berumah tangga. kalau diminang maka ada budaya merantau saat lelaki sudah baliq, keluar dari rumah gadang. Jaman dulu orang lebih paham mengenai mengalir dalam surga, mudah melepaskan anak, sehingga proses surga anak juga cepat terjadi.
Ada juga yang ngga mau meninggalkan surga berteman teman.. walau udah pait rasanya tapi takut melepas, udah pait karena temannya udah berkeluarga, yang dulu kita dapat prime time, sekarang cuman sisa sisa, belum lagi suka batal janji karena anaknya teman perlu diurus. akhirnya nyari teman teman yang lebih muda.
setelah menikah akan ada juga masanya manis cinta ke pasangan memudar, ngga kaya awal menikah.. Maka lepaskanlah jangan pertahankan, move on ke cinta yang lebih tinggi, cinta pada anak.
setelah punya anak, maka akan ada masanya memiliki anak melelahkan jiwa, maka move on lagi, move on ke cinta lebih tinggi, k aulia, ke nabiyullah dan ke Allah.
nanti kita akan bisa terus melayani ortu, suami dan anak serta sahabat KARENA ALLAH, kita akan BISA menjadi diri sendiri(karena sudah ngga mengharapkan kenikmatan dari ortu, suami, anak, teman) Kita akan berani mengatakan yang menurut kita benar dan salah tanpa peduli pandangan dan penerimaan makhluk.
Maka saat itulah kita akan menjalani fase melayani HANYA karena Allah(bukan karena mencintai atau harap dicintai) dan dan nanti lanjut mencintai karena Allah (bukan karena dicintai balik atau ybs baik ke kita).
kalau sudah mati sempurna demikian, maka kita akan punya wadah untuk menampung cinta Allah. dan kemudian menjadi agen cinta Allah.
btw terakhir, bagi yang marah marah terus, benci terus, mencaci terus, klaim paling keren dan paling soleh terus, merasa denki terus, Jangan bohongin dirimu sendiri deh (dan yang pasti saya ngga bisa dibohongi, apalagi Allah dan Rasulullah dan orang berakal lainnya). Kalian udah kelelahan, udah kesakitan, udah hang otak, ngga bisa lagi menalar dengan lurus.
istirahatlah dari semua penyakit hati itu, dan lepasin semua makhluk. hidup kalian ngga enak, bencana silih berganti mendatangi kalian, tapi tetap aja sok cool, sok asyik.. permen karetnya udah ngga sekedar pait lagi malahan udah beracun dan menutupi saluran pernafasan kalian...
hayo sini mati. enakloh mati dihadapan Allah (redha pada semua ketetapan Allah). Jangan mati didhadpaan makhluk (riya) dan hawa nafsu (ujub).
Semuanya ini SUMBERnya ALLAH.. redhai aja.
Dari Anas ra dari Nabi saw bersabda, ada tiga hal, apabila ada ketiganya maka akan mendapatkan manisnya iman. Pertama, apabila Allah dan Rasulnya lebih dicintai selain dari keduanya. Kedua, seseorang tidak mencintai selain karena Allah. Ketiga, dia membenci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia benci masuk neraka. (HR. al-Bukhārī dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: “Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu denganNya.” - Hadits riwayat Hakim
wallahualam
Allahuma sholi 'ala sayyidina Muhammad nabiyil umiyi wa aalihi wa shohbihi wa salim
- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -