DETIK-DETIK TERBUNUHNYA CUCU NABI MUHAMMAD SAW ( SAYYIDINA HUSEIN )
( Untuk tegaknya Kekhilafahan Islam bani Umayyah )
tahun 680 M, Yazid yang berusia 33 tahun naik tahta menjadi khalifah Bani Umayyah di Damaskus. Dia menggantikan ayahnya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yang meninggal. Banyak yang kecewa atas kepemimpinan Yazid sebagai penerus kekhilafahan islam Bani umayyah ini. Salah satunya penduduk kufah. Mereka mengundang Sayyidina Husein untuk dibaiat menjadi kholifah. Dan tentu Yazid merasa terancam dengan gerakan ini.
Singkat cerita Pada 10 Muharam 61 Hijriyah atau 10 Oktober 680 Masehi, tepat hari ini 1340 tahun lalu, 4000 pasukan yang dipimpin Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash menyerbu rombongan Husein yang hanya berkekuatan 72 orang; 32 orang prajurit berkuda dan 40 orang pejalan kaki, selebihnya terdiri dari anak-anak dan perempuan.
Sayyidina Husain berusia sekitar 58 tahun di hari kesepuluh bulan Muharram di tahun 61 H itu. selepas menunaikan sholat subuh, dia bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Pria yang tdk lagi muda itu menatap pasukan yang tengah mengepungnya. Mulailah dia berpidato yang begitu indah dan menyentuh hati, berharap tidak ada pertumpahan darah.
“Lihat nasabku. Pandangilah siapa aku ini? Lantas lihatlah siapa diri kalian. Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan menciderai kehormatanku.?
$ads={1}
“Bukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu? Bukankah aku ini anak dari Ali bin Abi Tholib keponakan Nabimu, yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu? “Bukankah Hamzah, pemuka para syuhada adalah Pamanku? Bukankah Ja’far yang akan terbang dengan dua sayap di surga, itu Pamanku? “Tidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku: “keduanya adalah pemuka dari pemuda ahli surga”? “Jika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan, dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku, maka tanyalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Sahl bin Sa’d, Zaid bin Arqam dan Anas bin Malik, yang akan memberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku.
“Tidakkah ini cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?” Kata-kata yang begitu eloknya itu direkam oleh Tarikh at-Thabari (5/425) dan Al-Bidayah wan Nihayah (8/193). Namun mereka yang telah terkunci hatinya tidak goyah sedikitpun.. Pasukan yang mengepung atas perintah Ubaidillah bin Ziyad itu memaksa pria yang bernama Husein bin Ali itu untuk mengakui kekuasaan kekhilafahan islam bani Umayyah yaitu Khalifah Yazid bin Mu’awiyah.
Baca Juga :
- Makna Rukun Iman dan Rukun Islam di dalam Al-Qur'an
- Ciri-ciri Rasulullah SAW yang hadir dalam mimpi Alhabib Munzir Al-Musawa
- Pengertian Muslim, Mukmin, Mukhsin, Mukhlis dan Muttaqin
Salah seorang Pasukan memukul kepala Sayyidina Husein dengan pedang hingga berdarah. Sayyidina Husein sambil menahan sakit membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya. Dan dengan cepat balutan kain itu basah penuh darah. Dia tidak punya pilihan lain selain bertahan untuk melindungi anak anak dan para wanita dalam rombongan. Bertarung mengayunkan pedang dengan darah yg terus membasahi kepalanya. Pertarungan yang tidak seimbang ini berlangsung lama sampai matahari meninggi membakar padang karbala. Arena pertarungan pun menjadi panas terbakar terik matahari.
Dengan kepala robek terbalut kain yang semakin basah dengan darah sayyidina husein tetap bertarung dengan gigih bagai singa terluka. Tiba tiba Ada yang melepaskan panah dan mengenai leher sayyidina Husein. Namun beliau masih hidup sambil memegangi lehernya menuju ke arah sungai karena kehausan. Bahkan cucu kesayangan nabi ini sempat memohon agar diberi kesempatan minum sebentar kemudian melanjutkan perang. Tapi Shamir bin Dzil Jawsan memerintahkan pasukannya menyerbu sayyidina Husein. Mereka menyerang dari segala penjuru. Mereka tak memberinya kesempatan untuk minum. Ibn Katsir menulis: “Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein sampai putus. Saat sayatan Gorokan pertama sayyida Husein sempat berteriak kesakitan yang kemudian teriakan itu putus bersama putusnya tenggorokan sayyidina, Husein. Kemudian kepala itu diserahkan pada Khawali bin Yazid.” (Al-Bidayah, 8/204). Anas melaporkan bahwa ketika kepala Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidullah bin Ziyad, yang kemudian memainkan ujung tongkatnya menyentuh mulut dan hidung Husein, Anas berkata: “Demi Allah! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini.” Ibn Katsir mencatat 72 orang pengikut Husein yang terbunuh hari itu. Imam Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa mencatat 4 ribu pasukan yang mengepung Husein, dibawah kendali Umar bin Sa’d bin Abi Waqash. Pada hari terbunuhnya Husein, Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Mentari merapat laksana kain yang menguning. Terjadi gerhana matahari di hari itu. Langit terlihat memerah selama 6 bulan. Imam Suyuthi juga mengutip dari Imam Tirmidzi yang meriwayatkan kisah dari Salma yang menemui Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad, yang saat itu masih hidup (Ummu Salamah wafat pada tahun 64 H, sementara Husein terbunuh tahun 61 H). Salma bertanya: “Mengapa engkau menangis?” Ummu Salamah menjawab: “Semalam saya bermimpi melihat Rasulullah yang kepala dan jenggot beliau terlihat berdebu. Saya tanya ‘mengapa engkau wahai Rasul?’ Rasulullah menjawab: “saya baru saja menyaksikan pembunuhan Husein.’” Begitulah dahsyatnya pertarungan kekuasaan di masa khilafah dulu. Mereka tidak segan membunuh cucu Nabi demi kursi khalifah.
Source : Maulana Sholehodin
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim