ISLAM MENGAJARKAN SIAPAPUN TIDAK BOLEH DILAKNAT
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah, halaman 141, menjelaskan tentang larangan mendoakan jelek dan melaknat, baik ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun sesuatu apa pun di luar dirinya sebagai berikut:
واحذر - أن تدعو على نفسك أو على ولدك أو على مالك أو على احد من المسلمين وإن ظلمك, فإن من دعا على من ظلمه فقد انتصر. وفي الخبر "لا تدعوا على انفسكم ولا على أولادكم ولا على اموالكم لاتوافقوا من الله ساعة إجابة".
“Jangan sekali2 mendoakan datangnya bencana atau mengutuk diri sendiri, keluargamu, hartamu ataupun seseorang dari kaum Muslimin walaupun ia bertindak dzalim terhadapmu, sebab siapa saja mengucapkan doa kutukan atas orang yg mendzaliminya, berarti ia telah membalasnya. Rasulullah SAW telah bersabda: ‘Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak2mu ataupun harta hartamu. Jangan2 hal itu bertepatan dgn saat pengabulan doa oleh Allah SWT’.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan hal2 sebagai berikut:
PERTAMA, mendoakan jelek atau melaknat siapa pun dan apa pun dari kaum Muslimin termasuk diri sendiri, harta benda, keluarga dan orang lain agar tertimpa suatu bencana sangat tidak dianjurkan sekalipun mereka telah berbuat kedzaliman kepada kita. Artinya tidak sepantasnya kita melakukan hal yg sama buruknya sebab mendoakan jelek dan melaknat bukan akhlak karimah. Doa yg sebaiknya diucapkan untuk orang yg telah berbuat dzalim adalah doa yg baik saja, misalnya agar ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT, lalu menyadari kesalahannya dan bertobat.
$ads={1}
KEDUA, mengucapkan doa kutukan atau laknat atas orang lain agar tertimpa bencana bisa sama saja dgn melaknat diri sendiri. Alasannya, sebagimana dijelaskan Rasulullah SAW, adalah bisa saja pada saat kita mengucapkan kutukan atau laknat kepada orang lain, pada saat itu Allah sedang menghendaki terkabulnya doa2, sementara orang lain tersebut ternyata tidak pantas mendapat kutukan karena tidak bersalah, misalnya. Kutukan atau laknat seperti itu bisa berbalik kepada diri sendiri, sebagaimana dijelaskan Sayyid Abdullah Al-Haddad di halaman yg sama (hal. 141) sebagai berikut:
وقد ورد أن اللعنة إذا خرجت من العبد تصعد نحوالسماء فتغلق دونها أبوابها ثم تنزل إلى الأرض فتغلق دونها أبوابها ثم تجيء الى الملعون فإن وجدت فيه مساغا وإلارجعت على قائلها.
“Ketahuilah bahwa suatu laknat, bila telah keluar dari mulut seseorang, akan naik ke arah langit, maka ditutuplah pintu2 langit di hadapannya sehingga ia turun kembali ke bumi dan dijumpainya pintu2 bumi pun tertutup baginya, lalu ia menuju ke arah orang yg dilaknat jika ia memang patut menerimany , atau jika tidak, laknat itu akan kembali kepada orang yg mengucapkannya.”
Dari kutipan di atas sangat jelas bahwa kutukan atau laknat memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, orang yg dilaknat akan terkena bencana jika memang menurut Allah ia pantas menerimanya. Kemungkinan kedua, jika ternyata Allah memandang lain, maka bencana itu akan menjadi bumerang atau berbalik arah menuju orang yg telah mengucapkannya. Ini artinya sangat riskan melakukan kutukan atau melaknat orang lain.
Dalam kaitan itu, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh atau teladan yg baik ketika beliau didzalimi orang2 Thaif yg menolak dakwahnya. Beliau mendoakan agar mereka tetap diberi keselamatan atau hak hidup dgn berharap dari anak cucunya akan ada yg mau beriman kepada Allah SWT. Sebenarnya mengutuk atau melaknat orang lain hanya diperbolehklan kepada orang2 tertentu saja yg telah di-nash oleh Allah sendiri sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad di halaman yg sama (hal. 141) sebagai berikut:
واحذرأن تلعن مسلما أو بهيمة أوجمادا أو شخصا بعينه وان كان كافرا إلا إن تحققت أنه مات على الكفر كفرعون وابي جهل أو علمت أن رحمة الله لا تناله بحال كإبليس.
“Jauhkan dirimu dari perbuatan melaknat seorang Muslim (termasuk pelayan dan sebagainya), bahkan seekor hewanpun. Jangan melaknat seorang manusia tertentu secara langsung, walaupun ia seorang kafir, kecuali bila Anda yakin bahwa ia telah mati dalam keadaan kafir sepeti Fir’aun, Abu Jahal dan sebagainya. Ataupun, yg Anda ketahui bahwa rahmat Allah tak mungkin mencapainya seperti Iblis.”
Dari kutipan diatas semakin jelas bahwa kita sangat dianjurkan untuk tidak pernah melaknat siapa pun dan apa pun, baik itu manusia maupun bukan manusia; baik itu Muslim maupun kafir. Orang kafir sekarang bisa saja akan menjadi mukmin di masa depan dengan hidayah Allah SWT. Laknat hanya boleh ditujukan kepada orang2 kafir yg sudah jelas kekafirannya hingga akhir hayat seperti Fir’aun, Abu Jahal dan sebagainya.
Iblis juga boleh dilaknat karena rahmat Allah SWT memang tidak akan pernah sampai kepadanya. Ia telah membangkang terhadap perintah Allah dan menyombongkan diri kepada-Nya sebagaimana di tegaskan di dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah, ayat 34: “Aba wastakbara wakâna minal kâfirîn.” (Iblis membangkang Allah dan menyombongkan diri. Ia kafir).
Demikian pula setan2 boleh dilaknat sebagaimana terdapat dalam bacaan ta’awudz: “A’ûdzu billâhi minasy-syaithânir rajîm.” (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk).
Sumber : Fanspage facebook Zuhud Rijal
Wallahu a'lam Bishowab
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ...
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim...
dakwahislamiyah93@gmail.com