KISAH PERJUANGAN IMAM SYAFI’I KECIL DALAM MENUNTUT ILMU
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡
-Dikisahkan, As-Syafi’i رØمه الله kecil, seorang yatim yang berada dalam kasih sayang ibu dari semenjak kecil. Beliau رØمه الله dibawa oleh ibunya ke Madinah.
Ketika itu, Beliau imam as-syafii رØمه الله berada di majelis Imam Malik رØمه الله, saat itu tak ada uang untuk membeli pena atau alat tulis apapun untuk belajar.
Maka Beliau imam as-syafii رØمه الله meletakkan jarinya di mulut, dan menulis dengan telunjuk kanannya di atas telapak tangan kirinya. Hal tersebut dilakukannya berkali-kali saat umur Beliau رØمه الله masih 11 tahun.
Imam Malik رØمه الله merasa terganggu dengan anak kecil yang menaruh ludahnya di jari, kemudian menggerakkannya di telapak tangan. Dengan pikirnya Imam as-Syafi’i رØمه الله bermain-main.
Setelah 2 sampai 3 pelajaran, Imam Malik رØمه الله memanggilnya “kesini kamu.”
Dihampirilah Imam Malik رØمه الله oleh as-Syafi’i رØمه الله ,
“Janganlah hadir lagi dalam pelajaran kami!”
Seru Imam Malik رØمه الله.
“Kenapa?”
sambung as-Syafi’i رØمه الله.
“Karena kamu bermain-main dan berbuat sia-sia di sini,”
kata Imam Malik رØمه الله.
“Demi Allah, aku tidak bermain-main, memang karena apa saya disebut bermain-main?”
tanya as-Syafi’i رØمه الله.
“Karena kamu menaruh ludah di jarimu dan kau menggerakkannya. Ini sia-sia,”
kata Imam Malik رØمه الله.
“Aku hanya menulis hadits,”
ujar as-Syafi’i رØمه الله.
“Kalau begitu, mana alat tulismu, mana penamu? mana kertas-kertasmu?
mana tintamu? kau datang tanpa tinta dan pena?”
tanya Imam Malik رØمه الله.
imam As-Syafi’i رØمه الله menjawab:
“Aku hanya orang miskin, tak mampu ku membeli alat tulis.
Aku hanya menulis hadits seperti ini agar aku bisa menghafal,”
“Jika kau mau, aku akan sampaikan apa yang telah kamu sampaikan.”
“Lakukanlah!”
kata Imam Malik رØمه الله.
imam As-Syafi’i رØمه الله kecil melafalkan seluruh hadits kepada Imam Malik رØمه الله
mulai dari awal sampai akhir pelajarannya.
Mulai setelah itu, Imam Malik رØمه الله mendekati dan membantunya.
Perjuangan sang Ibu membantu imam asy-Syafi’i رØمه الله.
Ia membawakan tulang unta dari tukang sembelih di pasar untuk
dijadikan alas menulis untuk belajar anaknya.
Diceritakan, bahwa ibunya pergi ke kantor pemerintahan.
Mengambil kertas-kertas bekas yang sudah dibuang dan
diberikan kepada anaknya untuk menulis hadits.
Jika kita melihat lembaran-lembaran Imam Syafi’i رØمه الله,
kita akan melihat di depannya tulisan hadits dan di belakangnya
catatan-catatan pemerintahan saat itu.
Dengan berkaca kepada kisah Imam Syafi’i رØمه الله,
betapa perjuangan menjadi hal terpenting untuk mencapai keberhasilan.
Dengan kebersihan niat, kelurusan tujuan dan ketaatan kepada Allah.
Sumber : Biografi Imam As-Syafi’i رØمه الله
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim