NAPAK TILAS PENINGGALAN SYAIKHONA KHOLIL DI DEMANGAN TIMUR
Ustadz Ismael Amin Kholil :
Malam Jum'at kemarin, ditengah-tengah agenda sowan ke para kiai dan ulama. Saya dan Muhammad Ismail Al-Ascholy menyempatkan diri untuk menelusuri jejak sejarah Kiai Kholil Bangkalan di PP. Al-Kholiliyah An-Nuroniyah Demangan Timur Bangkalan. Ditemani sang tuan rumah kakanda KH. Dim Muhammad, dahaga rindu kami kepada sosok syaikhona Kholil sedikit terobati ketika kami diperkenankan untuk ngalap berkah peninggalan-peninggalan Syaikhona Kholil di sebuah rumah yang dahulu ditempati Istri beliau yang bernama Ny. Meisi.
Di rumah kuno itu kami melihat banyak sekali barang peninggalan Mbah Kholil yang sengaja Ny. Meisi simpan di dalam sebuah lemari kayu. Diantaranya adalah sebuah Surban hijau-kuning bertuliskan kalimat Tauhid, Peti kayu bertuliskan "KIHALIL" yang konon dahulu digunakan Syaikhona untuk berangkat haji, dan beberapa kardus yang berisi tumpukan kitab-kitab kuning.
Sesekali lisan ini mengucap lafadz Allah ketika mata memandang sebuah nama " Ù…Øمد خليل" dengan tulisan tangan beliau sendiri terpampang di sampul depan sebuah kitab. Tulisan yang begitu sederhana, namun sudah cukup untuk membuat diri ini seakan kembali pada ratusan tahun yang lalu, Merasakan keagungan sosok Syaikhona Kholil yang nama mulianya masih dikenang hingga saat ini.
Satu penemuan yang paling menarik bagi saya adalah sebuah surat yang berisi tulisan latin Syaikhona Kholil. Tentunya karena manuskrip-manuskrip beliau yang ditemukan selama ini hanya memakai tulisan Arab. Surat itu sepertinya adalah surat yang dikirimkan Mbah Kholil untuk Istri beliau yang bernama Ny. Asmuna ketika sang istri hendak berangkat ke tanah suci. Di akhir surat tertulis :
" من بعلها خليل "
(Dari Sang Suami : Kholil )
Bertabarruk dan menelusuri jejak para kekasih Allah adalah tradisi ulama kita sejak dahulu kala. Sudah bukan rahasia, Salah satu ekspresi cinta adalah mencintai setiap hal yang berkaitan dengan sosok sang kekasih. Qais, Sang Majnun Laila itu linglung kebingungan ketika Laila menghilang dan pergi. Suatu hari ia melihat seekor anjing. Hatinya membuncah gembira, bagi orang-orang itu adalah hewan biasa, tapi tidak Bagi Qais, ia tahu itu adalah anjing yang berasal dari desa Laila Sang kekasih. Kemana-mana ia ikuti langkah anjing itu. Sampai ketika Anjing itu memasuki sebuah Masjid, Qais masih saja mengikutinya. Ia berjalan tepat diantara orang-orang yang sedang shalat. Mereka marah dan menegur Qais, namun ia dengan polosnya berkata :
" aku tidak melihat kalian, aku hanya melihat Laila. Andai saja kalian mencintai Allah sebagaimana aku mencintai Laila, maka kalian tak akan melihat aku berjalan di depan kalian "
Sandal yang bergantungan di kaki Rasulullah Saw berhasil melewati batas langit ke tujuh, menjadi saksi ketika Rasulullah bercengkrama dan berduaan dengan Rabb-nya. Bentuk gambar sandal itu masih dimuliakan hingga saat ini, diletakkan dikepala, bagian tubuh termulia oleh banyak muslim dari seluruh negeri. Jika itu 'hanya' sebuah sandal yang bergantung di kaki mulia beliau, bagaimana dengan hati.. ??
" Setiap sesuatu yang berkaitan dengan sosok yang mulia akan mendapat nilai kemuliaan juga, seperti apapun bentuk dan namanya "
* Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 28 Januari, 2019.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim