RASULULLAH SAW ITU PERUTNYA RATA, TIDAK GENDUT
KH. Abdi Kurnia Djohan :
Abah Kyai Muchtar Adam pernah menyindir saya, " Rasulullah itu perutnya rata, tidak gendut!" Saya pun tersengat dengan sindiran itu. Betapa malunya diri ini, selalu memperhatikan agamanya Rasulullah tapi kondisi diri sendiri tidak diperhatikan.
Dalam sebuah acara maulid Nabi di Kampung Sawah Januari 2013, almarhum Uje pernah berkata, " beda kita dengan Nabi itu sedikit. Nabi makan sedikit. Kita sedikit sedikit makan". Penyampaian itu terdengar lucu, tapi sebenarnya sebuah sindiran. Banyak dari ustadz yang lupa bahwa dalam persoalan makan itu ada sunnahnya. Fokusnya bukan terletak pada membaca basmalah atau menggunakan tangan kanan. Tapi, fokus dari sunnah itu adalah bersikap wara' dan zuhud ketika berhadapan dengan makanan.
Sikap di dalam menghadapi makanan itu yang membentuk sikap keseharian di dalam menghadapi persoalan. Saya pernah ikut makan bersama dengan para ulama dan tokoh. Gaya mereka makan saya perhatikan satu per satu. Dan ternyata ada kesejajaran di antara gaya makan dengan gaya ketika menyikapi sesuatu.
Bisa dibayangkan jika orang yang diberi sebutan keulamaan, ketika makan justru seperti kuda lumping yang kehabisan beling pecahan kaca. Seperti itulah ketika ia berbicara di depan orang banyak.
Berawal dari sindiran bahwa perut Rasulullah itu rata, saya menyadari betapa malunya diri ini mengaku-ngaku mengikutinya tapi dalam pola makan lebih mengikuti setan yang memusuhi Rasulullah.
Wallahu a'lam Bishowab
Allohumma sholli 'alā Sayyidinā Muhammad wa 'alā āli Sayyidina Muhammad...