PERCAKAPAN GURU MULIA ALHABIB UMAR BIN HAFIDZ DENGAN HABIBANA MUNZIR AL-MUSAWA
Percakapan Guru Besar Yang Mulia Sayyidil Habibana Umar Bin Hafidz dan Sayyidil Habibana Munzir Al Musawa 'alaihi Rahmatullah.
"Sang Guru tersenyum lembut.., membuatku menunduk dan semakin deras airmataku mengalir haru dan asyik dalam cinta dan bakti padanya..
Seraya berkata lembut : Bagaimana keadaan Jamaah di Indonesia?
Aku terdiam dan tak mampu menjawab..
Seraya berkata lembut : Semoga mereka dalam kebaikan dan kedamaian..
Semoga semakin banyak yg bertobat dan kembali kepada keluhuran..
Aku menjawab : Amiin..
Hanya itu yg bisa keluar dari bibirku..
Sang Guru berkata lagi : Kabarkan padaku..
Aku menangis tersedu sedu dan berkata : Mereka semakin banyak.., mereka semakin banyak tuanku.., saya risau tuanku..
Sang Guru tersenyum.. terdiam.., lalu berbisik lembut : apa yg kau risaukan..?
Aku berkata : musuh semakin banyak… saya risau mereka akan merusak perjuangan kita..., saya tidak mau memerangi mereka.., saya selalu memaafkan mereka sebelum mereka meminta maaf.., namun saya risau pula karena mereka terus ada..
Sang Guru berkata lirih : kita kelompok damai yg tidak memusuhi.., semoga Allah menenangkan kita dari gangguan musuh..
Aku menunduk.. amiiin.. bisikku.., airmata berjatuhan semakin deras..,
wajah indah dan damai itu kembali melantunkan wejangan wejangan lembut dg suara lirih dan terkadang berbisik lembut..,
hingga akhirnya Guru berkata lembut dan pelahan : Adakah yg masih mengganjal dihatimu..?
Aku menunduk.. airmata telah berjatuhan membasahi permadani.., aku diam dan tak berani berucap.., dan beliau menatapku dg cermat dan risau.., dahi Guru berkerenyit tanda beliau benar benar menanti jawabanku.., maka aku berkata lirih.. : mereka dengki pada saya.. saya sedih mengapa mereka dengki pada saya.., dan kemajuan yg semakin pesat justru semakin memicu hal ini.., maka saya tidak tahu harus bagaimana..
Beliau tersandar dan tersenyum.. beberapa detik tanpa suara, lalu beliau melantunkan ayat ayat kejadian Nabi Yusuf as yg didengki oleh saudara saudara kandungnya.. lalu beliau berkata lirih : bahkan anak anak para nabi pun ada yg tidak selamat dari sifat dengki pada saudaranya..
Lalu beliau tersenyum.. senyum yg menghibur jiwa yg risau dan resah..,
Aku tercenung.. lalu beliau menyadarkanku dari lamunanku dg menghentakkan sebuah siwak kepangkuanku.., siwak dipukulkan kepangkuanku.. tanda kedamaian dan keakraban yg sangat menyejukkan..
Aku berkata lirih.. : apa yg harus saya lakukan..?
Maka Guru berbisik lembut : kita adalah kelompok damai, kita adalah kelompok yg selalu berdoa, kita berusaha dg naungan doa, kita bekerja dg naungan doa, kita beraktifitas dengan naungan doa..
Doa kepada Allah.. doa kepada Allah.., doa kepada Allah..
Aku menunduk.. mulai kurasa bahwa aku telah banyak menyita waktu Guru.., aku berbisik disela sela tangis…, saya pamit……
Guru menjawab : kutitipkan engkau pada Allah…..
Aku roboh dalam tangis dan kubenamkan wajahku dipangkuan Guru, aku akan kembali berjuang dalam dakwah.., aku akan berhadapan dg segala apa apa yg semoga Allah meringankan segala bebanku..
beliau menepuk bahuku dg akrab untuk menyemangatiku, akupun bangkit.., berdiri mundur tanpa berani membelakangi.. sambil terus menunduk tanpa berani memandang wajah damai itu lagi.., sampai ke pintu barulah kubalikkan tubuhku..
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholi 'ala sayidina muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim
Tags:
Dakwah Habaib dan Ulama