KEUTAMAAN MEMBAKAR DUPA DI DALAM MAJELIS
Membakar dupa saat majlis dzikir, atau majlis pengajian itu sudah di contohkan oleh imam malik RA, seperti yang di jelaskan dalam biografi imam malik yang di tulis di belakang kitab tanwirul hawalik syarah muwattho' malik imam suyuti. Juz 3 no 166
Mutrif berkata: "Apabila orang orang mendatangi kediaman imam malik, maka mereka di sambut oleh pelayan wanita beliau yang masih kecil lalu berkata kepada mereka,
"Imam Malik bertanya apakah anda semua mau bertanya tentang hadits atau masalah keagamaan?"
Jika mereka berkata, "Masalah keagamaan" maka, imam malik kemudian keluar kamar dan berfatwa.
Jika mereka berkata, "Hadits" maka beliau mempersilahkan mereka untuk duduk, kemudian beliau masuk kedalam kamar mandi, lalu mandi, dan memakai minyak wangi, kemudian memakai pakaian yang bagus, dan memakai sorban.
Dan di atas beliau memakai selendang panjang di atas kepalanya, kemudian di hadapan beliau di letakkan mimbar, dan setelah itu beliau keluar menemui mereka dengan khusyu' lalu di bakarlah dupa hingga selesai dari menyampaikan hadits Rosululloh SAW.
“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca al-Qur’an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya .”
(Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).
“Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: 'Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/ menghalanginya'.”
(Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 5, halaman 160).
#ath thohirooh
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim