JANGAN MERASA PALING BERSIH WAHAI ORANG 'ALIM
Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari pengarang kitab Fathul Mu'in bercerita bahwa :
Di zaman seorang Nabi terdahulu, ada seorang yang ahli maksiat yang amat durhaka dan tidak pernah beribadah.
Satu hari timbul kesadaran dalam dirinya ingin bertaubat. Ia pun mendatangi majelisnya seorang alim guna mengambil manfaat darinya.
Namun orang alim tadi merasa tidak suka bila si ahli maksiat tersebut ada di majelisnya.
Ia pun mengusirnya, dan si ahli maksiat pergi dengan perasaan sedih.
Tak lama setelah itu, turunlah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi di wilayah tersebut.
Jibril berkata; Wahai Nabiyullah,
Sesungguhnya ALLOH ï·» telah mengampuni si ahli maksiat sekaligus menghapus semua amal si alim.
Ketahuilah bahwa ALLOH ï·» lebih dekat kepada ahli maksiat yang rendah diri dibanding kepada orang alim yang sombong.
Sumber : Kitab Irsyadul Ibad hal. 461 karya Syeikh Zainuddin Al-Malibari.
Seorang yang taat biasa mengalami berbagai keadaan, seperti sombong, ’ujub, meremehkan orang lain, menganggap dirinya layak mendapat pahala dan kondisi lainnya yang mencerminkan kesombongan.
Lain halnya dengan seorang pemaksiat, boleh jadi maksiatnya akan mendorongnya untuk berhati-hati, takut kepada Tuhannya, berlindung kepada-Nya, tunduk dan membutuhkan-Nya.
Oleh sebab itu, seorang hamba lebih membutuhkan belas kasih Allah saat ia taat, melebihi kebutuhannya terhadap belas kasih-Nya saat ia bermaksiat kepada-Nya.
Oleh kerena itu Syaikh Ibn Athoillah memberikan peringatan dalam kitab Al hikam, bagi orang yang merasa mampu sampai kepada Allah dengan amalan-amalannya.
"Ketika taat, kau lebih membutuhkan belas kasih-Nya daripada ketika melakukan maksiat."
( Syekh Ibnu Atha’illah al-iskandari )
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim