Guru Pembimbing Itu adalah Ayah Ruh
Tanya :
beberapa waktu yang lalu ana menerima beberapa penjelasan dari rekan ana sesama almunawar bahwa ana harus mempunyai guru dalam hidup ini (dalam hal ini guru agama) ,karena sampai dengan saat ini ana belum mempunyai seorang guru yang dapat membimbing atau menuntun ana dalam agama islam. Buku buku agama yang selama ini ana baca hanyalah buku2 agaima dari tingkat formal ataupun dari buku buku ato artikel agama yang ana koleksi selama ini dari semua penerbit.
Namun menurut teman ana, buku buku yang ana baca kelak di hari kiamat tidak bisa dipertanggungjawabkan dan dijadikan saksi dan tanpa guru itu lebih dekat ke syaitan.
rekan ana tetap bilang ana harus punya guru yang bisa membimbing dan menuntun tentang apa apa yang ana baca2
Mohon penjelasan,tanggapan dan pencerahannya bib
Dan apakah bisa ana menjawab pertanyaan orang lain nanti bahwa beberapa ilmu agama , ana dapatkan dari salah satu guru ana bernama Habib Munzir ? jawaban ana ini mungkin hanya berdasar dengan
1. Ilmu yang ana sempat beberapa kali datang ke al munawar utk mendengarkan tausyiah habib Munzir setiap senin malam
2. Ilmu dari hampir SEMUA TOPIK yg ana buka dan baca di forum tanya jawab Website yang Habib asuh ini.
3. Ilmu dari buku yang sudah ana baca beberapa kali \"Kenalilah Aqidahmu\" (ana suka sekali dengan judul dan isinya \" Wahai Pemilik Jiwa Yang Tenang Kembalilah Pada Tuhanmu\" (mengapa tidak dibuat resmi bib lewat jalur penerbit supaya dibaca semua orang )
Mohon penjelasan,tanggapan dan penjelasannya tentang dasar jawaban ana ini kepada orang yang akan bertanya kelak suatu saat.
Apakah habib berkenan menjadi guru ana dan bagaimana supaya perkenalan kita ini resmi bisa sebagai seorang guru dan murid
Apakah ana harus datang ke habib Munzir terlebih dahulu bersilahturahmi untuk mendapatkan restu bahwa ana bisa berguru ataukah hanya lewat jalur yang ana ikuti seperti 3 hal diatas ?
Mohon penjelasan,tanggapan dan penjelasannya
Jawab Habib Munzir al Musawa :
yg dimaksud adalah ayah ruh, sebagaimana ayah kita adalah ayah jasad kita, yg membimbing dan melindungi kita, dan ayah ruh bagi seluruh muslimin adalah Nabi Muhammad saw, dan kita yg tak jumpa dengan Nabi saw maka sahabat beliau saw, lalu tabiin, dan demikian seterusnya. kita berjumpa dg para guru guru yg jumpa dg guru guru yg berjumpa dg guru, yg berjumpa dg guru gur, demikian hingga Rasulullah saw,
sanad kita tak putus kepada Rasulullah saw, anda melihat saya dan duduk satu majelis dg saya, dan saya duduk dengan guru saya, melihat langsung dan mendengar langsung, wajah bertemu wajah, hati berpadu, demikian hingga Rasulullah saw.
tidak terputus satu gurupun yg tidak jumpa dan berpanut pada Rasul saw, kecuali semua mempunyai ayah ruh (guru) hingga Rasul saw.
inilah yg disebut sanad guru,
jika anda kelak ada waktu mempelajari ilmu hadits, setiap hadits itu tak bisa diriwayatkan dg tulisan, tapi harus jumpa dengan orangnya, dari fulan, dari fulan, dari fulan, dari Rasulullah saw,
jika seorang putus, misalnya : aku dari fulan, dan fulan membaca dari tulisan / buku gurunya, maka sanad ini putus, haditsnya tidak shahih, tapi dhoif.
ini dalam ilmu hadits, dan setelah itu barulah dibukukan, semacam shahih Bukhari dll, namun demikian, tetaplah muslimin mempunyai guru guru ahli yg memetik masalah hadits hadits tsb dari murid Imam Bukhari misalnya,
jadi ringkasnya jika anda mempunyai guru yg sanadnya bersambung kepada para Imam bahkan pada Rasul saw, maka anda mendapat ilmu yg segar, bukan ciptaan pabrik, walaupun anda juga sebagian besar mempelajari dari Buku, namun anda tetap punya ayah ruh, hubungan dengan Rasul saw bersambung lewat guru guru kita.
sebagaimana sejauh jauh anak dari ayahnya, atau mungkin tak pernah duduk berduaan, namun ia punya ayah yg sah, beda dengan anak yg tak punya ayah, yaitu dari pernikahan yg tak dibenarkan oleh syariah, ia tak mewarisi dari harta ayahnya walau ayahnya kaya raya, jika ia menikah maka ayahnya tak sah menjadi walinya, karena ia tak memiliki ayah yg sah secara syariah,
demikian pula kita dg guru, walau anda tak pernah duduk berduaan dengan guru anda, selama guru anda telah mengenal anda lewat surat, email, telepon, dan anda mengakui ia sebagai guru anda, maka ia menjadi ayah ruh, penyambung kita pada Rasul saw, anda bisa mewarisi dan guru berupa kemuliaannya, kekhusyuannya, semua akan tertularkan sedikit sedikit, walaupun semiskin miskin ayah mestilah ia punya sesuatu utk diwariskan pada anaknya, demikian pula guru, serendah apapun derajat sang guru namun ia punya warisan yg akan turun pada murid muridnya,
saya tak merasa pantas menjadi guru anda, menjadi muridpun saya tak pantas, bagaimana menjadi guru pula?, namun jika itu bermanfaat bagi anda maka saya tak berani mengharamkan kemuliaan yg saya warisi untuk turun kepada anda,
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim