Muhammad bin Mudzaffar berkata, “Ketika umur Sahl bin Abdullah at-Tustari 3 tahun, ia sering bangun malam melihat pamannya Muhammad bin Siwar yang sedang qiyamullail (shalat malam). Pamannya juga sering membangunkannya sambil berkata, ‘Bangunlah nak, lihatlah, hati ini sangat sibuk mengingat Allah!’
Ketika Sahl melihat pamannya sibuk shalat malam, pamannya bertanya, ‘Mengapa kamu tidak berdzikir kepada Allah yang telah menciptakanmu.’
Si keponakan bertanya kepada pamannya, ‘Bagaimana caranya aku berdzikir kepada Allah?’
Si Paman menjawab, ‘Ucapkanlah, … Allah senantiasa bersamaku, Allah senantiasa melihatku dan Allah senantiasa memperhatikanku, ucapkanlah bacaan itu 3 kali pada setiap malam.’
Bacaan tersebut diamalkannya beberapa malam. Sampai kemudian sang paman menganjurkannya agar ia mengucapkan bacaan tersebut sebanyak 7 kali, ia pun mengamalkannya dalam beberapa malam. Kemudian pamannya menyuruhnya agar membaca bacaan tersebut sebanyak 11 kali. Sang keponakan mentaati perintah pamannya sampai beberapa waktu. Ternyata dari bacaan itu jiwa dan hati Sahl merasa bahagia.
Kemudian ia menceritakan apa yang dialaminya ini kepada pamannya. Lalu pamannya menasehati, ‘Wahai Sahl, orang yang selalu merasa bahwa Allah senantiasa bersamanya, Allah senantiasa melihatnya dan bahwa Allah senantiasa memperhatikannya, mana mungkin ia berbuat maksiat kepadaNya! Hati-hati, jangan sekali-kali engkau durhaka kepada Allah!!’
Terdapat suatu riwayat yang sampai kepadaku pula bahwa Abu Muhammad yakni Sahl bin Abdullah telah hafal al-Qur’an pada usia 6 tahun. Sedang pada usia 12 tahun dia sudah biasa memberikan fatwa tentang beberapa masalah yakni dalam hal zuhud, wara’, kedudukan iradah, fikih ibadah dan lain-lain.” (Anba’ Nujabail Abna’, hal. 188.)
Abdurrahman bin Muhammad pengarang kitab Shifatul Auliya’ wa Maratibul Ashfiya’ meriwayatkan dengan sanad beliau, beliau berkata, “Sahl sudah terbiasa berdzikir kepada Allah sejak usia 3 tahun. Terbiasa puasa sejak usia 5 tahun hingga wafatnya. Sudah mulai bepergian untuk menuntut ilmu pada usia 9 tahun.”
Bahkan banyak problem-problem dalam berbagai masalah yang ditanyakan kepada para ulama lain namun mereka tidak bisa menjawabnya kemudian baru terpecahkan setelah ditanyakan pada Sahl bin Abdullah. Padahal ketika itu usianya baru 12 tahun. Semenjak itu sudah nampak adanya karamah pada dirinya. Wallahu A’lam. (Anba’ Nujabail Abna’, hal. 191.)
diambil dari, “99 Kisah Orang Shalih”
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim